LIMA

79.5K 10.2K 528
                                    

*Happy Reading*

Dua hari setelah mereka berada di rumah orang tua Lingga untuk berziarah dan bersiturahmi. Kadang juga membantu pekerjaan kakek Lingga. Kini mereka sudah mulai menaiki bukit. Waktu menunjukkan pukul empat sore. Mereka memang sengaja mulai mendaki pada siang hari, agar dapat melihat keindahan sunset di atas bukit.

"Capek?" Tanya Carel yang melihat adiknya mulai memelankan jalannya.

Kayra menggeleng pelan, "Enggak."

"Sini biar kakak bawaain tas nya."

"Enggak usah, kan kakak udah bawa tas kakak."

"Gapapa."

Carel mengambil alih tas adiknya, menggendong tas tadi di depan. Membuat pria dengan ikat kepala itu, menggendong dua tas sekakigus. Di punggungnya, ia menggendong tas miliknya, dan di depan ia menggendong tas Kayra.

Carel menggandeng tangan adiknya, memimpin pendakian bukit kali ini. Diikuti rombongan mereka dibelakang. Pada ketinggian 2194 Mdpl. Kayra menekuk lututnya, wanita itu kelelahan.

"Istirahat dulu," ujar Carel menyuruh adiknya duduk.

"Kalian duluan aja, ntar gue nyusul," ucap Carel pada teman-temannya yang kini mengerubungi mereka.

"Emang masih lama, Ngga?" tanya Azka penasaran.

Lingga menunjuk plang disana. Disana tertulis Bukit candi.

"Ini bukit candi satu, masih harus nglewatin bukit candi dua. Baru bisa ke puncak bukit," jawab Lingga menjelaskan.

"Kita bangun camp disini, udah sore juga. Besok kita lanjut," ujar Lingga.

Semua mengangguk, selain kepada Carel. Mereka juga tidak berani membantah perintah sang wakil mereka. Mereka lalu menurunkan tas masing-masing, mulai mendirikan beberapa tenda khusus untuk camp.

"Minum dulu," ucap Carel yang menyodorkan air minum pada adiknya yang langsung diterima oleh gadis itu.

"Makasih Kak."

Carel mengangguk, mengelus pelan kepala adiknya.

"Kakak bantuin temen-temen dulu, kamu disini aja."

Gadis itu kembali mengangguk, tersenyum tipis dibalik cadarnya. Huft, jika tau bukitnya setinggi ini. Ia tak akan ikut kemarin.

Kayra menopang dagu, memperhatikan teman-teman kakaknya yang sibuk membangun tenda. Sebenarnya ia ingin membantu, namun apalah daya, Kayra sangat lelah. Mata gadis itu langsung tertuju pada pria yang kini hanya memakai kaos berwarna hitam. Siapa lagi jika bukan Lingga, padahal disini sangat dingin. Kenapa ia bisa tahan dengan situasi sekarang tanpa baju tebal?

Akh, lupakan itu sekarang lihatlah pria dengan ikat kepala berwarna orange yang menghalau rambutnya agar tidak menutupi dahi, membuat Lingga berkali-kali lebih tampan dari biasanya. Pria itu kini sibuk menarik ujung tali pada tenda temannya.

Kayra menyipitkan mata, tersenyum manis dengan terus memandangi sahabat kakaknya itu.

"MasyaAllah, Kak Lingga ganteng banget," gumamnya.

"Ngomong apa barusan?"

Kayra tersentak ketika mendengar suara kakaknya yang sudah kembali duduk disampingnya.

"Ah, e.. enggak Kak, ga ngomong apa-apa."

"Istigfar Kay, Zina mata," peringat Carel, dirinya tau bahwa adiknya itu daritadi terus memperhatikan Lingga.

Bahkan tadi Carel berulang kali memanggil Kayra, Namun tak ada sahutan dari adiknya.

"Astagfirullah," gumam Kayra menggelengkan kepalanya.

I'M CAREL (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang