Disisi lain Zee berada di sebuah restoran tertutup bersama dengan seorang pria yang terlihat lebih humble, santai dan tentunya tidak sepertinya yang selalu menunjukkan wajah datar dan dingin.
"Terima kasih sudah membuat anak buahku menjadi cacat." Ujar pria itu sembari meneguk segelas minuman aneh didepannya.
"Itu sudah peraturan." Jawabnya singkat.
"Walaupun bisnis kita masing-masing tapi tetap satu peraturan. Jadi bukankah kita harus selesaikan masalah wilayah?!"
"Tentu."
Membuka kaca matanya, Zee sedikit mendekat tanpa mengubah posisi duduknya untuk berbicara lebih intens pada pria itu.
"Jimmy Kritsanaphan... makanan manis jika terlalu banyak dikonsumsi bisa menyebabkan penyakit gigi secara serius. Maka dari itu jangan melewati batas."
Nada cukup pelan namun mengandung ancaman.
"Khun Zee, aku tidak melewati batas. Jangan terlalu tamak, nikmati saja apa yang kau miliki. Sedangkan aku masih tidak memiliki modal maupun investor, maka aku juga masih sangat lapar."
Kembali ia memakan ramyon yang masih panas tanpa memperdulikannya.
Suasana sedikit hening, hanya terdengar suara dari mulut Jimmy yang sedang mengunyah makanan. Pengawal Zee yang sudah cukup geram menyela ketidak bertautan pembicaraan dari para ketua didepannya.
"Tuan, bersikap professional itu sama sekali tidak dalam satu bidang!"
Tak tinggal diam pengawal dari Jimmy pun ikut menimpali dengan nada pelan namun masih bisa terdengar adanya emosi.
"Apa kau sadar kau telah berbicara dengan keras dihadapan para ketua. Atas hal itu kau harus memberikan suatu imbalan pada kami," timpalnya.
Suasana sedikit mencekam, pengawal diantara keduanya mulai rusuh melempari satu sama lain menggunakan barang-barang dihadapannya. Tidak peduli dengan boss mereka masing-masing yang saat ini saling menatap dengan garang.
Jimmy bangun dari posisi duduknya, melihat pengawal dari lawannya yang menatap tak suka terhadapnya.
"Lihat, matanya melotot kearahku." Menunjuk pengawal Zee, "Khun Zee, bagaimana kita bisa berdamai jika seperti ini."
Kembali ia menghempaskan tubuhnya pada sofa dan mengeluarkan sebatang rokok.
Sekarang giliran Zee yang berdiri, menatap pengawalnya. "Foe, kemarilah," titahnya.
Tanpa aba-aba ia langsung meninju wajahnya dengan satu pukulan, membuatnya tersungkur dengan pasrah.
"Kau tak melihat kami sedang berbicara?" dan kau kemarilah."
Pengawal Jimmy pun mendekat, mempersilahkan Zee untuk meninju wajahnya dengan suka rela.
"Ckk... Lihatlah keparat ini," deciknya.
Yang awalnya Zee berniat meninju wajahnya. Kini ia mengubah rencana, yaitu dengan menarik gigi bagian kiri atas pengawal yang sempat menunjukkan rasa tak hormat kepadanya. Hingga dua gigi berhasil dicabut paksa dari tempatnya.
"Sekarang kita bisa berdamai," lanjutnya.
Ia kemudian meletakkan kedua gigi itu dalam gelas kecil diatas meja lalu menuangkan alkohol kedalamnya.
"Satu gelas lagi." Kalimat yang seolah menyuruh Jimmy untuk meminumnya.
Dan yah, tanpa sepatah kata pun Jimmy langsung meneguk habis segelas minuman yang berisi gigi dari pengawalnya.
"Itu bagus." tanggapnya kemudian Zee keluar tanpa pamit.
Di pintu keluar sudah berjejer para pengawal lainnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Devil Mafia
FanfictionThe Devil Mafia (18+) 👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇 Belum cukup puas, Zee memutar pisau tanpa ragu dan menariknya dengan kejam menyebabkan bola mata Jhon keluar dari sarangnya. "Aaaarrggghhhh..." Teriakan panjang tanpa ujung, darah kian mengucur...