ENAM PULUH LIMA

68.7K 8K 553
                                    

Kanaya menatap tak percaya bendera kuning dan tenda yang terpasang di depan rumah Carel. Gadis dengan balutan gamis berwarna hitam itu berlari masuk ke dalam. Tubuhnya seakan membeku ketika melihat banyaknya orang disana dengan pakaian serba hitam. Tak menggubris tatapan aneh yang diberikan padanya, Kanaya lebih memilih menghampiri seorang yang terbaring kaku disana. Tangannya bergetar, membuka penutup kain tadi.

"CARELL.." teriaknya membuat orang-orang yang ada disana terkejut.

Ayla mendekat, memegang pundak Kanaya lembut.

"Tante, tante, Carel kenapa? Tante, Carel, hikss..."

"Ikhlasin Carel ya.."

"Enggak, Carel, Carel bangun. Jangan tinggalin gue, Carel maafin gue.. hikss, Calel maafin Yaya.."

"Yaya janji, Yaya bakal nurut sama Calel, Yaya janji nggak ngrepotin Calel lagi. Tapi Yaya mohon, bangun hikss.."

"Calel mau pergi ke Tarim kan? Ayo pergi ke Tarim, Yaya bakal tunggu Calel lagi kok, Yaya bakal nunggu berapa lamapun Calel pergi tapi nggak untuk pergi yang satu ini, hikss.."

"Carel, hiks.."

Tubuh Kanaya ambruk, gadis itu tak sadarkan diri membuat Ayla yang disana panik lalu meminta bantuan untuk memindahkan tubuh Kanaya.

***

Gadis dengan mata sembab itu menatap kosong tulisan nisan di depannya. Tangannya terulur mengusap batu nisan tadi.

"Lo pamit pulang, tapi lo nggak bilang pulang ini yang lo maksud."

"Boleh gue tarik kata-kata gue yang bilang nggak bakal kangen sama lo?"

"Gue kangen, bahkan sekarang gue kangen sama lo."

"Kenapa? Kenapa Calel tinggalin Yaya. Kita baru ketemu setelah sekian lama pisah, tapi takdir punya rencananya."

"Yaya coba ikhlasin Calel ya, tapi Yaya nggak janji bakal bisa."

"Calel yang tenang ya disana. Calel tenang aja, setiap sore Yaya bakal kesini buat jenguk Calel."

"Calel, Yaya pulang ya. Assalamu'alaikum."

****

Dua pria yang berusia sama itu menutupi dirinya dengan selimut, saling memungungi dengan isakan yang terus keluar dari keduanya.

"Bilang sama gue kalau ini cuma mimpi."

"Gue pengen bilang gitu, tapi ini nyata."

"Saking sayangnya Allah sama Carel, dia dipanggil duluan."

"Gue nggak tau, tapi gue belum siap kehilangan Carel."

"Lo tau kan setiap kita berantem, Carel yang selalu ada buat gue," lanjut Zaska sesenggukan.

"Nggak cuma lo, gue juga.."

Flashback on

"Kalian mau akur, nggak?"

"Nggak," jawab keduanya kompak, saling memunggungi satu sama lain.

Carel memijat pelipisnya, bingung menghadapi tingkah dua saudara kembar ini, "Masalahnya apa lagi?" tanyanya berusaha bersabar.

"Ya lo bayangin Rel, gue udah beli cilok ngantri lama. Gue bawa pulang, tapi malah dimakan sama si ono."

"Yakan gue gatau kalau itu punya lo."

"Kan lo bisa tanya sama orang rumah."

"Bunda sama Ayah lagi pergi waktu itu."

"Gue dikamar mandi, kebelet."

I'M CAREL (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang