09. Rain

824 104 4
                                    

Bila matahari tak mau berbagi sinar, mungkin malam akan menjadi gelap. Segelap tatap kelam seorang Junkyu

🐼🐨

Katanya koala adalah binatang paling malas di kingdom Animalia, karna mampu tidur sepanjang matahari menunaikan tugasnya. Namun berbeda dengan koala manis yang satu ini, alarmnya belum berbunyi, namun matanya sudah terbuka, menjelajah ruang yang amat ia kenali, tentu saja kamarnya. Baik barang dan lainnya, ia yang menatanya. Namun ada satu makhluk yang duduk di meja belajarnya, entah kesibukan apa yang ia lakukan sehingga tak menyadari sang pemilik kamar sudah berganti posisi menjadi duduk.

Junkyu meringis pelan, hanya bangkit saja kepalanya pusing kembali. Mungkin karena kebanyakan berbaring, sehingga kepalanya perlu menyesuaikan keadaan. Junkyu mendekat ke arah Jihoon yang berada di meja belajarnya, penasaran apa yang dilakukan oleh saudaranya itu.

Ternyata Jihoon tertidur, dengan posisi tangan kanan yang menyangga kepalanya. Seketika Junkyu merasa bersalah, ia menyusahkan Jihoon. Pasti nanti badannya akan sakit, ini posisi yang tidak baik. Junkyu ingin membangunkan, namun tak tega, tapi tidak mungkin membiarkan Jihoon dengan posisi seperti ini.

Junkyu akhirnya memilih untuk membangunkan Jihoon. Memukul pelan bahunya, dengan dua kali pukulan lembut, pejam itu mulai menampakkan pergerakan. Mulutnya mendahului matanya untuk terbuka, Jihoon menguap lebar, membuat Junkyu tertawa. Ternyata selain terlihat selalu tampan, Jihoon bisa terlihat lucu juga. Seperti bayi panda, yang berumur dewasa, maksudnya menolak terlihat tua.

Jihoon yang mendengar tawa Junkyu seolah ditarik ke alam sadar. Wajah tawa Junkyu dengan pucat yang masih terlihat, merupakan pemandangan pertama yang tampak oleh Jihoon. Seketika Jihoon bangkit, menatap ke arah Junkyu, timbul rasa malu, entah terhadap apa.

"L-lo udah sembuh?" tanya Jihoon dengan sedikit tersendat. Kaget, malu, dan rasa tidak enak bercampur bak gado-gado.

Junkyu mengangguk dengan senyum lebar, sungguh senyumnya begitu manis, sehingga siapapun yang melihat senyum itu, akan tersihir untuk turut tersenyum juga, termasuk Jihoon, yang kemudian tersadar.

"Makasih ya Jiun, lo mau peduli sama gue."

"Jangan kepedean, kalo bukan karna takut dimarahin ayah, gue gak mau lakuin ini."

Junkyu tersenyum mengangguk, "sejak kapan lo takut dimarahin ayah?"

Junkyu membuatnya mati kutu, tak tahu harus menjawab apa. Sementara Junkyu menunjukkan senyum seolah menantang dan meledek. Mengingat kejadian semalam, Junkyu berjanji, seberapa keras pun Jihoon menyuruhnya menjauh, ia akan lebih keras untuk tetap bertahan di sisi Jihoon.

"Ah bodo." Kemudian Jihoon meninggalkan Junkyu. Menuju ke kamarnya, dan pastinya merutuki diri sendiri yang terlihat bodoh di depan Junkyu.

"Lo bego banget si Jiun, kenapa harus ketauan kalo lo nungguin dia." Kesalnya pada diri sendiri. Tidak tahu saja Jihoon, bahwa bahkan Junkyu mendengar semua nya semalam, mulai dari permintaanya yang menyuruh Junkyu untuk sadar, hingga pertengkaran dengan ayah yang membuatnya meninggalkan Junkyu, lalu beberapa menit kemudian, kembali lagi.

Baru saja Jihoon akan mengambil handuk, untuk langsung mandi. Ketukan pintu menghentikan langkahnya dan juga kekesalan pada dirinya.

"Jiun."

Jihoon hanya diam. Tumbenan ayah mendatanginya pagi-pagi. Tadinya Jihoon kira itu bunda, yang akan membangunkannya, namun ternyata seseorang yang tidak pernah Jihoon pikir akan mau mendatanginya pagi-pagi begini. Tak mau membuat Ayah mengetuk pintunya lagi, Jihoon membukakan pintu yang sempat ia kunci tadi.

Don't Give Me Hope |JiKyu-JihoonJunkyu|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang