notes: halo, first chapter udah up nih ayang.. tolong dukung cerita ini sebanyak-banyaknya yaa.. muaahh1.
Suasana Universitas Pemuda Bangsa atau UPB siang itu cukup ramai, banyak mahasiswa baru yang masih berlalu lalang mencari kelas, ada juga mahasiswa tingkat dua yang sedang asyik-asyiknya merasakan dunia kuliah, dan mahasiswa tingkat akhir yang kebanyakan sudah mirip zombie.
UPB memiliki beberapa fakultas dengan akreditasi baik, namun Fakultas Ekonomi dan Bisnis merupakan salah satu fakultas yang terbaik dikampus ini. Dekannya pun terkenal sebagai seorang Guru Besar dan Dekan terbaik. Beliau yang juga seorang professor yang telah puluhan tahun mengajar kelas Keuangan, Pajak, dan International Business Ethic, Prof. Handi Asoka.
Sejak tahun lalu putra semata wayang kebanggaannya masuk ke fakultas binaannya dengan nilai cukup baik, entah apa prasangka orang tapi toh nilai anak lelaki itu tiap semesternya memang bisa dibilang cukup diatas rata-rata, dan keaktifannya dikelas menunjukkan bahwa ia memang cerdas.
Marshal Asoka nama anak itu, banyak mahasiswi yang berharap bisa dekat atau bahkan pacaran dengen laki-laki yang akrab dipanggil Mars tersebut, karena selain terkenal pintar dan kaya, Mars juga punya fisik yang menarik. Tingginya memang rata-rata, 175 cm, bukan tinggi yang buruk untuk seorang laki-laki. Badannya tegap, dadanya bidang, wajahnya punya garis yang tegas dan rahang yang kokoh. Belum lagi fitur-fitur seperti matanya yang ekspresif, hidungnya yang mancung, dan bibirnya yang memiliki senyum manis. Mars bisa dibilang seorang idola di kampus UPB.
Tapi Mars tidak begitu menyukai semua fasilitas dan privilege yang ia dapat.
Pertama, kuliah dijurusan ini sama sekali bukan passion-nya. Kedua, selalu dikaitkan dengan sang ayah juga membuatnya ga bisa bebas berekspresi. Mars bukan pemuda yang cukup supel, tidak mudah untuk bisa akrab dan berbincang dengan siapapun, ini membuatnya sering lelah kalau harus terus-terusan jadi Mars, anak Prof. Handi yang sempurna.
Satu kepulan asap rokok keluar dari bibirnya. Disinilah ia biasa menghilang, atap gedung serbaguna FEB, atapnya bersih, tepat terbuka yang banyak barang lama tapi tidak usang, disana terdapat beberapa kursi dan meja besi karena nampaknya atap ini dulunya memang dipakai untuk tempat belajar mahasiwa namun kabarnya ditutup kerana pagarnya yang rendah, bisa saja ada mahasiswa stress yang menggunakannya untuk tempat terjun bebas kebawah sana. Maka, sebelum itu terjadi, pihak kampus memutuskan untuk menutupnya.
Kepulan demi kepulan asap adalah teman baik Mars selama beristirahat ditempat nyaman ini, hanya Mars yang punya kunci kesini dan ia bisa bebas dari obrolan basa basi atau kejaran mahasiswi genit.
Ciiiiiit
Grekk
Bunyi decitan dan dorongan pintu besi tua yang not nya telah akrab dikuping Mars membuatnya terbangun. Ada yang tau tempat ini?
Ia mengintip namun tidak keluar dari pojok favoritnya.
Seorang gadis dengan tas bahu besar langsung berjalan menuju pojok lain, sebuah kursi dengan meja berpayung yang sempat mencuri perhatian Mars karena satu meja itu memang selalu bersih. Gadis itu mengeluarkan laptopnya, beberapa jurnal dan satu buku tebal dari tasnya.
Kepala Mars miring, berpikir bahwa tubuh mungil itu membawa semua barang berat itu disatu bahu?
Tak lupa ia keluarkan sebotol minuman ringan dan lunch box, entah apa isinya, kemudian dengan satu regangan badan ringan ia mulai mengetik. Membuka jurnal, mengetik lagi, membuka buku, mengetik lagi, melihat ponsel sejenak lalu mengetik lagi, meminum minumannya, mengetik lagi. Sampai disaat ia membuka kotak bekalnya, dikeluarkannya tiga lapis roti tawar, tak terlihat isinya tapi ia mengunyah sandwich itu dengan tenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mars & Mara ( Mark Lee x Yeri)
Teen FictionSpin off dari cerita "Metanoia" yang menceritakan kisah masa lalu tokoh pendukungnya yaitu Marshal Asoka dan Eureeka Asmara. ~~~~ Ayang yang budiman, cerita ini merupakan awal ketemunya Mars dan Mara, dari plot yang udah gue buat cerita ini hanya ak...