Chapter 6

415 36 18
                                    

Mix tak tahu kenapa ia bisa berada di ruang melukis New. Tangan kanannya memegang kuas dan tangan kirinya memegang palet cat. Ia bahkan tak ingat bagaimana bisa ia berakhir di sini dengan Zee(?) sebagai objek lukisannya. Ya, Mix yakin wajah manusia yang ada di lukisan tersebut adalah Zee meskipun lukisan tersebut belum selesai. Ingin sekali Mix mengumpat, namun ia baru sadar bahwa ternyata ia tidak bisa berbicara. Bahkan ia tak bisa menggerakkan tubuhnya, seolah ada orang lain dalam dirinya. Semua gerakan yang ia lakukan sekarang adalah gerakan di luar kendalinya, bahkan suara yang keluar dari mulutnya sekarang adalah bukan dari kemauannya.

"Kenapa harus kamu phi....??," oke. Sekarang Mix cukup heran dengan maksud ucapannya sendiri. Dan ini adalah suara Nunew(?). Ditambah lagi kini kedua matanya telah basah oleh air mata yang entah kenapa keluar begitu saja.

'Apa ini?,' pikir Mix yang tiba-tiba merasa sakit pada dadanya. Sakit yang bukan berarti sebuah penyakit, namun sesuatu yang membuatnya sesak sehingga ia ingin menangis. Ini seperti ketika Mix tahu bahwa dirinya telah kehilangan kedua orang tuanya, rasa sakitnya sama.

Dan kemudian sesuatu terjadi tanpa ia duga.

Sebuah tali tiba-tiba menjerat lehernya. Itu sangat kuat, sampai Mix tak bisa bernafas. Semakin ia mencoba melepaskan diri, maka semakin kuat pula tali itu menjerat lehernya. Mix tidak tahu siapa keparat sialan yang telah berani  melakukan ini kepadanya. Daripada memikirkan itu, bukankah sebaiknya ia memikirkan bagaimana ia bisa melepaskan diri. Tapi sialnya, semua gerakan yang ia lakukan sejak awal adalah bukan atas kendali dirinya. Sehingga yang seharusnya ia bisa menendang orang yang melakukan ini kepadanya, ia justru hanya menendang-nendang udara sampai iapun hampir tak bisa merasakan apa-apa lagi selain rasa nyeri yang luar biasa menjalar di tengkuk dan dadanya. Sampai ketika Mix mulai putus asa dan hampir hilang kesadaran, suara seseorang memberinya sedikit harapan. Meskipun suara panggilan bukan untuk dirinya dan dari orang yang tidak ia sukai, untuk saat ini setidaknya ia sangat bersyukur masih bisa mendengar suaranya.

"NEW!! NEW!!!," hal pertama yang Mix lihat ketika membuka mata adalah wajah khawatir Zee. Betapa bersyukurnya ia saat melihat Zee, dan dengan kendali dari dirinya penuh ia peluk tubuh pria itu. Sangat erat, seolah ingin membuktikan bahwa orang yang ada di depannya ini nyata. Saat sadar bahwa dirinya masih berada di kamar milik New, Mix sangat bersyukur bahwa kejadian sebelumnya ternyata hanyalah mimpi. Meski begitu, rasa nyeri di dadanya cukup membuatnya takut. Mimpinya terasa begitu nyata, sampai saat ini bisa kembali menghirup udara adalah hal paling melegakan untuknya. Ia menghirup udara dengan tidak sabar, efek tidak bisa bernafas dalam mimpinya barusan.

"Kau mimpi buruk? Tidak apa-apa...aku ada di sini...," tutur Zee lembut. Ia masih memeluk tubuh New dengan sebelah tangannya yang mengusap punggung istrinya tersebut dengan pelan. Perlahan nafas New kembali normal, dan dengan gerakan pelan pula ia melepas pelukannya kepada tubuh Zee yang hangat itu. Sebenarnya ia sangat malu, ingin menampar dirinya sendiri atau menendang Zee sampai terjungkal dari tempat tidurnya. Namun ia merasa sangat lega saat melihatnya, setidaknya ada di sini untuk membuatnya tenang.

"Terima kasih," ucap New tulus. Ia banting ego dan  harga dirinya yang tinggi, setidaknya untuk saat ini saja! Ia pasrah jika nanti Zee menertawakan ini sebagai aib atau semacamnya, ia sudah tidak peduli lagi. Tapi sepertinya segala pikiran negatif itu meleset saat Zee tak mengeluarkan ejekan atau sekedar menertawakannya. Pria itu kini justru tengah meletakkan telapak tangannya ke keningnya, lalu meletakkan ke keningnya sendiri untuk membandingkan suhu tubuh mereka.

"Kau sedang demam. Istirahatlah, kau tidak perlu masuk sekolah hari ini," ucap Zee membawa tubuh New kembali berbaring dan menarikkan selimut sampai dada. Dalam diri New menuntun untuk menurut dan menjadi anak baik tanpa ada protesan kluar dari mulutnya yang biasa berisik. Tapi ketika Zee hendak pergi, tiba-tiba kekhawatiran itu datang. Ia meraih lengan pria yang jauh lebih tua darinya itu tanpa berpikir satu ataupun dua kali, hingga Zee sampai melihatnya dengan tatapan heran sekaligus tidak percaya. New bertingkah imut sekali pagi ini, sepertinya ini adalah hari paling bersejarah untuk Zee.

Living Inside YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang