Akibat raja yang jatuh sakit, kerajaan sebrang berpikiran bahwa inilah kesempatan untuk menyerangnya. Alhasil kerajaan Capracia kalah dalam perang dan sedang dalam penjarahan, Raja dan Ratu dari negara tersebut telah di bunuh di hadapan publik sehingga tidak ada lagi pemimpin. Sedangkan pangeran dan putri melarikan diri dari kerajaan itu dengan para prajurit yang tersisa, berkemah di pinggir hutan terlarang yang di penuhi dengan monster.
Namun sayangnya, tempat persembunyian mereka berhasil di temukan dan pertempuran tak bisa di elakan. Pertempuran yang berat sebelah antara kedua pihak itu, pangeran dan putri menaiki kuda mereka dan pergi dari sana untuk menghindari bahaya.
Pangeran dan putri berpisah dengan pangeran karena kejaraan dari pasukan yang telah menyusul. Mereka berpikir untuk berpencar untuk membuat pusing para prajurit tersebut. Namun dalam perjalanan kuda dari sang pangeran tertembak panah api yang membuatnya terjatuh dan akhirnya tertangkap oleh para prajurit musuh. Dengan berati hati, Aurelia menahan tangisnya dan melaju ketika teriakan kakaknya terdengar untuk tidak pernah berhenti. Namun sama seperti sang pangeran, kuda yang dia tunggangi juga terkena panah api karena banyaknya yang para prajurit itu luncurkan. Ia terpaksa berlari.
Dia kemudian bertemu dengan Rimuru dan mendapatkan secercah harapan.
"Apa kau pikir Kakak mu akan selamat?"
"Itulah kenapa kita harus pergi sekarang! Jika tidak Kakak akan di eksekusi sama seperti Ibu dan ayah!!" Aurelia berteriak putus asa menahan tangisnya.
Itu sudah cukup lama ketika dia menyadari bahwa malam telah berganti dengan pagi.
"Aku yakin ... Aku yakin kita masih belum terlambat jika kita pergi sekarang!––"
Namun, Olivia membeku seketika ketika menyadari sesuatu ... Jarak antara kerajaan dan hutan ini berkisar kan 3 hari perjalanan menaiki kuda yang cepat.
Dia tertunduk lemas tak kuasa menahan beban tubuhnya dan terduduk dengan perasaan sedih. Dia telah kehilangan ayah dan ibunya. Dan dia akan segera kehilangan kakak nya tanpa bisa melakukan apapun.
"Oke oke, tenangkan dirimu. Itu bukan masalah besar untuk ku."
Olivia mendongkak, menatap Rimuru dengan tidak percaya.
"Apa maksudmu?"
Wosshh!!!
Pemandangan yang dia lihat sangat berbeda dari sebelumnya, kericuhan warga kini terdengar oleh kedua telinganya. Olivia, yang masih terkejut dengan apa yang sebenarnya terjadi. Mengetahui bahwa dirinya tidak lagi berada di hutan terlarang itu. Dia kini bisa mendengar banyak riuh ricuh warga yang berkumpul.
"Apa, bahkan itu lebih cepat daripada kedipan mata." Ia bergumam kepada dirinya sendiri dengan tidak percaya.
"Oh! Apakah itu kakak mu?"
Tunjuk Rimuru ke arah sebuah panggung yang telah di buat khusus untuk tempat eksekusi. Di sana, seorang pria dengan mata biru dan rambut pirang yang sama seperti Aurelia, tengah berdiri di ujung panggung dengan tali yang mengikat lehernya. Kedua tangannya terikat kuat di belakang punggung.
"Ah! Kakak!" Olivia berteriak putus asa dengan air mata yang mengalir.
"Tunggu dulu."
Rimuru menahan Aurelia untuk tidak bertindak terlebih dulu.
"A-apa maksudmu? Kakak ku dalam bahaya! Dia akan mati dalam hitungan waktu!!"
"Tenang saja, dia tidak akan mati. Kau percaya padaku?"
Rimuru dan Aurelia tersamarkan karena padatnya penduduk yang mendiami tempat tersebut untuk melihat pelaksanaan eksekusi yang akan segera di lakukan.
Rimuru mengamati keadaan sekitar, melihat para prajurit di sisi tempat tengah berjajar untuk berjaga jaga. Ia melihat ke atas panggung dengan sebuah singgasana mewah yang bisa dia yakini bahwa itu adalah raja yang telah menaklukan kerajaan Capracia. Ia melihat kembali ke arah para warga yang terlihat sangat sedih ketika eksekusi akan segera berlangsung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kota Yang Hilang.
FantasiKelelahan karena kehidupan nya yang abadi, Rimuru memutuskan untuk menjalani tidur panjang agar menjernihkannya pikirannya. Hingga miliyaran tahun terlewati dan dunia luar jauh berbeda dari sebelumnya.