Sudah beberapa minggu semenjak insiden pertengkaran antara Jaemin dan Karina, di penginapan kala itu, hubungan antara Jaemin dan Jeno menjadi tidak jelas.
Saling menjauh, tidak saling tegur sapa, tapi tidak ada kata putus yang keluar. Persis seperti orang yang saling tidak kenal. Tapi, Jeno masih terus dekat dengan Karina.
"Hah~~~" helaan nafas kasar, keluar dari mulut seorang wanita bernama Huang Renjun.
"Mau sampai kapan?" Pertanyaan yang tiada hentinya keluar dari mulut Renjun, kepada seorang eanita sekaligus saudara kembarnya; Jaemin.
Jaemin yang tengah memakan makanannya pun berhenti sejenak, begitu mendengar pertanyaan Renjun. "Apanya yang sampai kapan?" Tanya Jaemin.
"Kamu marahan sama Jenonya mau sampai kapan?" Tanya Renjun, yang sangat peka kalau saudara kembarnya ini, sedari tadi melirik ke arah kekasihnya Lee Jeno, yang sedang makan bersama sahabatnya Karina. Persis tidak jauh dari tempatnya saat ini.
Jaemin terdiam, lalu mengedihkan bahunya acuh. "Gak tau. Sampai lebaran monyet kali." Balas Jaemin acuh, lalu melanjutkan kembali makannya yang tertunda.
"Jangan gitu lah Na. Kalau kau seperti ini? Kamu membuat peluang dia untuk menguasai kekasih-mu." Peringat Renjun.
"Bodo ah Njun. Gue udah cape sama dia. Gue udah kasih beribu penjelasan, alasan dan apapun itu. Tapi tetap aja dia milih sahabatnya juga." Jelas Jaemin.
"Terus mau lo kayak gimana? Putus?" Tanya Renjun, yang langsung di balas gelengan kepala oleh Jaemin.
"Enak aja putus!" Ujar Jaemin yang tidak terima, begitu mendengar perkataan putus yang keluar dari mulut Renjun.
Sementara Renjun sudah mendecak kasar, begitu mendengar jawaban dari Jaemin. "Ya terus mau kamu kayak gimana Jaemin? Kalau kayak gini, hubungan kamu sama Jeno semakin gak jelas. Kamu tau gak, kalau misalkan udah banyak gosip yang beredar. Bahwa kamu sama Jeno itu udah putus, dan sekarang Jeno sedang menjalin kasih dengan Karina." Jelas Renjun, memberi tau gosip yang sedang hangat, serta trending di sekolahnya.
"Siapa yang sebarin gosipnya? Kurang ajar banget omongannya! Lain kali kalo mau nyebar gosip tuh bismillah dulu kek!" Ujar Jaemin yang tidak terima.
"Ya makanya kasih kejelasan! Hubungan kalian berdua tuh makin gak jelas. Kalau emang kamu gak mau putus? Ya cepat selesaikan semuanya, biar gak kayak gini. Dan kalau misalkan kamu udah benar-benar cape dan lelah sama hubungan ini? Lebih baik akhiri secara cepat, daripada kamu ngebatin terus." Jelas Renjun, yang tidak mau melihat saudaranya sedih dan ngebatin karena Jeno.
"Kamu tau gak Na? Semakin kamu bersikap kayak gini? Semakin kamu mempermudahkan semua rencananya dia. Dia berhasil ngebuat kamu sama Jeno marahan, dan saling menjauh satu sama lain. Jadi dia dengan mudahnya bisa dekat sama Jeno, tanpa adanya dirimu." Sambung Renjun.
"Seharusnya kamu selalu ada di samping Jeno. Jangan biarin wanita itu berada di sisi Jeno. Coba turunin emosi sama sikap gengsi-mu. Coba sekali-kali kamu ikutin alur permainannya. Bukannya malah kepancing sama alur yang tengah dia buat." Tambah Renjun.
"Jadi, yang gue lakuin saat ini salah?" Tanya Jaemin, yang daat ini sudah merubah raut wajahnya.
"Gue gak bilang kalau lo salah. Lo juga berhak buat luapin semua emosi lo. Tapi lo juga harus lihat kondisi, situasi, serta lawan yang sedang lo hadapi. Coba bertahan sebentar lagi. Sampai lo mendapatkan kemenangan yang lo inginin. Kalau memang lo lebih milih bertahan, daripada menyerah." Jelas Renjun, yang tidak menyalahkan saudaranya juga.
"Jadi, gue harus minta maaf sama Jeno?" Tanya Jaemin.
"Gue gak nyuruh lo harus minta maaf sama Jeno. Karena emang posisi lo gak salah. Tapi kalau misalkan lo mau minta maaf ke Jeno? Ya gapapa. Minta maaf bukan berati lo salah bukan? Minta maaf lebih dulu itu buat nunjukin seberapa dewasanya lo. Dan kalau lo gak mau minta maaf? Ya udah gapapa. Asalkan jangan bersikap seperti ini. Bicara-lah kepada dia dan jangan menjauh dari dia." Jawab Renjun, yang tidak ada hentinya memberikan solusi kepada saudara kembarnya.
"Jadi, aku harus sudahi perang dingin ini?" Tanya Jaemin, yang membuat Renjun menghela nafasnya kasar. Mencoba untuk sabar menghadapi saudaranya yang sedang ada masalah dalam percintaannya.
"Terserah kamu. Kamu ingin menyudahi perang dingin pun tidak apa-apa. Mau di lanjut pun tidak apa-apa. Tapi perlu di ingat lagi kalau setiap tindakan yang kita ambil tuh ada resikonya. Kalau kau mau melanjutkan perang dingin ini? Kamu harus siap segala resiko yang akan terhadi kedepannya, termasuk kehilangan Jeno." Jawab Renjun.
Jaemin yang mendengarkan semua penjelasan Renjun, ia langsung menggebrakan mejanya. Membuat seluruh atensi semua orang yang ada di kantin, menjadi menatapnya. "Gak bisa gitu!" Ujar Jaemin, yang masih tidak sadar kalau saat ini dia sedang di lihat oleh banyak orang.
Jaemin langsung beranjak dari duduknya, ingin menghampiri Jeno. Namu baru berapa langkah, dia balik lagi ke Renjun. Membuat Renjun menatap Jaemin dengan tatapan jengah. "Sekarang apalagi?" Tanya Renjun yang sudah sangat frustasi, dengan sikap saudaranya yang plin plan.
"Gue harus ngomong apa ke dia?" Tanya Jaemin.
"Tatanan negara, perjanjian linggar jati, konfrensi meja bundar! Ya apa aja kek Jaemin! Bahas ekskul basket dia aja! Sebentar lagi kan ada turnamen sebelum ujian." Ujar Renjun yang hampir berteriak kesal. Untung saja dia langsung tersadar kalau saat ini dia sedang ada di kantin.
Sedangkan Jaemin langsung tersenyum begitu mendengar jawaban Renjun. "Oke Njun! Makasih!" Ujar Jaemin yang langsung pergi dari hadapan Renjun.
"Jangan lupa ayam keprabon, sama pop ice!" Teriak Renjun, yang langsung di acungi jempol sama Jaemin.
Jaemin tetap melanjutkan langkahnya, sampai akhirnya dia tiba di hadapan Jeno. Begitu di hadapan Jeno, tiba-tiba dirinya nge-blank. Jadi dia hanya diam dan berdiri di hadapan Jeno.
"Jaemin? Apakah kamu membutuhkan sesuatu?" Tanya Karina, yang menyadari kehadiran Jaemin.
Kalau Jaemin tidak ingat perkataan Renjun, ia langsung rauk muka Karina yang sok polos ini. Tapi untung saja dia ingat semua ucapan Renjun. "Eum... boleh pinjam Jeno?" Tanya Jaemin, yang mulai menahan emosinya, dan berusaha bertutur kata sangat baik.
"Eoh? Tentu saja. Dia kan kekasih-mu." Ujar Karina, yang lagi-lagi membuat Jaemin mendecih di dalam hati.
"Eum.... Jeno? Boleh bicara sebentar sama kamu?" Tanya Jaemin, menatap Jeno dengan penuh harap.
"Aku mau, tapi setelah kamu minta maaf sama Karina." Jawab Jeno, yang sukses membuat netra Jaemin membola. Ia langsung menatap ke arah Renjun, mencoba meminta pendapat Renjun.
Terlihat dari isyarat Renjun yang menyuruh dia untuk sabar. Sementara Karina sudah menggeleng panik. "Eoh... Jeno! Gak usah! Ini bukan kesalahannya. Semua ini salah--"
"Aku minta maaf sama kamu, atas semua yang telah aku lakukan ke kamu. Jadi, maafin aku." Ujar Jaemin, yang sukses membuat Karina terkejut. Begitu juga dengan Jeno yang sama terkejut dengannya.
"Eoh... iya gapapa Jaemin. Aku udah maafin kamu. Sebenarnya aku yang harusnya minta maaf. Karena aku, kamu dan Jeno jadi bertengkar." Ujar Karina.
'Kalau udah tau? Ya jauhin pacar gue ngentot!' Maki Jaemin, yang tentunya hanya bisa dia keluarkan dalam hati.
"Jadi, apakah kau bisa bicara dengan-ku?"
KAMU SEDANG MEMBACA
STAY WITH YOU - NOMIN
FanfictionCERITA INI KHUSUS UNTUK NOMIN SHIPPER! APABILA KALIAN TIDAK MENYUKAI SHIPPER INI? DIHARAPKAN UNTUK TIDAK BACA CERITA INI! TAPI JIKA KALIAN MEMAKSA UNTUK MEMBACA CERITA INI? JANGAN BERKOMENTAR NEGATIVE DI KOLOM KOMENTAR / DI KEHIDUPAN PRIBADI PARA M...