Part 3

72 12 1
                                    

___________________________________________

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

___________________________________________

Malam itu, Lyvia hanya bersandar di pintu dengan wajah pucat. Dia sudah lelah kerana menangis sepanjang hari.

Kini dia hanya menunggu dan menerima kematiannya.

"Akhir hidupku...benar-benar menyedihkan.." gumam Lyvia perlahan sebelum dia melelapkan diri.

.

.

.

Disaat Lyvia membuka kembali matanya, suasana di sekelilingnya gelap. Dia tidak berada di ruangan bawah tanah. Sebaliknya dia merasakan bahawa dirinya berada di dimensi lain.

"Aku...dimana?"soalnya pada dirinya sendiri.

Tiada kelibat orang lain di sekelilingnya. Hanya tempat yang gelap tidak bercahaya sedikitpun.

Shuu...

Angin menerpa wajahnya membuatnya merasa seram sejuk. Dia menoleh ke kiri dan kanan mencari kelibat yang akan muncul di tempat seperti itu.

"Aku senang dapat bertemu denganmu secara langsung Lyvia."bisikan satu suara lembut menyapa gegendang telinganya.

Lyvia lantas menoleh ke arah suara itu berasal. Satu lembaga perempuan datang mendekatinya.

"K-kau..si-siapa? Di-dimana ak-ku?" Lyvia menyoal sambil melangkah ke belakang.

Tidak lama kemudian tempat yang gelap itu bercahaya namun sedikit malap. Cukup terang untuk melihat wajah satu sama lain.

Gadis yang mendekatinya tadi membuatnya sedikit tergamam. Wajah gadis itu datar. Matanya sekali ditatap tidak membawa makna tersirat sekalipun.

Apabila dilihat sekilas wajah gadis itu terlihat sama dengannya.

"Jangan beriak terkejut seperti mahu mati. Aku adalah Lyvia Vilain. Kau sekarang berada di dalam alam bawah sedar milikmu sendiri."ujarnya membuat Lyvia tergamam.

"Kenapa nama kau boleh sama dengan namaku?"tanya Lyvia ragu-ragu.

Riak diwajahnya terlihat bingung. Gadis yang mengatakan dirinya Lyvia menghembus nafas berat.

"Kerana aku adalah kau."jawabnya ringkas.

"Hah!? Bagaimana? Itu mustahil!"bangkang Lyvia lantang.

"Itu terserah padamu. Tapi yang pasti aku adalah dirimu di masa depan."terang gadis yang seiras dengannya.

"Aku di masa depan. Maksudmu? Itu mustahil. Penampilanmu ini...tidak mungkin kau adalah aku."katanya tidak percaya.

Dia tidak percaya bahawa dirinya yang ada dimasa depan beriak serius dan tidak berperasaan. Tatapan kosong dan terlihat seperti orang dengan darjat yang tinggi serta terhormat.

"Semua orang boleh berubah dan aku bukan dinding. Faham. Jangan membuang waktu dengan memikirkan aku ini kau atau bukan. Lebih baik kita terus ke intinya."ujar gadis itu tadi.

"Intinya?" Lyvia sedikit bingung dan masih keliru dengan apa yang terjadi.

"Aku menemuimu kerana aku ingin memberitahumu cara bagaimana membangkitkan kekuatan spiritual dalam dirimu."beritahu gadis itu padanya.

Mendengarkan itu Lyvia tergamam sejenak.

"Apa ada cara agar aku boleh menggunakan sihir?" Lyvia menyoal ingin tahu.

"Tentu saja ada. Itulah kenapa orang-orang bodoh keluarga Darius harus menjagaku dengan baik dulu. Kekuatan yang ada padaku sangat besar tapi belum aktif."ujarnya tenang.

"Benarkah? Kalau begitu bagaimana aku dapat membangkitkan kekuatanku?" soal Lyvia lagi.

Gadis itu menatapnya tajam dan serius tepat ke anak mata Lyvia. Dia melangkah mendekati Lyvia untuk berada dalam jarak yang lebih dekat lagi.

"Sebelum aku memberitahumu, ada beberapa hal yang ingin kukatakan." Lyvia yang mendengar perkataan gadis itu diam lalu mengangguk.

Raut wajah Lyvia mula berubah sedikit demi sedikit.

"Keluarga Darius bukanlah keluargamu. Mereka menganggapmu orang luar. Lebih tepatnya orang tidak berguna. Mereka membencimu dan menyisihkanmu. Jadi mereka adalah musuhmu."ujarnya datar tanpa nada.

"Lalu? Apa yang harus kulakukan pada mereka?"

"Kau harus membunuh mereka semua. Siksa mereka dengan penderitaan dua kali ganda dari yang pernah mereka lakukan padamu. Jangan berbelas kasih pada mereka. Ingatlah bahawa kau hanyalah sampah di mata mereka semua."sambungnya lagi.

Lyvia diam dengan kepalanya menunduk.

"Klan penyihir darah murni juga bukanlah klanmu. Bunuh orang-orang yang mengganggapmu sampah. Jangan diberi ampun."tambahnya lagi.

Lyvia menggengam tangannya kuat. Kata-kata itu membuat hatinya kesal dan marah.

"Kau harus tahu satu hal, dengan tidak memiliki ikatan apapun di dunia ini akan membuatmu lebih kuat melebihi orang lain. Itulah kunci kekuatan yang sebenarnya." Lyvia perlahan-lahan mengangkat kepalanya mendengar kata-kata itu.

"Apa kau benar?"soal Lyvia was-was.

"Tentu saja. Saat itu tiba semua orang akan menunduk padamu. Di dunia ini tidak ada yang berharga." gadis itu semakin membuat hati Lyvia kesal.

"K-kau benar. Kau benar. Aku harusnya tidak berada di bawah kaki orang-orang. Justeru mereka lah yang harus datang meminta ampun dan merayu padaku. Kenapa harus aku yang menderita dan duduk di jeruji besi itu."dengan kesal dan amarah Lyvia berkata.

Gadis itu kemudian melangkah menjauhi Lyvia. Dia tersenyum sinis.

"Kalau begitu, kekuatan itu akan bangkit dengan lahirnya dendam yang ada dalam dirimu. Cara membangkitkan kekuatan itu kau harus mempunyai inti spiritual."jelasnya tenang.

"Inti spiritual? Apa itu?"








___________________________________________

Thank you for reading❤️

LYVIA VILLAIN: GODDESS OF DARKNESS [SU]Where stories live. Discover now