Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Hahaha nggak punya ayah, Perdi nggak punya ayah." ejek anak laki-laki bertubuh gempal, dia bernama Veto.
"Perdi kan anak haram Vet." timpal Ridwan, teman Veto.
Perdi menundukkan kepalanya saat ke 2 anak itu mulai mengejek dirinya.
"Kata mami, Perdi bukan anak haram, Perdi punya ayah." cicit Perdi, Perdi tak berani menatap Veto dan Ridwan.
"Kamu itu anak haram, Perdi anak haram, Perdi anak haram." ujar Ridwan, Ridwan mengambil ranting pohon yang ada di tanah dan dia langsung memukul Perdi menggunakan ranting pohon itu.
Ctas
Perdi menggigit bibir bawahnya untuk tidak menangis, dia membiarkan Ridwan memukulnya menggunakan ranting pohon.
"Ridwan, kenapa kamu pukul Perdi, Perdi anak orang kaya, nanti kamu di masukin kantor polisi kalau pukul dia. tadi juga kan kita udah bikin perjanjian buat ejek dia doang." tutur Veto.
Veto mengambil ranting yang dipegang oleh Ridwan, lalu membuang ranting tersebut.
Ridwan tak memperdulikan ucapan Veto, Ridwan melangkah ke arah Perdi dan langsung menendang kaki Perdi. "Anak haram seharusnya nggak main di sini."
Perdi terjatuh ke atas tanah karena tendangan Ridwan, dia mencoba berdiri walaupun susah, Veto pun ikut membantu Perdi berdiri.
"Perdi, jangan bilangin ke mami kamu kalau aku jahatin kamu ya, bilang aja Ridwan yang jahatin kamu, aku tadi diajak Ridwan buat ejek kamu, jangan masukin aku ke penjara ya." jelas Veto sembari membantu Perdi berdiri.
Tiba-tiba datanglah laki-laki yang seumuran dengan Reina. "Perdi, kamu nggak apa-apa nak?" tanya laki-laki dewasa, namanya adalah Reno.
Reno adalahteman dekat Reina.
Reno menatap tangan Perdi yang mengeluarkan darah karena bekas sabetan ranting yang Ridwan lakukan. "Siapa yang melakukan ini, Perdi?"
Perdi diam tak menjawab, namun Veto langsung menjawab. "Ridwan yang ngelakuin itu om, Ridwan tadi mukul Perdi pakai ranting pohon." Veto menunjuk kearah Ridwan yang terlihat ketakutan.
Reno menatap Ridwan tajam, "Beraninya kamu sakiti anak saya, lihat saja apa yang akan saya lakukan kepada keluargamu." setelah mengucapkan itu Reno langsung menggendong Perdi pergi dari taman bermain.
Sepeninggal Reno dan Perdi, veto langsung melangkah ke arah Ridwan dan menyenggol lengan Ridwan pelan.
"Kan udah aku bilang Perdi itu punya ayah." ujar Veto.
"Aku nggak tau, lagipula ibu aku bilang kalau Perdi itu anak haram, nggak punya ayah." jawab Veto dengan raut wajah yang masih ketakutan.
***
Reina yang sedang melukis di teras rumah di kagetkan dengan Reno yang tiba-tiba datang sambil menggendong Perdi.
Reina langsung meletakkan kuas melukisnya, dia berjalan mengikuti Reno yang membawa Perdi ke ruang tamu.
"Anak gue kenapa Ren?" ujar Reina saat Perdi di dudukkan di kursi ruang tamu, Reina menatap tangan Perdi yang terluka.
"Kamu kenapa sayang, bilang sama mami, siapa yang jahatin kamu." Reina mengatakan itu dengan air mata yang hampir menetes.
Tidak boleh ada yang menyakiti putra semata wayangnya, putra kesayangannya.
"Perdi, jawab mami sayang." Reina mengelus punggung tangan Perdi, yang terluka itu pergelangan tangan Perdi.
"Gimana mami nggak khawatir Perdi, kamu pulang-pulang udah luka gini, ini bukan pertama kalinya kamu pulang dengan keadaan luka, sudah berkali-kali seperti ini Perdi, mami udah nggak bisa tinggal diam."
Perdi menundukkan kepalanya tak berani menatap sang ibu.
Reina menatap Reno dengan tatapan bertanya. "Kenapa Perdi bisa luka gini Ren, siapa yang ngelakuin."
"nggak tau, tadi gue lewat taman terus gak sengaja liat Perdi yang lagi di tolongin anak lain, ya gue samperin lah. terus katanya Perdi di sabet ranting pohon sama anak yang namanya Ridwan." jelas Reno.
Reina menundukkan kepalanya, air matanya menetes. "Gue nggak terima Ren, gue gagal jaga Perdi." papar Reina.
Reno mengelus punggung Reina pelan. "Lo nggak gagal, lo ibu yang hebat, udah jangan nangis, gue nggak suka lihat lo nangis."
Reno beralih menatap ke arah Perdi. "Yasudah Perdi, ayah pulang dulu, kamu cepat sembuh ya, nanti ayah beliin coklat kalau kamu udah sembuh." Reno mengelus kepala Perdi pelan.
"Kok masih panggil om? ayah kan udah bilang ke Perdi mulai seminggu yang lalu Perdi harus manggil om Reno dengan sebutan ayah." tutur Reno.
"Perdi masih belum terbiasa, om."
Reno tersenyum tipis. "Yasudah, ayah pulang dulu Perdi, Reina gue pulang dulu." setelah mengatakan itu Reno melangkah keluar dari rumah megah milik keluarga Reina.
"Mami obati lukanya ya, sebentar, mami ambil kotak obatnya dulu."
Tak butuh waktu lama akhirnya Reina kembali ke ruang tamu dengan kotak P3K yang ada di tangannya.
Reina mengobati luka Perdi dengan perlahan dan telaten, setelah selesai membalut luka Perdi dengan kain, Reina hendak berdiri untuk mengembalikan kotak P3K ke tempat semula namun ucapan Perdi menghentikannya.
"Papi ada di mana mi, Perdi pengen ketemu papi."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.