Matahari menyinari ke sejuru pelosok kota yang terlihat. Seroang gadis dengan rambut merah muda, serta ada dua tanduk yang berada di dahinya. Memakai kimono putih dengan perpaduan warna yang selaras dengan rambutnya.
Lantunan nada keluar dari mulutnya kala ia memetik beberapa buah buahan segar serta sayuran yang hendak ia masak. Senyum nya sangat cerah ketika matahari bersinar di atas kepalanya.
Setelah selesai mengumpulkan beberapa bahan makanan, ia kemudian berdiri dengan mengelap keringat yang ada di wajahnya menggunakan tangannya. Menatap ke arah matahari yang kian memanas.
"Sepertinya ini sudah cukup."
Puas melihat semua bahan telah tersedia, ia berjalan menjauh dari ladang menuju ke perkotaan. Burung-burung berkicau kala ia menyusuri jalan setapak menuju jalanan aspal.
Bruk...
"Ahh!"
Sedikit erangan ia keluarkan ketika ia tak sengaja menabrak seseorang hingga dirinya terduduk di tanah dengan cukup keras. Orang misterius itu memakai jubah berwarna coklat menutupi seluruh bagian tubuhnya, termasuk wajahnya sehingga gadis itu tak bisa melihat dengan jelas seperti apa wajah dan rupa nya.
Tapi tanpa sepatah katapun, orang misterius itu pergi dari hadapan Shuna yang membuatnya sedikit terkejut dengan kepergian nya yang tiba-tiba tanpa meninggalkan jejak sedikitpun.
"Siapa dia? Aku belum pernah melihatnya." Perasaan Gelisah ia rasakan.
"Shuna-sama! Apa kau baik-baik saja?"
Suara yang tak asing di telinganya muncul kala ia berbalik untuk melihat Rigurd yang berlari ke arahnya dengan wajah yang khawatir.
"Ahh, aku baik-baik saja. Terimakasih Rigurd-san."
"Syukurlah kalau begitu."
Rigurd dengan cepat membantu Shuna untuk bangun dan membantunya untuk mengambil semua persedian yang tergeletak di mana-mana.
"Apa kau mengetahui ada orang lain yang berkunjung ke ladang?"
Rigurd terdiam sebentar seolah berpikir.
"Ku pikir tidak ada."
"Begitu ..."
"Apa ada masalah ?"
"Tidak, tidak ada." Balas Shuna dengan senyum ramahnya, ia kemudian mengambil keranjang yang di berikan Rigurd sehabis tadi membantunya mengambil semua persediaan yang berjatuhan.
"Terimakasih."
"Tidak masalah sama sekali."
Waktu berlalu dan Shuna telah sampai di Kota. Banyak para monster dengan berbagai ras yang berbeda berlalu lalang kesana kemari, bahkan manusia ada disini. Hidup damai tidak pernah adanya kembali peperangan. Shuna tersenyum hangat ketika semua warga Tempest hidup dalam damai.
Ia berjalan seraya membalas beberapa sapaan dari beberapa warga yang ada di sana. Hingga langkahnya kemudian terhenti menunjukan senyum nya yang tak terlihat hangat kembali, itu seperti senyuman sedih.
"Rimuru-sama."
Ia memandangi sebuah patung besar Rimuru yang berada di tengah-tengah kota yang menghadap barat, pahatannya sangat luar biasa rapi sampai-sampai terlihat seperti asli. Patung itu duduk di sebuah singgasana dengan mahkota yang ada di atas kepalanya dengan beberapa ukiran Slime yang ada di patung tersebut.
Patung itu di buat untuk menghormati sekaligus bertujuan untuk generasi baru yang belum pernah melihat tuannya, bisa datang dan mengetahui bagaiman rupa dan bentuk dari tuan sejati mereka.
Shuna menghela nafas kembali karena sudah sangat lama semenjak dia bertemu dengan Rimuru. Berjalan kembali, ia memasuki sebuah Bangunan besar yang tak lain adalah Ibu kota Tempest.
Di sana dia mulai bersiap untuk memasak.
Selang waktu berlalu makanan pun telah selesai, ia membawa semangkuk makanan penuh ke sebuah ruangan di lantai paling atas.
Pintu ia ketuk ketika sampai di depan ruangan yang di tujunya.
"Oni-sama, ini aku Shuna. Membawakan beberapa makanan untuk mu."
"Shuna ya, masuklah." Sebuah suara terdengar dari dalam ruangan.
Shuna kemudian membuka pintu dan membawakan beberapa makanan kedalamnya, ia bisa melihat Benimaru yang sedang bekerja di depan meja dengan beberapa tumpukan dokumen.
"Oni-sama, istirahat lah untuk sementara."
"Ah, terimakasih."
Shuna menyimpan makanan itu di meja yang ada di ruangan tersebut. Setelah menyimpan semua makanan yang ia bawa. Fokusnya teralihkan kembali setiap kali dia memasuki ruangan kerja Rimuru. Itu adalah sebuah meja kerja yang hanya di duduki oleh Rimuru, dekat dengan jendela. Senyum nya kembali menjadi sedih kala mengingat beberapa memori tentang tuannya yang selalu bekerja di meja tersebut.
Benimaru yang menyadari hal itu pun hanya bisa memberikan Shuna senyuman seraya menepuk puncuk kepalanya dengan lembut. Ia kemudian duduk di meja yang telah di siapkan dengan makanan yang siap di makan untuknya.
"Ohh, baunya sangat enak."
Shuna mengalihkan perhatian nya ke arah Benimaru kembali yang memakan masakannya dengan antusias, itu membuat dia tersenyum hangat kembali.
Hingga sosok lain muncul di samping Benimaru yang sedang menikmati makanannya. Dia memilik rambut biru gelap dengan tanduk tunggal.
"Ada beberapa energi yang tak di kenal terlacak."
"Energi tak di kenal?" Benimaru sedikit mengerutkan keningnya ketika dia berhenti menyuapi mulutnya dengan makanan.
"Benar."
Souei berjalan ke arah dinding yang terbentang peta besar di sana, dan ia menunjuk titik lokasi energi yang tak di kenal itu di sebuah tempat yang tadi pagi Shuna kunjungi.
"Eh? Tempat itu?" Keterkejutan Shuna membuat dua orang yang ada di sana serentak meliriknya.
"Apa kau mengetahui sesuatu?" Benimaru bertanya terlebih dahulu. Sementara itu Souei hanya bersandar di dinding mengamati dalam diam.
"Ya, ada hal yang janggal ketika aku hendak pulang dari ladang. Ada orang yang mengenakan jubah Coklat yang menutupi seluruh bagian tubuhnya sampai aku tidak bisa melihat wajahnya, aku saat itu sedang memandangi wilayah sekitar. Namun aku tidak tau dia datang dari mana, kami tiba-tiba bertabrakan satu sama lain. Dan dia kemudian menghilang begitu saja."
Benimaru dan Souei saling menatap satu sama lain karena mendengar penjelasan dari Shuna.
"Mungkinkah penyusup?"
"Tidak mungkin. Ini adalah Dunia Cardinal yang dimiliki oleh Rimuru-sama, tidak mungkin ada seseorang dari luar yang berani menerobosnya. Pertanyaan nya sederhana, apakah dia cukup kuat untuk menerobos dunia Cardinal yang Rimuru-sama buat?" Benimaru menjelaskan.
"Bagaimana jika dia memang cukup kuat untuk melakukan hal itu?"
Suasana di sana menjadi hening kala Souei mengucapkan kalian tersebut dengan santai.
"Jika seperti itu ... Itu artinya dia adalah masalah serius yang harus kita tangani segera." Tegas Benimaru menyandarkan dagunya di kedua tangannya yang terkatup.
"Panggil semua orang penting untuk mengadakan rapat. Kita tidak boleh menyepelekan hal seperti ini." Perintah Benimaru yang membuat Souei langsung pergi dari sana.
Benimaru berjalan ke arah jendela untuk melihat seluruh tempat di Tempest dari sana.
Wajahnya sangat serius ketika menatap keluar jendela.
"Ini adalah pertama kalinya dunia Cardinal milik Rimuru-sama berhasil kedapatan seorang penyusup."
Bersambung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kota Yang Hilang.
FantasiKelelahan karena kehidupan nya yang abadi, Rimuru memutuskan untuk menjalani tidur panjang agar menjernihkannya pikirannya. Hingga miliyaran tahun terlewati dan dunia luar jauh berbeda dari sebelumnya.