Di sinilah Soonyoung sekarang. Pantatnya yang masih terduduk di bangku sofa milik keluarga Lee. Diam sendiri menunggu pemilik nama Lee Jihoon ini turun menghampirinya.
Matanya malas menunggu pria itu dengan melihat beberapa figura yang tersusun rapi di barisan meja. Interior ruangan yang cukup bagus tak lupa menjadi salah satu penarik minatnya.
"Kau bisa melihatnya lagi nanti." Sooyoung mengalihkan pandangannya pada pria pendek yang tengah menuruni tangga. Tidak ada jawaban dari Soonyoung. Soonyoung hanya berjalan mendekat pada Jihoon sebab dirinya tahu empat pasang mata itu masih mengamatinya di belakang sana.
Perlahan namun pasti, Soonyoung mulai meninggalkan area rumah Jihoon. Kakinya membuntut pada pria di depannya ini dengan pasti. Membawa pria itu ke tempat yang menjadi tujuan mereka.
Sepanjang perjalanan tidak ada kalimat yang keluar dari mulut mereka. Soonyoung sibuk menyetir sedangkan Jihoon terus menerus bermain dengan ponselnya. Hanya suara bising dari jalanan yang dilaluinya.
"Letakkan ponselmu dan bicaralah padaku, aku benci kondisi seperti ini."
"Pak Kwon, aku tidak memiliki kalimat untuk ku sampaikan padamu."
"Setidaknya katakan apapun."
Jihoon terdiam, ia mencoba mencerna situasi yang ia alami. Mencoba mengerti mengapa sosok pria di sampingnya yang jelas tidak menyukai dirinya bisa memintanya untuk melakukan hal itu. Seperti bukan dirinya saja.
Di balik kemudi, Soonyoung sempat menyesali ucapannya yang cukup memaksa sosok di sampingnya. Soonyoung sempat melihat mimik wajah Jihoon yang sedikit menunduk. Namun, kembali, ego menguasai dirinya.
"Apa yang akan kau lakukan lusa?"
"Hanya berkunjung ke beberapa tempat."
"Lalu apa yang biasa kau lakukan?"
"Mendengarkan musik."
"Wah, selain mengomeli makanan kau juga punya sisi penyendiri ternyata."
"Benar Tuan Kwon, Kau seharusnya bersyukur dan membuat sebuah alasan yang bagus dari hal itu." Jihoon justru berantusias membenarkan ucapan pria di sampingnya ini, sedikit nada tinggi yang membuatnya merangkak emosi.
"Apa maksudmu?" Jihoon hanya mengangkat bahunya acuh.
"Sebenarnya apa yang ingin kau beli?"
"Sekantung cokelat, butter, cream foam dan beberapa choco chips."
"Seperti ingin memasak roti saja."
"Diam jika kau tidak mengetahuiku sama sekali. Tunggu di sini."
Jihoon menutup pintu mobil Soonyoung dengan cukup keras. Cukup puas Jihoon menyalurkan emosi atas ucapan Soonyoung beberapa detik yang lalu. Jihoon berjalan sambil menghela napasnya sedikit kasar.
Tangannya bergerak menelusuri barang yang ia butuhkan. Tangan itu berhenti kala ia menemukan barang yang ia inginkan. Tapi dengan cepat barang itu juga diambil oleh salah seorang pria yang tiba-tiba saja berada di belakangnya.
Jihoon menoleh sambil mundur beberapa langkah. Namun, sayang keseimbangannya kurang saat kakinya mengenai beberapa barang yang terletak di bawah sana. Dengan cepat tangan pria itu meraih tubuh Jihoon dengan sigap. Mengantisipasi tubuhnya terbentur dan menimbulkan luka.
"Lihat siapa yang ku temukan." Sontak Jihoon kembali mengamati sosok pria yang meraih tubuhnya. Bau wangi dari pakaiannya, warna rambut hitam yang mempesona. Ah, apa yang sedang menghantuinya ini menilai sosok orang yang terlihat tidak asing di matanya.
![](https://img.wattpad.com/cover/106630936-288-k616376.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
flores florecientes | -SOONHOON-
Fanfiction-[SOONHOON]- Tidak mengerti dengan konsep hidupnya yang sudah tertata. Remuk redam sebab lelaki dan segudang pemikiran kecilnya -Jihoon Ini adalah kisah Soonyoung dengan berbagai alasan, sikap, dan tindakan yang gegabah demi mendapat kembali apa yan...