“Jika aku memintamu untuk bertemu dengan Soonyoung bagaimana? Wajahnya tadi sungguh mengerikan dan dia mengamuk di club ku karenamu.”“Aku? Tidak mungkin! Dia memang temperamen dan punya emosi yang buruk.” Jawab Jihoon.
“Benarkah?!” Sontak suara terdengar tidak asing lagi kini masuk dalam telinga Jihoon. Dengan berat hari Jihoon menoleh pada sosok yang kini bersandar di antara pintu rumah Joshua.
“A~ maafkan aku aku harus mengambil sesuatu.” Jihoon hendak pergi dari hadapan semua orang di sini. Meski Jihoon menampilkan dalam wajah yang begitu tenang, tetap saja Soonyoung mengerti maksud dari kalimat pamit milik Jihoon kala ini.
Dengan cepat Soonyoung meraih tangan Jihoon yang sudah mulai melangkahkan kakinya hendak pergi. “Hendak menghindariku Lee?” Jihoon merasakan genggaman tangan itu semakin erat tapi dirinya tidak merasakan kehangatan sama sekali. Tangan Soonyoung terasa begitu dingin.
“T-tidak.”
“Eum, berbohong?” kali ini suara Soonyoung melirih.
Jihoon yang mendengar suara itu lantas menoleh. Dengan jarak langkah yang lumayan jauh dirinya hanya bisa memandang tubuh yang telah basah itu dengan ngeri. Ludahnya sulit untuk ditelan. Samar-samar dari ruangan depan sana yang terlihat hanya meremang. Sosok itu perlahan masuk ke dalam rumahnya.
“Bagaimana denganku yang terus menghubungi ponsel ini?” tangan Soonyoung lantas meraih benda pipih kepunyaan Jihoon.
Jihoon yang merasa tidak aman sebab benda miliknya diambil paksa oleh Soonyoung kini meronta untuk dikembalikan. Pria mungil ini tidak sampai kala Soonyoung mengangkat tinggi ponsel Jihoon ke udara dengan tangannya.
“Kembalikan! Itu milikku!”
“Tidak sampai kau mengaku kenapa kau pergi dan bersembunyi di sini” Soonyoung masih berusaha untuk mendapat jawaban seperti yang ia inginkan.
“Aku tidak bersembunyi.” Jawab Jihoon tidak ingin kalah. “Aku hanya mencoba resep baru di tempat saudaraku, apa menurutmu itu salah?”
“Ya, salah! Kau tidak mengabariku dan tidak meminta persetujuanku untuk pergi. Ayahku bahkan tidak mengabariku jika kau pergi kemari. Bahkan saudaramu tidak memberitahuku saat aku mencarimu, dia mengatakan jika dia tidak melihatmu. Bukankah semua itu adalah kejahatan?”
“Lalu kenapa? Kau masih mencoba untuk membohongiku, huh? Jangan pernah menemui mantan kekasihmu.” Lanjut Soonyoung yang kini melangkah mendekati sofa.
Soonyoung terpejam untuk beberapa saat. Entah dari mana datangnya air yang membasahi tubuh itu. Sedang ketiga orang hanya menatap kosong padanya. Soonyoung kini menutup wajahnya dengan lengan kanannya.
“Kenapa dia?” Bisik Joshua pada Seokmin, sedang sang suami hanya mengangkat bahunya tidak tahu.
“Entahlah. Sepertinya dia sedikit menggila kali ini.” Ujar Seokmin sambil menoleh pada Jihoon.
“Ji, kami menyiapkan satu ruangan kosong hanya itu yang kami miliki. Sebaiknya kau gunakan untuk merawatnya. Soonyoung mungkin sakit karena sibuk memikirkanmu.”
“Bagaimanapun kau harus merawatnya, bukankah kau menyukainya?” Timpal Seokmin. Joshua mengangguk setuju dengan itu.
Disinilah sekarang. Jihoon yang bingung harus bagaimana dengan sosok namja yang sudah lama ia sukai ini. Sedang tubuh Soonyoung terus mengeluarkan keringat sejak namja itu tertidur pulas. Perlahan namun pasti, tangan Jihoon menyeka dahi, leher hingga tubuh bagian atas Soonyoung. Keringat yang sejak tadi mungkin mengganggunya. Beberapa kali Soonyoung mengigau dikala Jihoon masih merawat dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
flores florecientes | -SOONHOON-
Fanfiction-[SOONHOON]- Tidak mengerti dengan konsep hidupnya yang sudah tertata. Remuk redam sebab lelaki dan segudang pemikiran kecilnya -Jihoon Ini adalah kisah Soonyoung dengan berbagai alasan, sikap, dan tindakan yang gegabah demi mendapat kembali apa yan...