4: diuji

1.1K 123 17
                                    




notes: makasih yang masih pada nunggu cerita ini.. ayang ayang jangan lupa vote yah.. ni ceeita sepi amat dah vote sama komennya 🥲🥲



4.

"Kamu kenal skripsi-skripsi ini?"

Mara menunduk, badannya panas dingin, ia serasa ingin kabur dan tidak pernah kembali, kalau bisa ia minta dibuat pingsan atau menghilang saja dari bumi.

Perlahan ia mengangguk, "iya pak..."

"Bisa jelaskan?"

"Keduanya adalah skripsi yang saya bantu buat.." gumamnya lirih.

Pak Handi menghela nafas panjang, "dua skripsi ini milik anak jurusan internasional, mereka punya dosen pembimbing bahasa yang sama dan dosennya menemukan kesamaan tata bahasa dan kata-kata yang dipilih, kesalahan pada grammarpun ditemukan dikalimat yang sejenis." Jelas pak Handi. "salah satunya sudah lulus duluan diawal semester, dan yang ini... milik Utari Bramantyas." ia mendorong satu skripsi, "baru aja pendadaran minggu lalu dan ga bisa menjawab satupun pertanyaan... tim penguji bingung karena ini kan tulisan dia, masa hal-hal kecil saja ga bisa jawab."

Mara menyesali dalam hati karena kurang keras mengingatkan Utari untuk belajar, tapi ia tetap menunduk.

"Sudah berapa banyak skripsi kamu kerjakan, Mara?"

Ia menelan ludah, "enam pak..." jawabnya, "tapi tiga diantaranya bukan mahasiswa universitas ini..."

"Dibayar berapa?"

Mara ingin menangis rasanya namun ia tahan, "beberapa juta, pak..."

"Untuk apa uangnya?"

"Untuk hidup, pak..."

"Untuk liburan ke luar negeri ya?" tanya pak Handi lagi.

Mara menggeleng, jelas beliau tau ia pergi ke Perth dengan mars kemarin, "enggak pak... itu, itu tabungan khusus, tapi saya betulan bekerja part-time dibeberapa tempat, sambil buka jasa mengetik."

"Jasa mengetik? Apa sama dengan jasa buat skripsi?"

"Beda, pak, awalnya saya buka jasa mengetik, lalu saya mengetikan skripsi orang yang sudah jadi, lalu saya pikir ternyata membuat skripsi itu isinya mudah... jadi saya mulai berani membantu menyusun ga cuma sekedar mengetikan aja..."

Pak Handi mendengarkan penjelasan Mara, tak bisa dipungkiri ia kagum dengan bakat Mara. Anak ini adalah pemegang beasiswa yang sesungguhnya. Ia benar-benar pintar.

"Tindakan kamu ini ilegal, Mara, dan harus ditindak." Ujar pak Handi, "tapi saya ga bisa bohong bahwa dua skripsi ini bagus sekali."

Mara tidak bisa senang dengan pujian itu, ia terus menunduk, ia harus siap dikeluarkan dari kampus.

"Harusnya kamu dikeluarkan."

Jatuh sudah air mata Mara. Ia hapus sesegera mungkin sambil terus menunduk.

"Tapi saya dan dewan memutuskan untuk mencabut sementara beasiswa kamu dua semester kedepan."

Ia mendongak, "t-tapi pak... saya, saya ga bakal mampu bayar kuliah disini tanpa beasiswa pak."

Pak Handi melirik kearah pintu, memastikan tidak ada orang disana, "saya ga mau orang seperti kamu punya status D.O, Mara, kamu terlalu brilian untuk dirusak masa depannya. Lagipula anggaplah ini kesalahan karena kamu butuh uang." Pak Handi menghela nafas, "dan kamu pun langsung mengaku, saya sangat menghargai itu. Tapi maaf, saya tetap harus memberi kamu sanksi."

Mara menghapus airmatanya, "terima kasih banyak pak Handi, dan saya minta maaf karena telah melakukan kegiatan ilegal yang merugikan."

Pak Handi memandangi gadis diseberangnya, "Mara..."

Mars & Mara ( Mark Lee x Yeri)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang