Sudah lebih dari ratusan ribu tahun terlewati semenjak Rimuru mengalahkan Yuki. Tempest menjalani kehidupan damai yang abadi karena pemimpin mereka. Rimuru Tempest, karena dia pernah menjadi manusia. Ia merasakan kejenuhan dan stress yang sangat tinggi oleh kehidupannya yang abadi, emosinya perlahan terkikis di makan oleh waktu yang telah banyak berlalu.
Rimuru juga berpikir bahwa Tempest sudah tidak lagi membutuhkannya, dunia sudah tidak mengenal apa itu peperangan. Hanya ada perdamaian dimana pun berada.
Ciel, partner yang paling dekat dengan Rimuru. Ia sangat khawatir dengan kondisi mental yang di derita oleh Rimuru. Tuannya itu sudah sangat jarang menunjukan senyumannya, meskipun ia akan memberikan senyuman untuk menyapa beberapa warga nya agar tidak terlihat khawatir.
Semakin lama, Rimuru mengurung dirinya sendiri di kamar tanpa suara bising apapun. Termenung dengan apa yang sebenarnya dia inginkan, berbagai hiburan telah dia lakukan agar menghilangkan rasa stress dan bosannya. Namun itu semua nihil, dia tidak mendapatkan apapun yang berguna.
Apa yang sebenarnya dia inginkan?
Kejenuhan itu, matanya perlahan meredup seolah kehilangan cahayanya. Apakah ini benar-benar kehidupan ... Bahkan tanpa makan maupun minum, bahkan aku tidak memerlukan oksigen sama sekali untuk bernafas. Apakah itu benar-benar sebuah kehidupan? Tidak merasakan sakit ...
Bagaikan mayat hidup yang mempunyai akal.
<<Master––>>
"Biarkan aku sendiri Ciel ..."
Memotong perkataan partnernya, Rimuru yang terduduk sedang memeluk lututnya sendiri. Menyandarkan kepalanya di atas lutut secara menyamping, menutup matanya perlahan. Berharap mendapatkan ketenangan.
Jenuh ... Bosan ... Kosong ... Hampa ... Jenuh ... Jenuh ... Bosan ...
Suara ketukan pintu terdengar, Rimuru sedikit membuka menatap ke arah pintu. Entah Rimuru harus berbuat apa, ia lebih ketika dirinya bangun dan berjalan ke arah pintu tersebut.
"Bukankah aku sudah bilang tidak boleh ada yang datang ..."
Rimuru sedikit kesal ketika ia membuka kan pintunya, namun ternyata itu bukanlah Shuna maupun Veldora yang sering mengunjunginya. Itu adalah Guy Crimson dengan wajah datarnya menatap Rimuru, di belakangnya ada juga Ramiris dan Ruminas yang menatapnya khawatir.
Guy dan Rimuru saling bertatapan untuk sementara waktu, tidak ada yang menunjukan emosi apapun di antara keduanya. Hingga akhirnya Guy membuka suara.
"Ku dengar kau telah mengurung diri selama beberapa tahun terakhir."
Rimuru menatap guy, dan menatap Ruminas dan Ramiris sebelum dia membuka mulutnya.
"Apakah ada pertemuan lagi? Aku akan bolos."
Tanpa mendengarkan ocehan guy, Rimuru langsung menutup pintu tersebut. Namun guy menahannya dengan kuat.
"Kenapa tidak keluar terlebih dahulu untuk minum teh bersama."
Rumah ini cukup besar, namun tidak terlalu besar. Ini adalah rumah pribadi Rimuru yang sangat jauh dari kota. Terdapat hamparan bunga di depannya, dengan danau yang terlihat dari arah rumahnya.
Rimuru sedikit menatap Guy dan yang lainnya.
"Ok."
Akhirnya dia membuka pintu dan keluar dari sana, ternyata di sana ada beberapa anggota Octagram lain seperti Dino dan Milim. Dan juga ada Veldora di samping Milim, mereka berdua menatap Rimuru khawatir.
Shuna, yang berada di sana juga terlihat sangat khawatir, namun juga bersamaan dengan senang karena tuannya ingin keluar. Tidak terus berdiam diri di dalam kamar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kota Yang Hilang.
FantasiKelelahan karena kehidupan nya yang abadi, Rimuru memutuskan untuk menjalani tidur panjang agar menjernihkannya pikirannya. Hingga miliyaran tahun terlewati dan dunia luar jauh berbeda dari sebelumnya.