Part 4

68 13 2
                                    

___________________________________________

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


___________________________________________

"Inti spiritual? Apa itu?"

"Inti spiritual adalah kekuatan yang lahir di dalam dirimu. Inti spiritual adalah tempat yang dapat membangkitkan kekuatan dalam setiap orang yang menggunakan sihir. Setiap orang mempunyai inti spiritual yang berbeda mengikuti sihir yang dia mampu kuasai." terangnya panjang lebar.

"Contohnya?"

"Penyihir darah murni yang menguasai dasar-dasar elemen air mempunyai inti spiritual air di dalam dirinya. Begitu juga elemen-elemen dasar yang lainnya. Kesimpulannya, inti spiritual bergantung pada kemahiran penggunanya."

"Oh...aku faham."jawab Lyvia sambil mengangguk memahami penerangan yang diberikan oleh dirinya yang datang dari masa depan.

"Untuk membangkitkan inti spiritual ini sangat sulit bagi para pemula yang kurang memahami aliran kekuatan dalam dirinya tapi aku rasa inti spiritual milikmu dapat bangkit melalui perasaanmu. Kebangkitannya bergantung pada batas dendam yang ada pada dirimu." Lyvia hanya mendengar perkataan itu sambil menyengetkan sedikit kepalanya ke sisi.

Jujur dia sedikit keliru dengan penerangan yang diberikan.

"Perasaanku? Apa ada batasnya? Jujur aku kurang faham apa yang baru kau katakan."kata Lyvia sambil mengerutkan sedikit keningnya dan menayangkan baris giginya.

Gadis itu kemudian menghembuskan nafas berat.

"Wajar orang-orang menyebutku bodoh dulu."keluhnya perlahan.

"Apa kau mengatakan sesuatu?"soal Lyvia apabila melihat dirinya yang sudah dewasa bergumam sendiri.

"Tidak ada. Yang pasti kau harus mengaktifkan inti spiritual milikmu supaya kau boleh menguasai kekuatanmu."sambungnya lagi.

"Caranya?"

"Kau harus fokus dan tenang. Pejamkan matamu saat kau tiada gangguan di sekitarmu. Duduk dan rasakan ketenangan dalam dirimu. Kemudian uji sedayamu untuk merasakan aliran kekuatan yang ada padamu. Saat kau merasakan aliran kekuatanmu itu, inti spiritual secara alami akan bangkit. Dan-"

"Benarkah? Luar biasa!" Lyvia merasa teruja dengan penerangan yang diberikan.

Tok!

"Aduh! Jangan memukulku!" Lyvia mengerang sakit apabila kepalanya diketuk kuat oleh gadis tersebut.

"Jangan memotong kata-kataku sebelum aku selesai."gadis itu memberi amaran tegas dengan wajah datar.

Lyvia hanya menarik muncung sambil mengelus kepalanya yang mula benjol.

'Sangat mustahil kalau orang ini adalah aku di masa depan tapi kenapa aku boleh berasa sakit di dalam mimpi ya.' bisik Lyvia di dalam hati.

"Kerana kau bodoh."kata gadis itu membuat Lyvia terkejut.

"K-kau.."

"Iya. Aku tahu apa yang kau fikirkan. Sudah kukatakan aku dan kau tu orang yang sama." Lyvia hanya mampu menyilangkan kedua-duanya tangannya didada melihat reaksi tidak bersalah di wajah gadis itu.

"Tidak perlu melihatku seperti itu. Privasimu adalah privasiku juga."perlinya membuat Lyvia mendengus kasar.

"Terserah!" Lyvia kemudian acuh tak acuh dengan ucapannya itu.

"Hmph!"dengus gadis itu kasar.

"Lanjutkan peneranganmu tadi."ujar Lyvia kemudian.

Gadis itu hanya menjeling tajam Lyvia.

"Dasar!" Gadis itu kemudian mencuba untuk mengingat kembali hal yang harus dia terangkan.

'Ermmm...kenapa aku tidak ingat ya?'soalnya didalam hati.

"Kenapa?"soal Lyvia pula.

Gadis itu kemudian mencuba mengingat lagi sambil berfikir keras.

"Aku lupa."jawabnya ringkas membuat Lyvia tercengang.

"Berapa umurmu sekarang!" Lyvia benar-benar tidak percaya dengan dengan ucapan gadis itu.

"Ini salahmu. Kalau bukan kerana kau memotong perkataanku. Aku pasti tidak akan lupa."perlinya kasar.

"Hah! Salahku? Kau sendiri yang pelupa kenapa harus aku yang salah!" Lyvia kesal apabila dipersalahkan oleh dirinya itu.

"Aku malas berperang mulut denganmu. Intinya kamu harus aktifkan inti spiritual milikmu lalu kemudian kamu dapat menggunakan kekuatan itu."katanya lalu berpaling ingin melangkah pergi.

"Hei!! Apa hanya itu?"jerit Lyvia pada gadis itu.

"Ya. Hanya itu. Semua rencana kamu sendiri yang menyusunnya. Langkah pertama aku sudah berikan kepadamu. Langkah seterusnya kau sendiri memikirkannya. Aku pergi dulu. Jumpa dirimu lagi di masa depan."gadis itu sempat melambai lalu melangkah pergi.

Lyvia hanya diam dengan mata terbuntang.

'Jumpa dirimu lagi di masa depan?'ujarnya di dalam hati.

"Sial!" Lyvia mengetap gigi geram. Kesal kerana penerangan yang diberikan kepadanya hanya setengah saja.

.
.
.

"Ergh.." Lyvia mengerang sakit sambil memegang kepalanya yang terasa berdenyut.

"Aduh..kepalaku."rengeknya perlahan.

Dia menoleh ke kiri dan kanan. Tiada sesiapapun di situ.

Lyvia kemudian diam termenung sendiri. Dia berharap bahawa mimpinya benar.

"Tidak salah kalau aku cuba. Lagipun tinggal dua hari lagi aku pasti akan mati. Lebih baik lakukan apa yang dapat aku lakukan."ujarnya sambil menggenggam kuat tangannya.

Dia bertekad untuk menjadi lebih kuat demi menyelamatkan nyawanya.

'Aku tidak mahu mati begitu saja. Aku harus dapat membalikkan keadaan.'desusnya di dalam hati.

Lyvia kemudian duduk bertapa dan memejamkan matanya. Dia perlahan-lahan menarik nafasnya dalam-dalam untuk tetap tenang.

'Inti spiritual milikku harus bangkit!'

Setelah merasakan ketenangan, dia mula mengingatkan segala hal yang membuatnya menderita. Hal itu telah membangkitkan lagi rasa dendamnya untuk membantai klannya sendiri.

Perlahan-lahan dia merasakan aliran kekuatan dalam dirinya. Tubuhnya dingin, kuat dan ringan. Kekuatan itu mula mengalir ke seluruh tubuhnya.

Nafasnya juga sedingin ais. Aura-aura negatif mengelilinginya.

Namun, dia juga merasakan dadanya terasa senak dan sesak.

Dahinya berkerut menahan sakit sehingga akhirnya dia menyerah kerana kesakitan.

"Ergh!" Dia mengerang sakit merasakan dadanya panas.

'Hanya ada dua hari sebelum hari kematianku. Aku tidak boleh menyerah.' katanya didalam hati bertekad untuk membangkit kekuatannya.


___________________________________________

Thank you for reading 😘





LYVIA VILLAIN: GODDESS OF DARKNESS [SU]Where stories live. Discover now