00

171 19 0
                                    

South Korea, 2022.

Kelima pelajar yang sudah berteman selama satu setengah tahun kini tampak berada disebuah restoran, mereka berlima tengah merayakan keberhasilan misi dalam penangkapan pelaku penyerangan satu-satunya penerus keturunan raja terdahulu.

"Mari makan sepuasnya!" Teriak Hyunjoon mengangkat kaleng sodanya menunggu keempat temannya menyatukan kalengnya juga.

Keempatnya tersenyum senang, seraya mengangkat kaleng soda mereka masing-masing dan menyatukannya.

"Terima kasih atas kerja kerasnya." Ujar Jeno tulus, memberi tos kemereka berempat.

"Itu juga gara-gara lo, bro. Kekompakan kita yang bikin kita berhasil sama misi ini." Timpal Jinyoung.

"Lo yang paling berjasa, bro." ungkap Soobin merangkul Jinyoung selaku Hacker dalam kelompok mereka.

"Kagak lah, semuanya berjasa." sangkal Jinyoung membuat semua tertawa dan kembali memakan makanan mereka diselingi canda tawa.

Hingga dimana, entah kapan seorang nenek berdiri didekat tempat mereka, Yeji yang pertama melihat keberadaan nenek itu, dengan reflek berdiri dari duduknya.

"Duduk disini nek. Makan bareng kita." ujar Yeji sesopan mungkin, seraya memapah nenek itu agar duduk ditempatnya tadi. 

Keempat pria disana dengan cekatan membersihkan beberapa sampah dimeja, kemudian Soobin berdiri menghampiri pelayan disana sedang meminta sesuatu.

Sedangkan yang tersisa kini dengan canggung tersenyum kearah nenek yang juga tersenyum kearah mereka, Yeji juga sudah duduk disebelah nenek itu setelah mengambil kursi dari meja lain.

Kemudian Soobin kembali dari urusannya bersama pelayan yanh ternyata meminta segelas air putih, lalu pria tinggi itu meletakkannya didepan si nenek.

"Diminum dulu nek." ujar Soobin kemudian duduk ketempatnya semula.

Nenek itu meminumnya, kemudian kembali menatap kelima pelajar yang juga menatapnya penasaran.

"Nenek cuma mau ngasih kalian ini." ujar si nenek seraya meletakkan lima amplop kusam yang terlihat sangat kuno. 

Yeji meraih kelima amplop itu, memberikannya satu persatu pada yang lainnya.

Saat mereka hendak ingin membukanya, nenek itu menghentikamnya, "jangan dibuka disini, besok aja dibukanya pas jam dua belas siang, jangan dibuka kalau kalian masih bareng-bareng. Ucapkan secara bersamaan." ujar sang nenek.

Kelimanya jelas bingung, namun mereka lebih memilih mematuhinya, kemudian memasukkannya kedalam tas mereka masing-masing.

Akhirnya, mereka melanjutkan acara yang sempat tertunda tadi, ditemani oleh nenek yang sangat pandai bersenda gurau hingga membuat perut mereka keram karena lelah tertawa.

Soobin menatap jam tangan yang setia tertempel dipergelangan tangannya, kemudian melotot tak percaya, sudah pukul sepuluh malam!

"Anjirlah!! Mati gue!." ujar Soobin tanpa sengaja berteriak.

Semua kaget, "Kenapa dah?" tanya Jinyoung melihat keresahan Soobin.

"Bentar lagi gue bakal kena masalah besar." balas Soobin meraih tangan Jinyoung digenggamnya dengan cemas.

"Lo kenapasih?" kali ini Hyunjoon yang bertanya, sangat risih dengan kerusuhan Soobin.

"Siapa kek woy. Biarin gue nginap dirumah lo pada!" Soobin mengusak rambutnya frustasi, bisa-bisanya ia tidak menyadari jika jam sudah menunjukkan pukul sepuluh. 

Perjanjian dengan ayahnya hanya sampai jam sembilan malam, dan sekarang sudah lewat satu jam.

Jelas hukuman menanti dirumahnya.

Hunter [00L]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang