.
.
.
.
.
.
.
Tampak David yang tengah berdiam diri menatap bayangan dirinya pada cermin lalu melirik luka pada lengannya kemudian menundukkan pandangannya, ia melangkahkan kakinya berhenti tepat di bawah shower menyalakannya dan membiarkan tubuh itu terkena dinginnya air di pagi hari, selepas membersihkan diri ia kembali mengobati lukanya kali ini rasa perihnya tidak separah di awal, ia berjalan menuju lemari guna mengambil seragam kemudian melekatkan dasi pada lehernya setelahnya ia meraih almamater yang tergantung di dalam lemari itu menentengnya sebari mengambil tas nya yang tergantung pada senderan kursi, David berjalan menuju pintu utama tanpa berpamitan pada sang bunda akan tetapi langkahnya terhenti saat mendengar seseorang memanggil namanya ia berbalik dan mendapati sang adik yang tengah berdiri tepat di depan pintu dapur menatapnya dengan tatapan yang sedikit menajam." Kenapa gak pamitan sama bunda? Abang punya masalahkan makanya gak berani nemuin bunda kan " Ujarnya sambil berjalan menghampiri sang kakak.
Mendengar ucapan Ezra membuat David terdiam apa yang adiknya katakan benar adanya Ia terlalu takut menemui wanita itu Ia takut jika sang bunda tau apa yang ia lakukan semalam.
" kenapa diam? Gua benerkan? Walaupun lu punya masalah seharusnya lu gak kayak gini bang, lu kayak gini biar apa? Biar bunda gak tau? Justru sikap lu malah buat bunda khawatir, gimana kalo dia mikir dia ada salah yang buat lu jadi kayak gini, lu udah dewasa bang tapi sifat kekanak-kanakan lu masih ada ajah, inget kan kata ayah? Jadi cowok harus berani bertanggung jawab bukannya malah lari kayak gini " Ucapnya sambil menatap sang kakak yang masih terdiam.
" berapa tahun lu sekarang? " Tanyanya membuat Ezra terbingung.
" 16 " Jawabnya.
Setelahnya David hanya mengangguk lalu pergi meninggalkan Ezra yang masih kebingungan.
" huh? Kadang gua ragu dia orang pinter " Gumamnya sambil menghela nafas kemudian menyusul sang kakak menuju dapur.
***
Dengan langkahnya yang sedikit santai Ia berjalan menaiki setiap anak tangga yang berada di gedung itu mengabaikan sapaan yang sedari tadi terlontar untuknya ia terus berjalan menelusuri koridor sekolahnya hingga menemukan ruangan yang bertuliskan " kelas musik " Ia membuka pintu itu dan mendapati seorang gadis tengah terduduk sambil memainkan piano yang berada di dalam ruangan tersebut, pemuda itu berjalan menuju tempat dimana alat musik tertata dengan rapih mengambil sebuah gitar lalu membawanya menuju jendela dimana terletak kursi kosong di dekatnya Ia mengabaikan gadis yang sedari tadi memandanginya karna kedatangannya membuat gadis itu berhenti memainkan pianonya, manik itu terus menatap kearah pemuda yang sangat tenang memetik senar itu perlahan membuat sebuah melodi kemudian mulai bernyanyi tak di pungkiri suaranya membuat gadis itu tersenyum kemudian menghampirinya.
" suara lu Bagus juga " Ujarnya sambil tersenyum.
Mendengarnya membuat pemuda itu menoleh dan membalas tatapannya, tampak gadis itu menjulurkan tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Erlangga
Ficção AdolescenteGak banyak deskripsi hanya sebuah kisah yang memiliki plot twist tersendiri, asik, seru, dan lawak adalah mereka gak ada kata sad hanya ada kata sesad. Tapi jika salah seorang dari mereka menyembunyikan sesuatu bagaimana? Apa kepercayaan masih tumbu...