TIGA PULUH DELAPAN

55.4K 9.8K 2.3K
                                    

Lunas double up, untuk hari ini yup..

Emm gini-gini, author masih bingung sama yang komen :
"Kan Azka sama Zaska beda umurnya. Kok bisa satu sekolah?"

"Kan Azka sama Zaska beda empat taun sama Carel, kok sekarang bisa seumuran."

"Kayra kok cuma beda dua tahun, kan waktu lahir Carel udah umur empat tahun."

"Si kembar kan umurnya beda, gimana sih."

Emm, agak nyolot ya bund yang terakhir😌 Tapi gapapa, biar author jelasin lagi. Kalau author disini buat ceritanya beda dari sebelumnya. Masalah umur, author udah jelasin di prolog yup..

Agak bingung juga kenapa kalian komen gitu, padahal udah author jelasin diawal cerita😌

But it's oke. Semoga mulai sekarang ga ada yang bingung lagi yup. Thankyou All, sayang kalian banyak-banyak🤗🤗



Happy Reading


Carel semakin menancap gasnya ketika merasakan titik-titik air hujan mulai membasahi tangannya. Melirik ke spion, pria itu menyingungkan senyumnya ketika melihat Kanaya memejamkan mata dibalik helm full face nya. Sepertinya, gadis itu ketakutan.

Sial, kenapa hujannya semakin deras. Pria itu harus segera berteduh sebelum kepalanya akan pusing terkena air hujan. Carel itu paling anti dengan air hujan, terkena air hujan sekali besoknya pasti akan sakit. Kali ini Umanya tidak ada, ia tak mau merepotkan adiknya jika ia sampai sakit nanti.

Di emperan toko yang sudah tutup, Carel menghentikan motornya. Mengintruksikan Kanaya agar turun lalu meneduh disana. Carel mengacak rambutnya yang sudah basah oleh hujan, baju pria itu juga sedikit basah.

"Fiks, pusing nanti malem," batin Carel.

Pria itu menoleh ke arah Kanaya yang sepertinya kesusahan membuka pengait helm tadi.

"Bisa nggak?"

"Bisa.."

Carel mengerutkan kening, memukul helm yang dikenakan Kanaya pelan membuat gadis itu meringis.

"Aw, sakit."

"Orang gue mukul helm nya."

"Kan kepalanya di dalem."

Carel terkekeh mendengar ucapan Kanaya barusan. Pria itu mendekat, memegang helm tadi lalu memutar ke arahnya. Kanaya mematung, karena jarak mereka yang begitu dekat. Dan lagi, lihatlah pria dengan rambut dan wajah yang basah oleh air hujan itu. Membuat Carel lebih tampan kali ini.

"Maaf.." ujar Carel mengelus bagian helm yang tadi ia pukul.

"Yang sakit kepalanya, btw."

"Iya, besok dielus kepalanya kalau udah sah."

Carel menundukkan kepalanya, tangannya terulur melepas kaitan helm tadi membuat Kanaya kembali mematung.

"Udah," ucap Carel.

Kanaya mengangguk, menarik helm tadi perlahan supaya kerudungnya tidak ikut tertarik.

"Sepi banget," gumam Kanaya pelan.

"Kalau mau rame, besok diacara nikahan kita."

Kanaya menoleh, memperhatikan Carel yang fokus dengan jalanan di depan sana.

"Kita?"

Carel mengangguk, "Lo sama gue," jawab Carel enteng.

"Mulut lo Rel, kalau gue baper gimana?"

"Sejak awal kan gue bilang, kalau gue cuma bercanda. Jadi, kalau lo baper yaudah."

"Yaudah?"

Carel mengedikkan bahu, lalu menoleh ke arah Kanaya.

I'M CAREL (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang