Chapter 4

738 64 11
                                    

Mix bukan orang yang beruntung dalam hal keuangan di hidupnya, namun ia sangat beruntung dalam hal percintaan. Entah kenapa ia sangat mudah mendapatkan perempuan dalam hidupnya, mereka seperti berdatangan untuk memasuki kehidupannya dan tidak pernah berhasil masuk ke dalam hatinya. Maka dari itu, ia seperti bermain-main saja ketika menjalin hubungan dengan mereka. Mereka yang belum pernah masuk ke kisah cintanya tidak akan percaya bahwa Mix adalah orang yang brengsek, ia benar-benar pria yang tak mau tahu tentang pasangannya. Entah mereka sedih, marah ataupun ingin berpisah dengannya. Mereka semualah yang selalu mengalah untuk memahaminya, memahami orang yang sama sekali tidak peduli dengan mereka. Penampilan Mix sama sekali tidak terlihat seperti pria brengsek, tutur katanyapun tak pernah menyakitkan. Hanya saja ia manusia paling tidak peduli, itu akan membuat mereka kapok untuk menjalin hubungan lagi dengannya.

"Kau ada waktu hari ini?," tanya Earth yang saat itu tengah mengganggu Mix yang sedang belajar di perpustakaan.

"Tidak, aku harus bekerja sepulang kuliah nanti," jawab Mix tanpa mengalihkan sama sekali pandangannya dari lembar demi lembar kertas di tangannya.

"Sekarang kau sama sekali tak ada waktu untukku," komentar Earth yang kali ini sukses membuat Mix menghentikan kegiatannya untuk sekedar melihatnya.

"Kau masih bisa bersama yang lain Earth," mendapat jawaban seperti itu Earth merengut. "Kau benar-benar kejam, pantas saja banyak perempuan yang membencimu," ucap Earth.

"Kau juga membenciku? Apa kau seorang gadis?," ejek Mix sembari tertawa. Earth yang merasa gemaspun memiting Mix dan mengacak-acak rambutnya, "Jadikan aku gadismu, kita akan tahu siapa yang gadis diantara kita!!," tawa Earth yang jelas membuat mereka dimarahi karena membuat kegaduhan di dalam perpustakaan.

Mix benar-benar merindukan masa itu, seperti ingin kembali untuk memperbaiki semuanya. Meskipun nanti ia tak bisa mengelak ketika harus putus kuliah karena mencari biaya ibunya berobat ataupun harus berurusan dengan rentenir sampai dikejar sana sini. Ah...tapi ia sangat menyukai menjadi Mix, bukan sebagai New. Meskipun sekarang semua yang diinginkannya bisa terpenuhi, tapi menjadi anak dari ibu dan ayahnya bukanlah sebuah penyesalan. Ia menyayangi mereka melebihi siapapun, jika seperti ini terus ia merasa yang mati bukanlah dirinya, tapi kedua orang tuanya. Ia hidup, tapi ia kehilangan kedua orang tuanya dari hidupnya.

Setiap kali ia bangun tidur, ia selalu berharap bahwa semua ini hanya mimpi. Ia berharap saat ia terbangun, ia kembali ke kehidupannya seperti biasa. Meskipun menjadi Mix cukup melelahkan karena harus terus-terusan memikirkan apa yang harus ia makan besok. Tapi, setiap kali membuka mata, ia akan kembali mendapati dirinya sebagai New.

Seperti pagi ini.

"Astaga!," kaget New ketika mendapati dirinya terbangun dengan kepalanya yang menempel di dada Zee yang masih tertidur pulas. Ia bahkan tidak sadar telah tertidur di kamar Zee semalaman, terparahnya ia tertidur di pelukan Zee!? Apa ia sudah gila!?

"Akhirnya kau bangun juga," ucap Zee dengan suara serak khas bangun tidur. Pria itu hampir tidak bisa merasakan lagi tangannya karena New tidur di lengannya.

"Apa itu masih sakit?," tanya New. Kalau yang ditanyakan New saat ini adalah lengannya, maka Zee akan menjawabnya dengan lantang bahwa sekarang tangannya sangat sakit untuk sekedar digerakkan!

Sial....

"Coba aku lihat," tanpa permisi New memegang rahang Zee dan memeriksa wajah suaminya tersebut dengan seksama.

"Lihat ulah ayahmu, wajahmu jadi tambah jelek," ejek New yang membuat Zee tersenyum.

"Setiap kali kau berulah, aku yang akan mendapat masalah," terang Zee.

New mendengus, "Bagaimana mungkin ayahmu lebih sayang ke menantunya," ucap New tak percaya. Iapun beranjak dari tempat tidur Zee untuk bersiap sekolah, namun Zee menahannya.

Living Inside YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang