17. "Kak Seoham"

432 53 4
                                    

"Kakak mau teh tidak? Ah atau kopi? Kakak kan suka kopi, akan aku buatkan"

Seoham sedikit mengerutkan dahi dengan tingkah Jaechan, dari pagi buta pemuda itu terus-menerus bertingkah seolah ingin membuatnya nyaman dan rileks, seperti menawarkan pijatan, ciuman-ciuman kasih sayang, duduk diam dan tidak berisik, bahkan membantu Seoham yang sedang memasak dengan teletan. Sekarang juga begitu, Jaechan menawarkan minuman padanya yang sedang duduk membaca beberapa berkas.

"Jadi mau tidak?"

Seoham terkekeh "Kamu sendiri kan yang bilang tidak boleh terlalu sering minum kafein"

Jaechan diam "Umm, tapi hari ini boleh!"

Haruskah Seoham senang atau malah bertanya curiga? Ia juga sangat menikmati Jaechan yang begitu diam dan menurut tapi Jaechan yang berisik adalah salah satu alasan mengapa ia jatuh pada pemuda tanggung ini.

"Tidak perlu, saya hanya butuh kamu. Kemari"

Jaechan tersenyum, ia juga sejujurnya tidak begitu menginginkan Seoham untuk minum secangkir kopi, jadi begitu Seoham menolak dan menawarkan dirinya saja sebagai gantinya, ia langsung berdiri dan mendekat.

Seoham mengira Jaechan hanya akan duduk disebelahnya, namun pemuda itu rupanya menyingkirkan berkas pada tangannya dan menyelip diantara, duduk di paha Seoham dan bersandar pada dada bidang pria itu.

Seoham harus dibuat tenang karena sesuatu yang bergesekan, ini bukanlah pikiran kotor, ia hanya mencoba mengantisipasi.

"Jaechan, saya susah membaca jika begini"

Jaechan menghela nafas, ia menarik kedua tangan Seoham agar melingkar pada pinggangnya, membuat pria itu lebih dekat.

"Kakak mendekat lah, jika begini lebih mudah membaca bukan? Ini berkas kakak" Jaechan kembali memberikan beberapa rangkap kertas kedua tangan Seoham.

Seoham yang memahami bahwa posisi ini lebih baik namun ia begitu jelas bisa mencium rambut Jaechan, bahkan jika dia mencoba menunduk, leher jenjang itu mengalihkan fokusnya.

Jaechan sendiri bersikap begini karena ia benar-benar berterimakasih sebab Seoham mau mengaku sendiri didepannya, sebagai ia yang berhasil membuat Seoham mengalihkan dunia dari pekerjaan saja. Memang tidak spesial, namun hari itu Jaechan benar-benar dibuat terharu, rasanya seperti seseorang benar-benar membutuhkan mu.

Seoham menyerah atas pengendalian diri dan Jaechan sama sekali tidak bisa mencerna, rasanya begitu geli saat nafas berat Seoham menerpa perpotongan lehernya.

"Kakak akh!"

Seoham tersentak, begitupula Jaechan yang menjadi sasaran, pemuda itu berkedip cepat dengan bengong. Tidak mengerti dengan apa yang terjadi, namun saat menyentuh bagian yang sakit, ia bisa merasakan bekas gigitan.

"Jaechan saya-"

"Tidak apa-apa! Lanjutkan, kakak Bilangnya hanya butuh aku sebagai pengganti kopi kan? Ini seharusnya tidak masalah" Jaechan menggeleng kikuk padahal sebenarnya dia benar-benar gugup, untuk seorang remaja tanggung yang penuh akan pertanyaan, Jaechan sebenarnya baru sekali menonton sesuatu yang berbau dewasa, itupun tidak disengaja. Dan situasi sekarang, ia bisa mengerti.

Tangannya mengepal begitu kuat saat jemari panjang Seoham menyanggupi pinggangnya, hanya satu sentuhan yang membuat ia geli dan merasa berbeda.

"Ah!" Jaechan melotot dan menutup mulutnya dengan tangan. Seoham pun harus berhenti dan terkekeh, ia beralih memeluk Jaechan dengan pelan.

Hubungan yang seperti ini, Seoham seharusnya tidak melakukannya secara terburu-buru, ia paham dengan Jaechan yang begitu penasaran, namun perlahan saja.

Money [Suamchan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang