Deritan pintu terdengar menusuk telinga, seorang gadis dengan surai perak sebahu melangkahkan kakinya di lantai selebar 1 meter, deretan kursi berjajar rapi di kanan dan kiri.
Hentakan sepatunya menggema ke seluruh atmosfer ruangan luas yang sepi dan senyap itu.
Ia berhenti tepat di samping deretan kursi paling depan, ditatapnya panggung tinggi dan besar di hadapannya itu dengan perasaan rindu yang mendalam.
Helaan nafas keluar darinya sebelum ia melempar tas selempangnya ke kursi dan berjalan menuju panggung.
"Panggung teater ini..." ucapnya khidmat kala maniknya menyisiri deretan kursi penonton yang kosong dan sedikit berdebu di sana.
Dengan nada kesal ia melanjutkan "Dasar sialan!! Tidak bertanggung jawab!! Kau pergi dan tidak melanjutkan kisahmu yang masih setengah-setengah itu! Pengecut!"
Setelah puas dengan makiannya ia menghela nafas kesal dan duduk di tepian panggung, memejamkan mata dan bernostalgia. Ingatan-ingatan pada masa jaya waktu itu terus menari di benaknya.
Akhirnya ia kembali ke dunia nyata dan memikirkan sesuatu untuk mengusir kesepian.
"Yhaa karena aku sudah di sini dan sendirian, aku akan membuat sebuah dongeng kecil yang akan diingat oleh umat manusia ahahahahh, ekhm..."
Entah dari mana semangatnya muncul, ia berdiri dan mengambil posisi di tengah panggung.
Dengan khidmat memejamkan matanya, mengambil nafas dalam-dalam, suaranya keluar dengan tenang dari tenggorokannya.
"Suatu ketika, jauh di dalam Hutan Kutukan, hiduplah dengan seorang penggembala dan ketiga dombanya, sendirian..."
[Masuk ke dalam cerita]
Pemuda itu bersandar di sebuah pohon yang lumayan besar.
Pakaiannya terbuat dari kain tebal dan kasar, dengan syall biru gelap bergaris yang senada dengan pakaiannya, nampak lusuh dan tak terawat.
Di tangannya terdapat sebuah balok kayu yang ia cungkil, disayat, dan diukir sedemikian rupa.
Penggembala itu kita sebut saja... Ren.
Ah, tidak, aku bercanda, namanya Iren. Ya, Iren.
Pfft...
"Hoy apa maksudmu itu hah!" [kembali ke panggung teater]
Terkejut mendengar suara seseorang dari bangku penonton di barisan tengah, nampak seseorang dengan manik navy keunguan memandang penuh protes padanya.
"E-ehh? Sejak kapan..." ucap si narator tersebut.
"Sejak kacang tanah mars ditanam di venus, cepat lanjutkan ceritanyaa"
Hiiih....
Bayangkan saja ada pelakon di panggung ygy (๑ơ ₃ ơ)
[masuk ke dalam cerita]
Pemuda bernama Iren itu telah tinggal di Hutan Kutukan selama bertahun-tahun bersama ketiga dombanya yang imut dan menggemaskan.
Hari-hari ia jalani dengan menggembalakan domba-dombanya ke padang rumput yang luas nan indah di dekat danau.
Hutan Kutukan hanyalah sebuah nama bagi pemuda itu, namun, di mata penduduk setempat hutan itu adalah hutan terlarang.
Barang siapa yang masuk tak akan pernah keluar, bilapun dapat keluar jiwa mereka akan kacau dan akan mendapat kesialan selama 7 kehidupan.
Tapi di dalamnya, Hutan Kutukan adalah tempat yang dapat dicatat sebagai Surga Dunia, penuh keindahan dan kedamaian.
KAMU SEDANG MEMBACA
OMC Story
FantasyIni cuma kumpulan cerita dari grup OMC(Oriental Magic Clan) yang ku kembangkan≧ω≦ Kalo ada cerita dari mereka sih... Kalo nggak ada ya ku buat pake otak ku sendiri=^= kalo mood Note: karakter yg kurang jelas dari member omc itu bakal aku kembangin s...