Chapter 02. Obsessed

1.2K 97 3
                                    

Zee hanya mengelus lembut rambut Nat dengan sedikit tersenyum namun juga tampak sangat senang.

"Sekarang kita pulang." Jawab Zee melepas pelukannya.

Nat tersenyum dan tiba-tiba mencium pipi kakaknya sekilas.

"Krub."

Zee melebarkan senyumannya lalu segera masuk ke dalam mobil.

******

Tiba dirumah Nat segera berlari ke kamarnya, Zee yang melihat tingkah laku Nong tersayangnya hanya terkekeh gemas dan menggelengkan kepalanya.

Ia kemudian duduk di sofa depan Televisi  meraih remot diatas nakas lalu mulai menyalakannya. Dimana itu menampilakan seseorang yang sangat cantik, manis, dan dengan suaranya yang bisa saja menghipnotis semua orang.

[ ZEE ]

Menurutku dia sangat cantik, walaupun aku tahu dia seorang pria, sama sepertiku. Disana ia terlihat sangat polos dan lugu, suaranya yang indah seolah mampu membuatku terhipnotis.

"Ah, aku sangat ingin memilikinya. Dan bagaimana pun dia akan menjadi milikku."

Aku menatapnya dari balik layar tidak berguna ini seperti orang bodoh, ahh sial hasratku tergugah. Dia sangat cantik, aku tidak bisa menahan diri lagi.

[ AUTHOR ]

Tiba-tiba adegan di televisi berganti. Pria cantik itu dirangkul oleh seorang pria lainnya yang tubuhnya lebih tinggi dan kekar.

"Apa-apaan itu? Sebuah skandal? Sialan! Baiklah, akan aku tunjukkan skandal yang sebenarnya. Lihat saja." Zee hampir menggila melihat adegan di layar televise itu.

Ia mengambil vas bunga di depannya.

"Sialan!"

Lemparan yang kuat membuat vas bunga itu pecah tak berbentuk. Perth yang mendengar keributan itu segera menghampiri Zee yang tampak masih duduk dengan santai di sofa namun dengan raut wajah yang menakutkan.

"Anda tidak apa-apa khun?"

"Perth, siapkan semuanya. Malam ini kita akan menjemputnya, aku rasa ia sudah puas bermain-main dan bersenang-senang diluar sana." Ucapnya dengan nada yang cukup menyeramkan.

"Khab khun."

Ia menatap layar televise yang masih memperlihatkan kemesraan pria cantik itu dengan seorang pria tinggi dan bertubuh kekar disana.

"Kau tahu, apa yang sudah ditakdirkan menjadi milikku tidak akan ada yang bisa menyentuhnya selain diriku. Bahkan jika itu seorang dewa sekalipun tidak akan aku biarkan lolos."

Ia menyeringai jahat setelah mengucap kata-kata terakhirnya.

Deerrrtt Deerrtt...

Ponselnya bergetar yang menandakan adanya sebuah panggilan masuk.

"Zee, aku sudah menunggumu. Mereka semua sudah aku kumpulkan, cepatlah kemari." Teriak seseorang dari seberang sana.

"Ya."

Zee mematikan telponnya dan segera pergi.

***

Ia tiba di sebuah pulau dan terlihat semua orang sudah menunggu kehadirannya.

"Kenapa kau begitu lama," oceh seseorang yang tampak frustasi.

"Urusan sekecil ini masih saja kau menungguku."

The Devil MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang