07. THINGS GO SOUTH

40 13 0
                                    

天省22 10 14
14 Oktober, Tahun ke-22 Tenshō. 1915.

——————————



KISHIGA MENDENGAR SESEORANG MENGETUK PINTU DEPAN RUANGAN TEMPATNYA MENGINAP. Ia pun bangkit dan menghampiri ruang tengah kamar tersebut. Di balik pintu geser, terlihat siluet seorang pria sedang berdiri di sana. Kishiga bertanya, dan pria itu menjawab dengan suara yang akrab di telinganya.

"Kapten, Tuan Kutabe ingin bertemu denganmu."

Kishiga sejenak terdiam heran, lalu membukakan pintu geser. "Apa yang dia inginkan?"

Sadayuki hanya memberikan tatapan bingung, sebelum akhirnya menjawab, "Aku tidak tahu."

Kishiga menoleh ke arah jam yang berdiri di atas sebuah lemari kecil. Saat itu sudah menjelang dini hari.

"Kapten Ōyama juga bersama-sama dengannya," sambung Sadayuki kemudian.

"Barangkali ada sesuatu yang harus segera disampaikan," pikir Kishiga sembari berbalik masuk dan segera membuka koper bawaannya. Dengan teliti, ia meraba sisi dalam koper tersebut. Jarinya berhenti di sudut kanan, kemudian menekan sebuah tombol kecil. Ruang penyimpanan rahasia pun terbuka.

Kishiga mengeluarkan sehelai selempang pistol, revolver dan sekotak amunisi. Selempang pistol itu memiliki sepasang hoslter dan saku kecil. Ia melingkarkan selempang itu pada bahu, kemudian mengencangkannya seperti sabuk. Revolver itu ia sematkan pada hoslter di bagian kiri selempang, sedangkan pada saku di sisi kanan diisi dengan sekotak amunisi. Kishiga membawa sebilah belati tantō di pinggang, lalu mengenakan mantel musim dingin yang panjang dan mafela hangat melingkari leher.

Ia menemui Letnan Sadayuki yang masih menunggu di depan kamar. "Bersiap-siaplah," ungkapnya tegas pada Sang Letnan. "Beritahukan anggota regu yang lain. Sesuatu bisa saja terjadi sewaktu-waktu." Kemudian, ia bergegas menyusuri serambi terbuka yang menghubungkan kamar-kamar yang ada di penginapan itu. Ia berjalan menuju bangunan utama.

Seperti yang dikatakan Sadayuki, Kutabe telah menunggunya bersama dengan Kapten Ōyama. Tanpa mengucapkan apa-apa, Kutabe memberi isyarat agar Kishiga mengikutinya. Pria itu berpaling dan melangkah menuju halaman depan. Sebuah sedan cokelat yang sama seperti sebelumnya telah menunggu di sana. Mereka menaikinya,, lalu berlalu dari halaman penginapan.





SEDAN ITU MENEPI DI ANTARA PERUMAHAN YANG SUNYI, di mana semua orang masih terlelap. Cahaya remang dari lampu-lampu pagar menelisik kegelapan. Suara gonggongan anjing menggema dari kejauhan.

Ketiga orang itu turun dari mobil.

Kutabe membawa keduanya menelusuri sela-sela gang yang sempit dan gelap. Gang itu menjalar melalui sisi bangunan tua serta tembok-tembok bata yang muram. Udara lembap dan berjamur tercium di sepanjang gang tersebut. Kishiga berjalan dengan hati-hati. Kegelapan seolah-olah membuat pijakan kakinya terasa tenggelam ke dalam liang 'tak berdasar. Gema langkah kaki ketiga orang itu bersahut-sahutan dengan bunyi yang samar.

Gang itu berakhir pada sebuah persimpangan kecil. Seekor kucing liar, yang merunduk di atas pagar kayu, menatap mereka dan mengeong. Kutabe mengusirnya dengan mengibas-ngibaskan tangan. Tidak jauh dari situ, terdapat sebuah bangunan kayu dengan genting berwarna merah tua.

Sebuah toko kain bernama "Sakiori"—nama itu tertera pada plang di atap bangunan.

Kutabe mengajak mereka memasuki Sakiori, di mana mereka diperkenalkan dengan seorang pria bernama Samebito, intendans yang diam-diam bekerja untuk Jenderal Nagayama. Kutabe dan Samebito bersama-sama menjalankan jaringan informan di Kyoto—menjadi mata, telinga, dan sensor syaraf Sang Jenderal.

Ghoul's RealmTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang