21. "Saya tidak pernah menyesal memilih Jaechan"

201 19 1
                                    

Karena tidak adanya pengajar, Jaechan dan komplotannya pergi dari kelas untuk mencari suasana belajar yang baru. Tidak adanya larangan untuk mengerjakan di satu tempat membuat mereka memutar otak hanya untuk belajar sambil mengunyah. Tentu saja kantin adalah pilihan utama.

"Ayolah, tidak perlu dibawa serius. Kita masih memiliki waktu hingga kelas berakhir. Tanganku pegal menulis" Yang lebih muda menggerutu, mendumel sedari tadi dan mengguncang bahu Kyoung Yoon yang selalu menjadi sasaran empuk keluh kesahnya.

"Jaechan, kau bahkan baru menulis soalnya, belum memikirkan jawaban dan menyalinnya di buku tulismu" Munik mencoba menceramahi, ujung pulpennya ia tekan pada kertas kosong Jaechan yang belum terisi.

Jaechan yang terintimidasi mencoba mencari bantuan pada Kyoung Yoon. Membuat pemuda itu harus menghela nafas dan turun tangan.

"Munik, jangan terlalu keras padanya. Lagipula aku bisa menyalinan jawaban untuknya, mudah untuk menulis, tidak mudah untuk mengembalikan moodnya" Ucap Kyoung Yoon

"Tuh dengerin" Jaechan menjulurkan lidahnya, membuat Munik berancang-ancang melempar pulpen pada tangannya.

"Ehehehe, jangan gitu dong. Aku belum mau mati" Jaechan kembali bersembunyi dibelakang punggung kyoung Yoon. Dan wajahnya tanpa sengaja bersitatap dengan siswa baru dikelas mereka, sedang berjalan kearahnya. Seketika air muka Jaechan menjadi suram

"Boleh aku ikut bergabung? Mejanya terlalu besar hanya untuk ditempati tiga orang bukan?" Keeho berucap dengan senyuman, tapi hal itu sama sekali tidak ramah dimata Kyoung Yoon.

"Tidak—"

"Ah maaf, aku sudah duduk"

Kyoung Yoon mengernyitkan alisnya, kesal dengan nada kelewat santai tersebut. Bahkan jika tanpa persetujuan ia bisa duduk, lalu untuk apa bertanya sebelumnya? Sia-sia saja dia meladeni dengan mengatakan tidak.

Keeho sendiri duduk dengan nyaman, disebelahnya ada Munik yang diam dan didepannya ada Jaechan yang tidak mau menatap nya.

"Jadi namamu Jaechan ya? Tidakkah kurang sopan mengalihkan pandangan dari orang yang mengajakmu bicara?"

"Apa kau tidak memiliki cermin dirumah? Siapa yang tidak sopan dari awal disini?" Jaechan yang tiba-tiba berkata begitu benci membuat Kyoung Yoon terdiam, Munik sendiri hampir bertepuk tangan karena bagi dia yang telah merawat Jaechan tentu saja ini pencapaian besar untuk Jaechan yang manja dan lemah-lembut.

"Ah sarkasme mu boleh juga, ini lebih seru dibanding mencari keributan dan mendapatkan poin" Keeho menopang rahangnya dengan telapak tangan, kemudian menoleh pada Munik. "Ngomong-ngomong, kau tidak terlihat membenci ku, ada apa?"

"Eh, aku?" Munik menunjuk dirinya sendiri, sedikit heran dengan Keeho yang tiba-tiba penasaran, namun segera dijawabnya dengan mengibaskan tangan. "Aku tidak punya dendam pribadi, berbeda dengan Jaechan, jika dia membencimu maka Kyoung Yoon akan ikut membencimu, aku tidak tau apa yang telah terjadi di antara kalian tapi satu hal yang pasti, selagi kau tidak main tangan pada Jaechan maka itu masih berada di taraf wajar untukku"

Jaechan sama sekali tidak menyahut, berarti bahwa hal itu sudah biasa. Seperti mengatakan hal yang disukai dan tidak disukai, Munik tidak memiliki hak untuk mengoreksi selain memberikan saran. Namun Kyoung Yoon satu langkah lebih dekat, pemuda itu akan ikut menyukai dan membenci apapun yang Jaechan jabarkan, sudah seperti mantra.

"Lagipula kenapa kau berada disini? Bukannya Jonghyeong menemanimu berkeliling?"

Keeho berpindah tatapan pada Kyoung Yoon, pemuda itu mengendikan bahu. "Ayolah, bukankah membosankan jika hanya berjalan-jalan dan mendengarkan? Jadi saat ada kesempatan aku kabur, bagiku mudah untuk menghafal rute sekolah ini di saat-saat genting"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 08, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Money [Suamchan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang