03. Bintang dan Malam

28 5 15
                                    

Sudah hampir sore. Dan Bintang masih berada di kantor polisi untuk menunggu papa keluar dari ruangan itu.

Setelah perkelahiannya dengan Abay tadi pagi, Bintang langsung di bawa oleh polisi yang memergokinya tadi ke kantor polisi. Sementara Abay langsung dilarikan ke rumah sakit terdekat untuk ditangani. Luka yang Bintang berikan tidak main main.

Pihak kepolisian langsung meminta dirinya untuk menghubungi papa agar datang kesini dengan maksud untuk segera menyelesaikan semuanya.

Dan datanglah si 'Tua' itu dengan raut muka yang tak bersahabat. Mendengar anaknya ditahan di kantor polisi karena kasus perkelahian tentunya membuat emosinya meluap.

Bintang sudah duduk hampir 3 jam lamanya setelah tadi melaksanakan solat dzuhur dan mengobati luka di sikunya. Selama tiga jam itu ia hanya menatap ke arah sepatunya.

Ia tak peduli apa yang akan dilakukan papa nya setelah ini. Memarahinya? tentu saja papa akan memarahinya. Atau kembali memukulinya?

Bintang menghela napas pelan. Kemudian menyugar rambutnya kasar. Matanya melirik kembali ke ruangan yang masih belum terbuka sejak awal ia ke sini.

Ia bosan.

Bintang merogoh saku celananya saat teringat sesuatu. Sejak tadi pagi ia belum menghubungi gadis itu.

Banyak notifikasi yang masuk saat Bintang menghidupkan ponselnya. Tapi tujuannya bukan itu. Ia hanya ingin melihat apakah Bulan sempat menghubunginya tadi atau tidak.

Benar saja. Bulan mengirimnya pesan tadi pagi. Dengan cepat jari jari Bintang langsung menari di atas ponselnya itu. Membalas pesan dari Bulan.

Bintang mengerutkan dahinya saat melihat Bulan yang tiba tiba meneleponnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bintang mengerutkan dahinya saat melihat Bulan yang tiba tiba meneleponnya. Bukannya jam segini masih ada kelas?

"KABIINNN!! LO KEMANA AJA ANJIR? LO BOLOS KEMANA HAH?! NGAKU LOO!"

Bintang sontak menjauhkan ponselnya dari telinga. Sumpah, demi apapun. Telinganya langsung berdengung mendengar teriakan Bulan di sana.

"Pelan pelan, ih. Anak gadis nggak boleh teriak teriak gitu!"

"Ya lagian lo ngilang!"

Bintang tertawa pelan saat mengingat kejadian tadi pagi.

"Dih, ngapain ketawa ketawa?"

"Lah? terserah gua dong."

Bintang menyenderkan punggungnya pada kursi tunggu. Lantas kembali menghela napas untuk yang kesekian kalinya.

"Lo masih disekolah, Lan?"

Bulan hanya bergumam sebagai jawabannya.

"Nggak ada guru?"

Lagi, Bulan hanya bergumam menjawab pertanyaan Bintang.

"Lagi ngapain sih?" tanya Bintang penasaran saat gadis itu sepertinya tengah sibuk dengan sesuatu.

DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang