Sudah hampir sore. Dan Bintang masih berada di kantor polisi untuk menunggu papa keluar dari ruangan itu.
Setelah perkelahiannya dengan Abay tadi pagi, Bintang langsung di bawa oleh polisi yang memergokinya tadi ke kantor polisi. Sementara Abay langsung dilarikan ke rumah sakit terdekat untuk ditangani. Luka yang Bintang berikan tidak main main.
Pihak kepolisian langsung meminta dirinya untuk menghubungi papa agar datang kesini dengan maksud untuk segera menyelesaikan semuanya.
Dan datanglah si 'Tua' itu dengan raut muka yang tak bersahabat. Mendengar anaknya ditahan di kantor polisi karena kasus perkelahian tentunya membuat emosinya meluap.
Bintang sudah duduk hampir 3 jam lamanya setelah tadi melaksanakan solat dzuhur dan mengobati luka di sikunya. Selama tiga jam itu ia hanya menatap ke arah sepatunya.
Ia tak peduli apa yang akan dilakukan papa nya setelah ini. Memarahinya? tentu saja papa akan memarahinya. Atau kembali memukulinya?
Bintang menghela napas pelan. Kemudian menyugar rambutnya kasar. Matanya melirik kembali ke ruangan yang masih belum terbuka sejak awal ia ke sini.
Ia bosan.
Bintang merogoh saku celananya saat teringat sesuatu. Sejak tadi pagi ia belum menghubungi gadis itu.
Banyak notifikasi yang masuk saat Bintang menghidupkan ponselnya. Tapi tujuannya bukan itu. Ia hanya ingin melihat apakah Bulan sempat menghubunginya tadi atau tidak.
Benar saja. Bulan mengirimnya pesan tadi pagi. Dengan cepat jari jari Bintang langsung menari di atas ponselnya itu. Membalas pesan dari Bulan.
Bintang mengerutkan dahinya saat melihat Bulan yang tiba tiba meneleponnya. Bukannya jam segini masih ada kelas?
"KABIINNN!! LO KEMANA AJA ANJIR? LO BOLOS KEMANA HAH?! NGAKU LOO!"
Bintang sontak menjauhkan ponselnya dari telinga. Sumpah, demi apapun. Telinganya langsung berdengung mendengar teriakan Bulan di sana.
"Pelan pelan, ih. Anak gadis nggak boleh teriak teriak gitu!"
"Ya lagian lo ngilang!"
Bintang tertawa pelan saat mengingat kejadian tadi pagi.
"Dih, ngapain ketawa ketawa?"
"Lah? terserah gua dong."
Bintang menyenderkan punggungnya pada kursi tunggu. Lantas kembali menghela napas untuk yang kesekian kalinya.
"Lo masih disekolah, Lan?"
Bulan hanya bergumam sebagai jawabannya.
"Nggak ada guru?"
Lagi, Bulan hanya bergumam menjawab pertanyaan Bintang.
"Lagi ngapain sih?" tanya Bintang penasaran saat gadis itu sepertinya tengah sibuk dengan sesuatu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny
Teen Fiction"𝚃𝚎𝚗𝚝𝚊𝚗𝚐 𝚍𝚒𝚊 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚙𝚎𝚛𝚐𝚒 𝚞𝚗𝚝𝚞𝚔 𝚖𝚎𝚗𝚢𝚎𝚖𝚋𝚞𝚑𝚔𝚊𝚗 𝚕𝚞𝚔𝚊." ••• "Bulan, mau menjadikan kisah ini abadi?" -𝙱𝚒𝚗𝚝𝚊𝚗𝚐 𝙿𝚛𝚊𝚍𝚒𝚙𝚝𝚊 ••• "Kamu adalah cerita yang tak ingin aku akhiri." -𝙱𝚞𝚕𝚊𝚗 𝙰𝚗𝚊𝚗𝚍𝚑𝚒𝚝...