8 - Absurd

108 10 1
                                    

Pagi sudah menjelang siang ketika Askar dan Jessi memutuskan untuk pulang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi sudah menjelang siang ketika Askar dan Jessi memutuskan untuk pulang. Awalnya, di pagi harinya mereka ingin berjalan-jalan sebentar. Tetapi rencana itu harus kandas karena Askar terlalu khawatir pada Audria.

Alhasil kini mereka sudah berada di apartemen Askar.

"Temen-temen kamu masih ada ya?" Tanya Jessi penasaran.

"Kalau sampai nggak ada, gue cekik satu-satu." Balas Askar tak serius. Setelah menempelkan kartu akses, pintu apartemen itu terbuka.

Rahang Askar merosot begitu saja melihat pemandangan didepannya.

Hanya ada Audria dan Enzo di dalam. Entah kemana Jevan, Gian, dan Aksa. Adik kesayangan Askar itu sedang memakan camilan sembari menonton televisi.

Dan yang membuat Askar terkejut disini adalah Enzo. Sahabat Askar yang otaknya kadang ada dan kadang tidak itu masih tertidur pulas di atas karpet dengan bantal aneh di kepalanya.

 Sahabat Askar yang otaknya kadang ada dan kadang tidak itu masih tertidur pulas di atas karpet dengan bantal aneh di kepalanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"WOY!!" Askar menendang pelan tubuh Enzo membuat Enzo tersentak. Tak hanya Enzo, Audria saja ikut menoleh karena terkejut.

Enzo mengusap iler di sudut bibirnya. Dengan kewarasan yang belum seratus persen utuh, Ia buru-buru duduk.

"Adek gue udah bangun, lo malah tidur. Mana yang lain?"

"Ah, elah.. santai aja, As. Lagi beli sarapan mereka."

Enzo menguap. Jessi yang turut melihat kelakuan jorok sahabat Askar itu mengernyit jijik.

"Terus lo ngapain tidur pake bantal aneh gini?" Askar menggelengkan kepalanya prihatin.

"Dia iri liat postingan Jessi, bos." Suara Jevan dari pintu masuk membuat Askar menoleh. Askar menatap Jessi yang wajahnya sudah merah padam.

Enzo menggaruk tengkuknya kikuk.

"Maklum jomblo akut butuh kehangatan, bang." Sambung Gian tertawa puas.

"Lo juga order, anying!" Pekik Enzo tak terima. Wajah Enzo merah padam karena malu. Ia melempar bantal satunya ke arah Gian. Ya karena memang bantal itu milik Gian.

CASSANOVATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang