Rasanya, aku kembali membenci keadaanku. Lembaran kehidupan baruku dimulai saat kehadiranmu muncul di hadapanku. Senyum manismu, seri wajahmu yang bersinar selalu membuat hari-hariku menyenangkan. Namun kini, dengan kepergianmu, aku kembali merasakan sepi dan hampa yang kian menyelimutiku. Sesak di dada ini tak kunjung berhenti setiap mengingat dirimu, juga bulir air mata yang tak terasa menetes membasahi pipi setiap membayangkan sosokmu. Dalam hati, aku bertanya, Haruskah ada perpisahan di setiap pertemuan?
Dan satu hal lagi...
Bisakah kita bersama-sama lagi (seperti dulu)?
-y
***
KAMU SEDANG MEMBACA
In My Memory
Teen FictionYoselin merasa hidupnya penuh kehampaan. Belum lagi berbagai tuntutan dan larangan dari ibunya yang membuat dirinya semakin terbatas untuk beraktivitas. Gadis itu depresi dan menganggap hidupnya tak lagi berguna di dunia ini. Di sisi lain, Yonathan...