Bab 1

2.7K 266 60
                                    

Jungkook memang seorang homo, ia akui itu. Sejak masa puber pertama saat usinya 16 tahun. Mimpi basah yang ia alami adalah bercinta dengan teman sekelasnya, Jaehyun.

Jungkook menyukai Jaehyun karena pemuda itu keren dan tampan. Tapi hanya sebatas suka, sebagaimana ia menyukai penyanyi bernama IU atau menyukai tokoh marvel Iron Man.

Jungkook sepenuhnya memahami ketertarikannya kala melihat pria tampan. Tapi ia belum berani mengakui orientasi seksualnya pada sang kakak. Satu-satunya keluarga Jungkook yang tersisa. Setelah kepergian kedua orang tuanya dalam kecelakaan pesawat lima tahun silam.

Meski yatim piatu, Jungkook hidup berkecukupan. Warisan yang orang tuanya tinggalkan bisa untuk memenuhi kebutuhan Jungkook sehari-hari. Sementara kakak perempuan Jungkook, Jeon Yuna. Memilih bekerja sebagai karyawan di sebuah perusahaan untuk mendapat penghasilan tambahan.

Itulah yang mempertemukan Yuna dengan seorang pria. Pria tampan yang saat itu adalah kolega dari atasan Yuna. Pria yang akhirnya menjadi kekasih Yuna bahkan akan menjadi suaminya. Pria yang sama yang membuat Jungkook merasa berdebar, membuat Jungkook mengenal yang namanya cinta dan juga hasrat membara.

.
.

Pertemuan pertama dengan Kim Taehyung, saat kakaknya membawa pria itu makan malam bersama. Mengenalkannya sebagai kekasih pada Jungkook.

Siapapun yang memiliki mata sehat, dan akal yang waras. Pasti setuju mengatakan jika Taehyung itu tampan. Datang ke restoran membawa kunci mobil porsche, bergaya selayaknya direktur utama. Berjalan mendekat pada Jungkook dan kakaknya selayaknya model balenciaga. Melempar senyum unik, yang memberi getar tak kasat mata. Keseluruhan dari Kim Taehyung, adalah berkah Tuhan yang tak terbantahkan. Wajah tampan, bahu lebar, senyum menawan, dan mapan.

Untuk itulah seorang Jeon Jungkook, yang termasuk dalam kategori makhluk bumi dengan mata sehat dan akal waras. Jatuh pada pesona Kim Taehyung pada perjumpaan pertama.

Seluruh hidupnya dari sejak balita hingga remaja, memuji dan menyayangi kakak perempuannya. Hari itu, ia menjadi orang yang paling iri pada Jeon Yuna. Bagaimana bisa kakaknya yang sederhana itu bisa mendapatkan kesempurnaan semacam Taehyung.

Jungkook tidak bisa untuk tidak melirik Taehyung sepanjang mereka berbincang di satu meja. Berkali-kali menyebut—puji Tuhan—saat visualisasi calon kakak iparnya itu terlihat memesona dari segala sisi dan segala situasi. Dari depan, dari samping, saat bicara, saat makan, saat minum, bahkan saat ia bersin. Taehyung tak pernah gagal menunjukkan pesonanya.

Jungkook semakin tenggelam dalam pesona pria 30 tahun itu, saat Taehyung terbatuk oleh kuah sup yang pedas. Selain suara batuk yang menggetarkan iman, juga bagaimana cara pria dewasa itu meneguk minuman di meja untuk meredakan batuknya. Menjilat sisa minuman di sudut bibir dengan begitu seensual. Lidahnya yang panjang sudah pasti membuat Jungkook berkhayal jika saja lidah itu menjilati tengkuk dan lehernya.

Astaga, itu baru perjumpaan pertama. Dan Jungkook sudah dipenuhi dengan adegan-adegan khayalan selayaknya film dewasa. Sampai Jungkook tak fokus dan hampir mengambil mangkuk berisi sup iga panas, mengira itu adalah minuman. Karena sumpah, Jungkook benar-benar merasa kehausan.

"Jungkook, are you okay?" Yuna berhenti menggerakkan sumpit dan menatap Jungkook khawatir. Menyentuh punggung tangan kiri Jungkook yang berada di meja, sembari mengelusnya dengan lembut.

Yuna berasumsi, bagi Jungkook memang berat menerima orang asing di antara mereka. Sebab keduanya telah terbiasa hidup berdua. Sejak kecelakaan orang tuanya 5 tahun yang lalu. Di saat Jungkook baru menginjak usia remaja yang labil. Membuat pemuda itu lebih suka menyendiri, dan menghindari berinteraksi dengan orang asing. Maka Yuna mengerti jika adiknya itu merasa gugup saat bertemu dengan Taehyung.

"Ada sesuatu yang ingin kau katakan? Hum?" Taehyung mencoba masuk dalam pembicaraan kakak adik tersebut, dengan senyum kotak yang terlampau manis untuk dicerna seorang remaja seperti Jungkook. Ditambah pula suara husky yang seakan menjadi pelengkap kesexian sang calon kakak ipar.

"Ah, aku lupa besok ada tugas di sekolah." Jungkook beralasan, dengan wajah gugup tak berani mengangkat muka.

Yuna menghela napas, menyibak poni Jungkook yang menjuntai hingga ke dahi.

"Besok hari minggu, Kookie."

Panggilan sayang dari kakak perempuannya, membuat Jungkook mengadahkan wajah, bertemu dengan mata tulus Jeon Yuna.

"Tugas membuat puisi, dikumpulkan hari senin. Aku belum mencari referensi."

"Mau kutemani?" Taehyung menawarkan diri, yang mana itu langsung membuat kaki Jungkook gemetar dan jantungnya berdebar.

"Ide bagus, Tae. Bawa dia ke toko buku!" Yuna menyahut dengan antusias. Ide Taehyung menemani adiknya mencari referensi untuk tugas sekolah, adalah langkah awal yang bagus. Agar Jungkook dan Taehyung semakin dekat. Bagaimanapun nantinya mereka akan tinggal bersama. Hubungan saudara ini harus dimulai dari sekarang, sebelum Taehyung dan Yuna memutuskan untuk menikah secara resmi.

"Aku bisa pergi sendiri!" Jungkook meletakkan sumpitnya tergesa. Berdiri dari kursi bersiap untuk pergi. Tidak kuat rasanya ia harus berdekatan dengan Taehyung dengan status sebagai calon kakak ipar. Bukan sebagai pacar.

"Sebentar, Kookie!" Yuna mencegah kepergian Jungkook dengan sebelah tangan menahan lengan adiknya, dan sebelah tangan yang lain mengambil ponselnya di meja yang sedang berdering nyaring.

"Iya, Pak ...."

"...."

"Oh, baiklah. Saya segera ke sana!" Yuna menoleh pada Jungkook setelah menutup ponsel. Genggaman tangannya semakin erat, bersama senyum penuh pinta.

"Maaf, Tae ...." menoleh pada Taehyung, "aku harus kembali ke kantor, ada sesuatu yang terjadi di sana. Ini sangat urgent."

"Baiklah, Sayang. Hati-hati." Taehyung membalasnya dengan senyum.

Pandangan Yuna kini beralih pada Jungkook, melepas genggamannya perlahan.

"Kau bisa pulang naik bis atau taxi, karena aku sedang terbur—"

"Aku bisa mengantarnya." Taehyung memotong cepat.

"Ti-tidak perlu, aku masih ingin ke toko buku sebentar." Jungkook mencari alasan.

"Akan kutemani," sahut Taehyung lagi.

"Aku—" ucapan Jungkook terhenti, oleh gerakan tangan Yoona yang menepuk lengannya.

"Tidak apa ya, hari ini kau bersama Taehyung. Dia akan jadi hyungmu nanti. Jadi, nuna harap kalian bisa akrab." Setelahnya, perempuan itu mengambil tas yang ada di kursi menyampirkannya di lengan.

Sebelum benar-benar meninggalkan Taehyung dan Jungkook berdua. Yuna mengelus rambut Jungkook penuh kasih, lalu menyentuh lengan Taehyung sambil berkata.

"Titip adikku!"

"Sure, Baby!" Taehyung mengangguk, memberi kecupan kecil di pipi Yuna.




Tbc




Seperti biasa cukup vote, komen, follow untuk update selanjutnya

Cerita ini sampai di sini dulu, sambungannya pas habis lebaran. Karena ada bagian nyerimpit ke anu🔞

Brother In Law (End) ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang