Part 2

81 16 3
                                    

___________________________________________

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

___________________________________________

"Woi! Bangun!"jerit pelayan yang ada di balik jeruji besi yang mengurung Lyvia di ruangan bawah tanah tersebut mengejutkan Lyvia.

Lyvia yang baru bangun dari tidurnya kemudian menatap pelayan itu.

"Ingatkan dah mati dah! Rupanya masih hidup!"ujar pelayan itu.

Lyvia hanya menunduk tidak bersuara. Pelayan itu kemudian meletakkan makanan dengan beberapa roti yang mulai berkulat kepada Lyvia.

"Kenapalah orang tak guna macam kau ni umurnya panjang sangat. Menyusahkan je."pelayan itu lalu melangkah pergi.

Lyvia hanya diam dengan wajah sayu.

"Aku dah tak tahan dah. Aku..."suaranya mula bergetar.

Air matanya mula bertakung di bawah kelopak matanya. Kedua-dua tangannya digenggam kuat.

Air matanya akhirnya jatuh deras membasahi pipinya. Tangisannya terdengar samar-samar.

Dia tidak lagi mampu bertahan dalam hidupnya yang harus disisihkan dan disiksa oleh keluarganya sendiri.

.

.

.

Sementara itu, di ruang utama keluarga Darius, semua ketua keluarga klan penyihir darah murni berkumpul.

Ketua keluarga Leo adalah keluarga klan penyihir darah murni terhormat dan merupakan ketua bagi seluruh klan penyihir darah murni.

Keluarga Halen pula adalah keluarga klan penyihir darah murni yang kedua dihormati oleh seluruh klannya.

Yang ketiga pula adalah keluarga Darius.

Mereka mula berbincang mengenai Lyvia. Keberadaan Lyvia di klan mereka membuat seluruh klan penyihir darah murni merasa tidak tenang.

"Apa boleh aku mencadangkan padamu untuk mengeluarkan Lyvia dari keluargamu Marcius?"cadang ketua keluarga Halen, Hailee Hailen.

"Bagiku aku tidak masalah membuang anak tidak berguna itu dari keluargaku. Keberadaannya membuat nama keluargaku buruk."ujar Marcius beserta dengan riak wajahnya yang merasa jijik terhadap Lyvia.

"Kehadirannya juga menyebabkan seluruh klan kita tidak tenang. Semua orang dari klan kita meminta agar dia segera dilenyapkan."ujar ketua keluarga Leo, Lauren Leo.

"Bagaimana menurutmu Marcius? Apa kita membuangnya atau membunuhnya saja?"soal Hailee pada Marcius.

"Hmmm..aku tidak tahu. Bagaimana kita bertanya langsung padamu Lauren? Kita harus membunuhnya atau membuangnya saja?"soal Marcius pada Lauren.

"Kita boleh membuangnya ke lembah pergunungan para monster yang ada di Deathland tapi berisiko kerana perjalanan menuju ke sana sangat berbahaya. Pergunungan monster juga dijaga para penyihir neraka Dewa Eldes." Marcius dan Hailee diam sejenak.

Lauren diam dan giat berfikir.

"Seluruh klan kita menginginkan kematiannya. Jadi kita harus membunuhnya."jawab Lauren lalu Marcius dan Hailee tersenyum sinis.

"Baiklah. Sepakat. Bila kita akan membunuh anak itu?"Hailee bertanya ingin menentukan hari kematian Lyvia.

"Lusa? Waktu itu adalah waktu terbaik. Saat bulan purnama. Setuju?" Marcius bersuara.

Bagi para penyihir klan darah murni, kematian seorang penyihir pada hari bulan purnama dikatakan pembawa sial. Oleh sebab itu, kematian pada malam bulan purnama sangat dielakkan oleh para penyihir terutama klan penyihir darah murni.

"Baiklah. Kita akan membunuh anak itu pada malam bulan purnama." Lauren menyetujui penentuan hari kematian Lyvia yang dicadangkan oleh Marcius.

"Aku setuju." Hailee bersuara bersetuju dengan dua rakannya.

Selepas mesyuarat tentang penentuan kematian Lyvia, berita itu mula menyebar di seluruh klan penyihir darah murni. Semua orang mula menunggu kematiannya pada malam bulan purnama.

.

.

.

Berita tentang itu mula terdengar di telinga Lyvia yang kini terkunci di jeruji besi bawah tanah. Para pelayan membuatnya gelisah dengan memberitahukan berita itu padanya.

Apabila dia mendapat tahu bahawa ayah kandungnya Marcius bersetuju untuk membunuhnya pada malam bulan purnama, hatinya terasa hancur dan tidak berdaya.

Dia masih menerima dirinya dikurung dan dipukul oleh ayahnya. Namun kini ayah kandungnya mulai bertindak ingin membunuhnya.

Lyvia mula gelisah dan tertekan. Orang yang akan membunuhnya adalah keluarganya sendiri. Orang dari klannya sendiri.

"Ke-kenapa?"dadanya terasa sesak.

Air matanya mula jatuh deras. Dia merenungi nasibnya yang begitu malang kerana harus menderita hinggalah dia mati.

Penyiksaan tidak berpenghujung membuatnya mulai kesal.

"Oh..kau sudah tahu kau akan mati pada malam lusa."suara Clara mengejutkan Lyvia.

Lyvia mengangkat kepalanya menatap wajah Clara kesal. Dia berlari mendekati jeruji besi yang berada di hadapan Clara.

Clara melangkah mundur sambil beriak sinis dan senang.

"Kenapa kalian sangat membenciku! Apa kesalahan yang sudah kulakukan sampai kalian harus membunuhku!"lantang Lyvia menyoal pada Clara.

Hatinya mula memanas melihat reaksi tenang Clara.

"Kenapa? Tentu saja kerana kau tidak berguna."satu suara mengejutkan Lyvia.

Grace Darius, isteri kepada Marcius serta ibu kandung Lyvia dan Clara. Grace melangkah dengan wajah datar mendekati Clara dan Lyvia.

Grace menatap tajam ke arah Lyvia.

"Kehadiran kau buat keluarga Darius terlihat buruk di seluruh klan penyihir darah murni. Kau bukan saja tidak mahir dalam sihir tapi juga tidak pandai dalam pertahanan diri. Sejak bila keluarga Darius mempunyai anak bodoh sepertimu."sindir Grace pedas.

Lyvia tergamam dengan air matanya deras mengalir membasahi pipinya.

"Aku...aku anak kandung kalian. Kenapa kalian memilih membunuhku berbanding darjat tinggi kalian sebagai keluarga Darius jatuh." Lyvia berasa kesal diperilakukan sebagai banduan.

"Kerana kami tidak pernah menginginkan anak menjijikkan sepertimu! Seharusnya kau dibunuh sejak dulu lagi tapi kami tidak boleh melakukannya kerana ayahku yang bodoh itu. Apa bagusnya kau ini!"ujar Grace penuh amarah.

Felius Darius adalah kakek kepada Lyvia dan Clara. Atas kemahuan Felius, Lyvia tidak dibunuh oleh seluruh klannya dan juga keluarganya.

Sebelum kematiannya, dia pernah mengatakan pada Marcius dan Grace bahawa Lyvia akan menjadi seorang penyihir yang hebat di klan penyihir darah murni.

Hal itu membuat Grace dan Marcius tidak membunuh Lyvia. Namun, mereka tetap memperlakukannya dengan buruk apabila mendapat tahu Lyvia tidak mahir dalam segala hal.

"Apa?" Lyvia terdiam mendengar perkataan ibunya.

"Iya! Kerana keinginan orang tua bodoh itu kami memeliharamu supaya kau berguna bagi keluarga Darius tapi kau begitu bodoh dan tidak berguna. Lebih baik dilenyapkan sekarang daripada menyusahkan kami di masa depan." Grace tersenyum sinis membuat Lyvia jatuh terduduk.

Grace serta Clara melangkah pergi dengan senyuman sinis keluar dari ruangan tersebut.

Lyvia hanya mampu menggenggam kuat tangannya dengan tangisan kecewa.

"Mereka benar....aku lebih baik mati.."ujar Lyvia beserta tangisannya.



___________________________________________

Thank you to readers (^^)

LYVIA VILLAIN: GODDESS OF DARKNESS [SU]Where stories live. Discover now