Chapter 04. Atrocity

1.1K 98 5
                                    

NuNew berlari kearah James yang sudah tidak sadarkan diri, ia mencoba membangunkannya namun tak berhasil.

"Phi James bangun aku mohon..."

Tak lama pandangannya kian mengabur dan berakhir tak sadarkan diri.

Rupanya anak buah Zee sudah memberikan obat bius yang disemprotkan pada sapu tangan yang digunakan untuk menutup mulut Nu. Dengan cepat mereka membawanya kedalam mobil tanpa dicurigai.

***

NuNew mengerjapkan matanya ia baru saja terbangun dari tidur panjangnya memperhatikan sekitar ruangan yang tampak asing. Pintu yang tertutup begitu rapat. Merasakan kepalanya berat NuNew masih mencoba bangun dari tempat tidur itu.

"Dimana aku?" tanyanya pada angin.

NuNew berjalan mendekati pintu dan mencoba membukanya, sayangnya pintu itu terkunci.

"Sial, aku terkunci diruangan ini. Tidak mungkin.. aku harus segera keluar dari sini bagaimana pun caranya," lanjutnya.

NuNew memusatkan pandangannya di salah satu sisi ruangan dimana ada satu-satunya jendela. Dengan cepat ia berlari dan mencoba membukanya paksa. Beberapa saat berlalu hampir semua usaha ia lakukan namun tak berhasil. Tak kehilangan akal NuNew mencoba memecahkan kaca jendela dengan menggunakan kursi.

Prang...

Hancur dibuatnya kaca jendela yang cukup tebal membuat goresan dipelipis kanannya. Darah yang mengalir mengenai matanya tak ia hiraukan, bersiap untuk melompat NuNew menginjak sisa kaca yang masih tertanam di bingkai jendela. Tapi bukan hal itu yang membuatnya berdecak kesal. Seketika harapannya hancur bagai kaca yang sudah tak berbentuk itu.

NuNew melihat kebawah, banyaknya semak-semak belukar dan ranting-ranting kokoh yang siap merobek kulitnya jika ia masih nekat melompat dari sana.

"Sial, bisa mati aku jika lompat dari sini," geramnya.

Cleck...

Pintu dibuka secara perlahan. Menampakkan seorang pria yang terlihat lebih tua darinya.

"Tuan, saya sudah menyiapkan makananmu, makanlah terlebih dahulu," ujarnya.

Seorang pelayan yang sedang berdiri diambang pintu dengan beberapa jenis makanan didepannya.

"Tidak," tolaknya.

"Tapi tuan..."

"Bawa itu keluar, nafsu makanku sudah hilang. Tinggalkan aku sendiri."

Wajahnya datar tak berminat.

"Baik tuan." Jawab pria yang masih berdiri di ambang pintu itu.

Setelah beberapa saat pelayan itu keluar, sebuah langkah kaki yang seolah memburu sedang menuju kearah ruangan tempatnya berada saat ini.

Dan tiba-tiba...

Brakkk....

Pintu dibuka dengan kasar, seorang pria yang sama sekali tidak ia kenal masuk dengan nafas memburu. Ia menatap pria di depan jendela yang sudah sangat kacau. Pandangannya tajam namun tersirat kekhawatiran di matanya.

"Kenapa kau tidak memakan makananmu." Tanyanya dengan nada datar.

"Aku ingin keluar dari sini."

Pandangan pria kejam yang masih berada diambang pintu itu seketika redup melihat darah yang mengalir tanpa henti yang berasal dari kaki mungil pria kesayangannya.

The Devil MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang