End

75 45 149
                                    

Ketika aksara adalah sebuah rasa.
Dimana pena dan buku adalah pasangannya.

Sama halnya aku dan tuan cinta. Aku bukunya dan tuan adalah penanya. Setiap goresan tinta yang ada adalah cerita asa antara aku dan tuan cinta.

"Bianca"

"Hm?"

"Aku mau ngomong deh"

"Itu kan udah"

"Bukaan, ini tuh serius"

"Yaudah apa?"

"Tapi janji ya?"

"Janji apa?"

"Janji jangan pingsan"

Aku tergelak, raut wajah nya seolah meyakinkan sekali bahwa aku akan pingsan nanti nya. Ada semburat merah malu yang bersarang di sekitaran pipi nya. Ku katakan begini, ia manis.

"Iya deh janji"

"Aku mau nikahin kamu"

"Aku boleh pingsan ga?"

"Ihh, Bi. Jangan, kan udah janji tadi"

"Yaudah gajadi, ayo deh kita nikah. Kapan?"

"Sabar, sayang. Bilang sama orang tua dulu"

Kami pulang, setelah percakapan singkat perihal masa depan. Aku berkhayal semalaman penuh, betapa bahagia nya aku nanti. Perihal sakit nya, nanti kita pikirkan, aku hanya ingin membahagiakan diri saja dulu dengan berpikir bahagia.

Kalau aku seumpama bunga, maka aku sedang mekar, dengan aroma menguar indah dipandang. Bahagia.

Besoknya, aku terdiam kala mendapati Bayu dengan keluarga nya ada diruang tamu. Serius, aku dengan penampilan setengah sadar akibat baru bangun tidur di suguhi pemandangan begini.

Ucap ibu, Bayu datang melamarku secara langsung.

Tebak, siapa yang paling bahagia disini?

Aku tersenyum, debaran di dadaku rasa nya tidak pernah berubah sejak dulu pertama aku jatuh pada Bayu.

"Kata nya, sebelum nikah harus dipingit dulu. Jadi hari ini terakhir kita ketemu sampai dua minggu yang akan datang"

"Kok lama?"

"Bi, cuman dua minggu. Gausah lebay deh"

"Lama tau ga?"

"Iyaa, tapi abis itu kamu puas liatin aku tiap hari"

"Tapi boleh telpon?"

"Engga"

"Kenapa?"

"Aku sibuk tau, ngurus macem-macem"

"Malem kan bisa"

"Kan aku cape, Bi..."

"Yaudah iyaaa"

Sejak itu, semua orang terlihat sibuk di rumah setiap saat. Kecuali aku, yang hanya di kamar, makan, mandi dan tidur.

Mungkin ini, yang dinamakan menjadi ratu.

Sampai beberapa hari terakhir, seisi rumah seolah berubah dengan drastis dengan jutaan kilauan berwarna perak dan emas, hiasan dimana mana, banyak lampu bergantungan, lalu wangi yang menguar hingga rasa nya aku melayang dalam keindahan ini.

Aku terdiam, sejauh ini perjuangan kami, aku yang terkadang berpikir ingin menyerah pada Tuan, tapi dengan lantang sang Tuan menjemput kala aku terjatuh.

Ada banyak kurang yang dilengkapi sang Tuan. Begitu pula kesedihan yang dilunturkan begitu saja oleh nya.

Besok, aku akan bertaruh pada apapun bahwa aku akan menjadi orang terbahagia didunia manapun. Karena jutaan celah yang menghimpit sekian lama kini akan aku retakkan begitu saja.

Bayu, ayo mengarungi hidup bersamaku sampai kita akan sering bertengkar akibat handuk yang sembarangan, kita yang pusing akibat tangis keras anak kecil ditengah malam, kita yang makan seada nya lantaran tergesa mengantar anak ke sekolah, atau kita menua bersama menikmati senja dengan secangkir teh hangat dan kopi lalu pisang goreng sederhana sambil mengingat kembali kilas balik betapa perjuangan kita hingga dititik itu.

"SAH!!"

Aku semula menduga, tidak akan ada air mata dihari kebahagiaan. Salah, gemuruh tepuk tangan dan lantunan ayat suci mampu meluluhkan aku. Aku menangis, saking bahagia nya.

"Kenapa nangis?"

"Terharu"

"Aku kira gara-gara kamu kangen sama aku"

"Ga lah, PD banget"

"Kita beneran udah nikah kan, Bi?"

"Iya, masa boongan"

"Yey punya istri"

♡♡

Pagi ini, rasanya berbeda. Menatap sang tuan yang terlelap disamping ku, lalu bangkit. Aku tidak pernah memiliki semangat seperti ini sebelum nya, bangun pagi lalu kedapur. Itu bukan gaya ku sejak dulu, aku adalah tipe manusia yang bangun siang.

Tapi, pagi ini aku bersemangat memasak.

"Bay, bangun"

"Hm?"

"Kamu mau makan apa?"

"Yang ada apa?"

"Ya aku nanya kamu dulu, mau apa?"

"Terserah"

"Nasi doang mau ga?"

"Yang bener dong, istrikuuu"

"Makanya kalau ditanya tuh yang bener, mau makan apa?"

"Nasi goreng deh"

"Gitu dong"

Ada bentuk kebahagiaan yang tidak bisa di ukur siapapun dengan kata-kata. Aku, menerima hadiah terindah dari Tuhan yaitu hadir nya Bayu dalam melengkapi hari-hari ku.

Aku sadar, betapa kurang nya aku dari lelaki itu. Tuan dengan singgasana terindah bersanding dengan wanita seperti ku.

Akhir ku, Tuhan panjangkan hidup lelaki ini disampingku.
Biarkan aku mendekapnya sampai engkau bilang, cukup.

End ♡♡♡

PHILIA | Bangchan ( End ) REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang