EMPAT PULUH TUJUH

52K 8.9K 1.2K
                                    

Carel menatap malas lautan penuh manusia di kantin. Pria itu berdecak pelan di sudut kantin, membuat Azka yang sedang makan cilok menoleh.

"Kenapa lo?"

Carel hanya menatap Azka singkat, entah kenapa moodnya menjadi jelek ketika tadi Naya mengatakan bahwa dirinya adalah Yaya. Lelucon macam apa itu? batinnya emosi.

"Anjing," ucap Carel, membuat anggota Battara yang ada disana menoleh. Membulatkan matanya ketika mendengar umpatan kasar pria itu.

Seorang Carel Aldeguer Ghazali berani mengucapkan umpatan kasar? Bahkan ini kali pertama mereka mendengarnya.

"Astagfirullah, nyebut Rel," ujar Zaska yang kini sudah kembali berkutat dengan mangkok berisi bakso.

"Apa?" tanya Carel tanpa dosa.

"Omongan lo, gue aduin tante La. Biar tante tau kemajuan putra kesayangannya."

Carel menatap Zaska heran, "Anjing," ucapnya lagi yang membuat Zaska langsung menoleh.

"Udah, udah denger gue gausah diulang terus. Dosa."

"Sejak kapan nyebut anjing dosa?" tanya Carel heran.

"Mengumpat itu tidak baik bos, mending diem," sahut Azka kembali memasukkan cilok ke mulutnya

Carel mengerutkan kening, "Anjing, itu anjing," ucapnya menunjuk pintu kantin dengan dagu membuat anak-anak Battara menoleh.

Mereka melongo ketika melihat gadis kecil yang merupakan anak dari penjual salah satu dikantin menggendong boneka anjing yang cukup besar.

"Boneka, anjing," sahut Azka cepat.

"Heh bukan, yang bener boneka anjing."

"Sama aja.."

"Kesannya lo juga ngomong kasar."

"Apa? Kan bener omongan gue. Boneka, anjing."

"Ya salah.."

"Brisik, yang bener tayo," sahut Carel yang membuat mereka langsung diam.

"Sejak kapan tayo jadi anjing?"

"Lah, bukannya tayo anjing?" tanya Carel heran.

"Pinter, anaknya om Cal sama tante La. Dimana-mana tayo itu wedus."

"Wedus?"

"Wedus apaan?"

"Wedus itu, apa Ngga?" tanya Azka balik.

"Kambing," jawab Lingga singkat.

"Lah, sejak kapan tayo jadi wedus?" tanya Reza heran.

"Sejak kapan juga wedus jadi tayo?"

"Astagfirullah, kalian ini wedusa sekali."

Azka menatap datar kembarannya yang sibuk dengan bakso disana, "Wedusa, wedusa. Muka lo tuh kayak wedus."

Zaska mengedikkan bahunya acuh, "Daripada lo, kayak kirik."

"Kirik apaan lagi?" tanya Reza heran.

"Kirik ya Azka."

"Anjing," lanjutnya.

"Saru," sanggah Azka cepat.

Dengan watadosnya, Zaska menanggapi ucapan kembarannya itu dengan...

"Saru roti, roti.. Saru, roti..."

"Gue kasih saran, mending kalian diem," ucap Carel yang tak tahan mendengar pertengkaran dua sahabat kembarnya itu.

"Kak Carel.."

Carel menoleh ketika seseorang memanggilnya. Disana, Raja berdiri dengan kresek besar yang entah apa isinya. Namun, yang menjadi fokusnya kali ini adalah tangan bocah itu yang digandeng gadis disebelahnya, dia Kanaya.

I'M CAREL (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang