Labyrinth

52 8 0
                                    

"Kau membuat sesuatu?" Ujar Nyonya Kwon berjalan menghampirinya.

"Aku tidak bisa tidur, apa aku boleh meneruskannya?"

Nyonya Kwon mengangguk mantab, "Tentu, apapun yang kau mau." Ujarnya sembari menyentuh sayuran di sebelah Jihoon. "Aku tidak percaya kau memetiknya sepagi ini." Lanjutnya sambil menoleh jam yang menunjukkan pukul 4.56 pagi.

"Aa~ aku melihatnya kemarin. Sayuran dari kebunmu adalah yang terbaik." Jihoon mengacungkan kedua jempolnya ke arah Nyonya Kwon yang tertawa puas. Seakan mereka sudah mengenal lama.

"Bagaimana dengan Soonyoung, apa dia sudah bangun?"

Jihoon tersenyum sambil memasukan bahan masakannya keu dalam wadah. "Dia masih tertidur, sepertinya lelah dengan pekerjaanya. Semalam ia juga masih sempat mengurus beberapa hal kantornya."

"Jujur saja aku suka jika kau bisa mengurus Soonyoung dengan kepribadian seperti itu, kau peduli dengan makanan dan kau pintar memasak. Aku yakin juga jika kau pintar di ranjang." Jihoon yang mendengar kalimat pertama itu lantas menganggukkan kepalanya pelan sebelum ia sedikit terkejut kala ibunya itu mengatakan kalimat terakhirnya.

Tangannya lantas berhenti kala kalimat terkahir itu terekam dengan sempurna.

"Aku pikir kau sudah tahu apa kebiasaannya saat malam hari bukan?" Jihoon lantas menghentikan aktivitasnya meracik bahan, matanya kini mengamati Nyonya Kwon yang seolah mengatakan pedih itu dengan balutan senyum. "Itu adalah salahku, dia menjadi seperti itu karena aku meninggalkannya. Aku yakin dia pasti terkejut saat aku meninggalkannya." Lanjut Nyonya Kwon sedikit berkaca-kaca.

"Aku menyesal sejak saat itu tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa. Soonyoung mungkin menaruh benci padaku sejak saat itu."

Jihoon terdiam, rasanya ia memikirkan hal yang sebaliknya. "Aku tidak merasa dia menaruh rasa benci. Mungkin saja dirinya saat itu hanya terkejut dengan apa yang ia terima. Dia masih menyayangi Anda." Ujar Jihoon seakan memastikan.

"Ah, tapi aku cukup senang dia mau menemuiku lagi dengan seseorang. Meski dia dekat dengan orang lain sejak aku meninggalkannya tapi tidak satu pun yang memang setia dengannya. Aku harap tidak seperti itu denganmu." Jihoon hanya menganggukkan kepalanya sambil tersenyum. Wajahnya terlihat cukup imut dengan balutan clemek yang menambah kesan lucunya.

Meski kenyataannya Jihoon tau jika Soonyoung memang orang yang seperti itu tapi apa yang dapat ia lakukan. Dengan cepat, sendu yang semula menghiasi wajah Nyonya Kwon ini berubah tersenyum tanpa sebab. Ini membuat Jihoon sedikit bingung dengan apa yang harus dilakukannya.

"Jadi, jika kau sudah tahu kebiasaan Soonyoung dan kau menaruh hati padanya. Bukankah itu artinya kau juga sudah siap dengan kebiasaan Soonyoung nantinya?"

Jihoon tertawa pelan. Ia tidak menyangka Nyonya Kwon akan mengatakan itu padanya. "Itu tidak benar." Tangannya kembali meraih sayuran yang kini tidak sabar untuk diolahnya. 

"Kalau begitu kau harus berlatih, jika kau mau kau bisa memintanya pada Soonyoung secara langsung." Ujar Nyonya Kwon dengan antusias. Sedang Jihoon terkejut bukan main, "Semalam aku juga mendengarnya, jangan salah paham aku hanya ingin memberikan selimut tapi karena kupikir aku mengganggu kalian." Lanjut Nyonya Kwon sembari menatap lurus ke atas tentang apa gambaran semu apa yang didengarnya.

"Aku tidak tahu mengapa kau bisa mengatakan jika Soonyoung bisa melepas ikatan yang sudah kita buat sejak awal." Nyonya Kwon menampilkan ekspresi wajahnya yang sangat bingung. Ya, Jihoon sudah menebak apa yang sudah ia lalui diketahui oleh keluarganya ataupun keluarga Kwon.

Sedang Jihoon terus menggeleng sambil tersenyum kecut, "Aku tidak bisa memaksanya lagi, Anda sudah tahu jika ini adalah yang kedua kalinya perjanjian itu dilaksanakan. Jika Soonyoung masih tidak menginginkannya biar dia yang menyudahinya." Ujar Jihoon pelan.

flores florecientes | -SOONHOON-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang