Taehyung berlari sejauh mungkin dari perasaan yang mengejarnya. Ia terengah karena tenaganya untuk menghindar, kalah oleh rasa sayang yang begitu besar.
Jungkook dan semua yang ada pada pemuda itu menyadarkan Taehyung akan sesuatu. Jati dirinya yang selama ini ia kubur.
Taehyung semasa remaja, sering mengalami penolakan dari perempuan. Karena taraf hidup orang tuanya yang tidak berkecukupan. Membentuk sebuah karakter anti wanita dan cinta. Taehyung pernah menyukai kakak tingkatnya di kampus, bernama Park Bogum. Tapi ayahnya menghajar Taehyung habis-habisan saat mengetahui hal itu.
Taehyung memenjarakan jati dirinya, berusaha menampilkan topeng kemenangan bersanding dengan norma. Setelah ia sukses menjadi kepala divisi perusahaan besar. Sangat layak kiranya ia menjadi incaran kaum hawa. Tapi rasa trauma yang sudah lama ada, tidak bisa hilang begitu saja.
Apalagi saat pertama kali ia bertemu Jungkook saat pemuda itu tampil membacakan puisi di gedung kesenian. Taehyung saat itu sedang menjadi tamu undangan.
Jungkook dan bakatnya membuat Taehyung tertarik pada perjumpaan pertama. Ditambah pula, sepasang bola mata bulatnya yang sangat menggemaskan dipadu senyum gigi kelinci yang imut sekali.
Iaa melihat pemuda itu tampil bersama teman sekelasnya di panggung. Tampak Jungkook yang malu-malu saat temannya yang Taehyung tahu bernama Jaehyun, memegang tangannya.
Taehyung seakan melihat dirinya di masa lalu. Masa-masa dimana Taehyung baru mengerti makna suka, bukan hanya pada lawan jenis semata.
Untuk itu Taehyung mencari tahu dan pencariannya berakhir pada Yuna. Kakak perempuan Jungkook yang bisa menjadi jembatan untuk mendekati Jungkook.
Taehyung semakin yakin pada perasaannya saat ia bertemu Jungkook, dan pemuda itu balas melihat Taehyung dengan binar kekaguman.
Namun, saat semua seolah sudah dalam genggaman. Taehyung sadar satu hal. Bahwa yang ia butuhkan saat ini adalah cinta, bukan hanya kesenangan sesaat bersama pemuda yang baru menginjak remaja.
Di mata Taehyung, Jungkook hanya anak SMA yang mengalami masa puberitas. Jika hari ini Jungkook menyukai Taehyung, bisa jadi besok pemuda itu akan jatuh cinta lagi saat menemukan pria lain yang lebih tampan.
Setidaknya Taehyung bisa berpikir realistis sebagai pria dewasa dengan banyak pengalaman. Perasaan ditolak dan tidak diinginkan adalah hal yang sangat mengganggu. Taehyung menghindari itu.
Sementara Yuna hadir bukan hanya menjadi jembatan bagi Taehyung untuk dekat dengan Jungkook. Tapi juga menjadi wanita yang tulus menerima Taehyung. Seperti yang pria itu butuhkan selama ini.
Cukuplah Taehyung bisa melindungi dan menyangi Jungkook seperti kakak ipar. Tidak lebih.
Tapi ... bila ternyata Jungkook mencintai Taehyung begitu dalam? Apa yang akan Taehyung lakukan?
.
.Deru suara motor yang dikendarai Jungkook memecah jalanan Seoul yang masih padat di pukul setengah enam sore. Jungkook mengejar sesuatu yaitu kesempatan terakhirnya. Sebelum minggu depan sang kakak akan menjadikan Taehyung miliknya.
Dua jam yang lalu, berulang kali Yuna mengetuk pintu kamar Jungkook agar adiknya itu bersiap untuk berangkat menghadiri acara gala kesenian terbesar di Seoul.
Menjadi ajang adu bakat seantero siswa seluruh Seoul di bidang seni dan sastra. Acara bergengsi yang disponsori oleh perusahaan yang dipimpin Taehyung.
Jungkook berulang kali menolak ajakan Yuna, beralasan bahwa ia lelah dan malas untuk keluar. Padahal ia sedang berlatih keras, mengahafal bait puisi, gerakan dan intonasi untuk tampil nanti.
Waktu dua hari memang sangat singkat, sehari Jungkook membuat 4 puisi yang ternyata hanya satu yang masuk kualifikasi. Jungkook juga berupaya memahami isi dari tulisannya sendiri agar nanti lebih mudah baginya untuk menyampaikan itu bagi pendengar.
Jungkook sempat ingin menyerah, karena sulit baginya untuk membuat puisi lalu menyerapnya hanya dalam kurun waktu dua hari. Tapi teringat akan rumus matematika yang sulit, juga nilai akhir yang ingin dicapai. Bisa dilakukan dengan banyak upaya, tapi jika tak melakukan apa-apa maka hasilnya tidak ada.
Bentuk persamaan yang relevan. Antara Jungkook ditambah Taehyung bisa menghasilkan angka 50:50, bisa juga jadi 10 (angka sempurna) bisa pula mejadi hasil tak terhingga. Tapi jika hanya Jungkook tanpa Taehyung, atau Taehyung tanpa Jungkook. Maka hasilnya sama dengan tidak ada. Tidak ada cinta yang akan sempurna jika salah satunya tidak berupaya.
Maka pada saat jam di dinding kamar Jungkook berdetak keras berjalan mendekati angka lima. Jungkook segera menanggalkan pakaian dan masuk ke kamar mandi. Sementara di luar kamar terdengar Yuna sudah berpamitan pada Jungkook karena ajudan Taehyung sudah datang menjemput.
Jungkook membawa motornya memasuki parkiran lantas berjalan ke pintu masuk. Membawa undangan di tangan untuk ia tunjukkan pada penjaga di depan.
Jungkook tidak masuk ke tribun, ia berjalan lewat belakang ke ruang ganti. Dimana para peserta lomba sedang mengantri untuk dipanggil gilirannya.
Mr. Hobi mengembuskan napas lega seolah semua beban yang ia bawa luruh, begitu ia melihat Jungkook datang. Rasanya ia sudah terbebas dari tekanan, karena sudah dua kali nama Jungkook dipanggil. Panggilan ketiga sudah hampir diteriakkan oleh pembawa acara. Yang menjadi alarm terakhir bagi peserta, jika setelah panggilan itu peserta tak juga muncul maka dianggap gugur.
Hobi menepuk pundak Jungkook, menganggukkan kepala sambil tersenyum. Tak lupa pula ia mengangkat tangan sambil berseru, "fighting!"
Jungkook mengangguk seadanya, melangkahkan kaki menuju panggung luas yang seolah menjadi tempat dimana ia akan menuangkan isi hatinya. Di depan ratusan orang yang menyaksikan, dan di depan seseorang yang menjadi alasan sekaligus tujuannya berada.
Dia, Kim Taehyung yang duduk di barisan paling depan. Bersama pengamat seni dan seorang sastrawan dari Busan. Taehyung menjadi satu-satunya pengusaha yang menjadi juri. Karena ia penikmat sastra terutama puisi. Perusahaannya juga yang menjadi sponsor utama.
Jungkook mengambil napas sebanyak mungkin sebelum akhirnya mengembuskannya perlahan, sebelum ia memegang microphone yang berdiri setinggi dirinya.
"Kau persembahkan puisi ini untuk salah satu juri?" Mc bertanya, saat ia memegang kertas berisi puisi, dengan catatan khusus di atasnya.
Jungkook mengangguk penuh keyakinan. Matanya dengan berani menatap pada pusat semestanya yang tampak tenang, tidak menduga jika itu untuk dirinya. Sementara dua juri di samping Taehyung tampak tersenyum.
Jungkook menyadari ada kakak perempuannya di sana. Di tengah-tengah orang yang akan menyaksikan penampilannya. Tapi Jungkook tidak gentar, bukankah juri ada tiga? Bisa jadi Yuna berpikir itu untuk juri yang lain, bukan untuk kekasihnya.
Sebelum mengeluarkan suara, Jungkook memejamkan mata. Meraba-raba ingatannya tentang sosok Taehyung bersama impian yang ingin ia bangun.
Tujuan Jungkook, pusat dari orbitnya.
Tbc
Sebentar lagi cerita ini bakal tamat dan akan digantikan dengan cerita lain bertema Brother ship juga. Judulnya My Lovely Brother
KAMU SEDANG MEMBACA
Brother In Law (End) ✅
FanficJungkook memang hanya tertarik pada laki-laki. Tapi jatuh cinta? Ia belum pernah. Sampai kakak perempuannya mengenalkan Jungkook pada Taehyung, kekasih kakaknya. Yang membuat dada Jungkook berdebar untuk pertama kali. Jatuh cinta kah Jungkook pada c...