Chapter 1

3.1K 128 8
                                    

Revisi

Maaf jika ada typo, bahasa kasar, alur tidak jelas, aneh, dan lain sebagainya🙇🙌❤.
Saya selaku author meminta maaf karena kesalahan tersebut😓😩 juga berterimakasih telah membaca cerita saya🙏😊.

Dan jangan lupa untuk vote 🗳️ dan komen 💬💬 para pembaca setia saya 😊🌹

Selamat menikmati 🎉🎁👏👍

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Terlihat seorang lelaki dengan mata indahnya berwarna silver bak bintang di angkasa yang memancarkan sinar mereka tersendiri, begitu unik dan indah serta memanjakan mata orang lain yang menatap ke arah matanya.

Lelaki itu juga memiliki paras yang tampan dan memiliki otak jenius membuatnya mempunyai banyak fans.

Tetapi, bukan berarti karena itu dia sempurna. Masih ada satu orang yang bisa mengalahkan Lelaki itu siapa itu? ...

Kakak sulungnya ... Kakaknya memiliki paras yang tampan, pintar, dan juga jago beladiri bahkan ketua ekstrakurikuler bela diri.  Sayangnya, karena sifatnya yang begitu dingin dan kejam tak pandang bulu membuatnya ditakuti oleh banyak orang.

"Hali ... Bisakah lo gak mencuri fans-fans milik gue? " ucapan lelaki dengan iris mata silver. Orang yang dia ajak bicara atau bisa dibilang kakak sulungnya hanya melirik nya dan hanya menjawab tanpa menutup bukunya.

"Gue gak pernah mencuri fans lo ... " ucap Halilintar dengan nada ketus karena sedikit kesal. "Ya, fans lo aja yang suka sama gue." jawabnya membuat lelaki didepannya hanya bisa mengginggit bibirnya sampai dia tidak sadar bahwa bibirnya sudah berdarah dan terluka.

Lelaki itu mulai berdiri dan mendekat ke arah wajah lelaki yang tadi memprotesnya. Lelaki itu hanya diam saja menatap tajam kakaknya yaitu Halilintar.

"Solar, bibirmu berdarah." Halilintar menatap bibir Solar yang sudah mengeluarkan sedikit cairan berwarna merah. Solar tertegun dan menghentikan aksinya mengginggit bibirnya karena kekesalan karena dinginnya sang  kakak sulung.

"Ah, jangan dipikirkan—" Solar berhenti bicara ketika melihat wajah kakaknya yang sangat amat dekat dengan wajahnya. Bahkan Solar bisa merasakan nafas Halilintar.

"Bau jigong ... Jangan terlalu dekat" hardiknya sambil mengerutkan dahinya dan mencoba mendorong kakaknya, dia tidak sudi terlalu dekat atau terlihat dekat dengan orang di depannya ini yang sudah dia anggap sebagai musuh bebuyutan nya.

"Tunggu," jawabnya dan semakin dekat dengan wajah Solar. Solar hanya membiarkan karena agar cepat selesai. Untungnya dia sekarang ada di atap sekolah. Atap sekolah cukup jarang dikunjungi karena rumor horror, entahlah darimana asal rumor tersebut.

Tiba-tiba saja Halilintar yang tadi sedang menundukkan wajahnya agar lebih dekat dengan wajah Solar langsung saja berdiri dan menatap tajam ke arah sekitar. Melihat tatapan tajam tersebut membuat Solar seketika merinding.

KesalahpahamanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang