18 - Ambisi Jessi

79 6 3
                                    

Ruangan kepala sekolah itu begitu hening

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ruangan kepala sekolah itu begitu hening. Jessi memajukan bibirnya kesal mendengar penolakan Zean. Ia mati-matian merayu Zean agar Zean mengabulkan keinginan Askar. Tetapi sayangnya, dengan tegas omnya itu menolak.

"Nggak bisa, Jessi. Kegiatan ini tanggung jawab sekolah, tentunya tanggung jawab om juga. Mereka berdua harus di dampingi pengawas disana. Pihak sekolah tidak ingin mengambil resiko."

"Ayolah, om.. biar aku go publik. Masa backstreet terus pacarannya.." Rengek Jessi bak anak kecil.

Zean menggeleng tegas, "Bedakan hubungan asmara dengan sekolah. Lagipula kamu nggak takut biarin kekasih kamu berduaan dengan gadis lain?" Tanya Zean menohok.

Jessi tak mampu berkata-kata. Gadis itu menunduk dengan tangis yang mulai pecah.

Zean sendiri menjadi serba salah. Ia menarik tubuh keponakannya itu ke dalam pelukan.

"Ssst, jangan nangis. Maafin om karena nggak bisa ngabulin keinginan kamu kali ini."

Jessi memberontak kesal. Ia menatap Zean tajam.

"Kalau om nggak bisa ngabulin keinginan aku, aku bakal berbuat nekat!" Ancam Jessi lalu keluar ruang membanting pintunya.

Zean mengusap dadanya sabar. Berhadapan dengan anak remaja yang masih labil-labilnya memang sangat menguji kesabaran. Ah, tapi Zean sendiri menjadi khawatir. Jessi adalah tipe orang yang berbuat nekat, seperti papanya.

🦋🦋🦋

Askar mengepulkan asap rokoknya ke udara. Cowok itu duduk sendirian di pojok kantin dengan sebatang rokok yang dijepit di antara dua jarinya.

Askar baru saja mendapatkan kabar jika Gian dan Enzo-lah yang berhasil mengusir Liam dari rumah sang kekasih. Syukurlah, setidaknya Askar tak harus takut jika Liam akan menggoda Azura.

Askar melirik jam di pergelangan tangannya. Bel pulang sekolah sudah berbunyi lima belas menit yang lalu. Kantin juga sudah mulai sepi. Hanya ada beberapa pelayan yang membereskan meja dan piring.

Ruangan 10 × 10 meter yang biasanya sesak terasa lengang. Askar begitu santai duduk di pojokan dengan kaki diangkat.

"Nggak pulang, den?" Tanya bibi kantin yang usianya sekitar lima puluhan. Warga SMA Aneska biasa memanggilnya Bi Aminah.

"Nanti, Bi. Mau ngerokok dulu."

"Alah sia boy! Cakep-cakep ngerokok." Ucap Bi Aminah sambil mengelap meja di depan Askar.

Askar tertawa pelan, "Bibi kenal sama Azura nggak?" Tanya Askar random. Sekaligus mengalihkan pembicaraan.

"Azura yang manis itu ya? Bibi kenal atuh, den. Apalagi dulu dia juga SMP-nya di SMP Aneska. Beda banget ya sekarang."

"Beda gimana?"

"Iya, dulu mah glamour pisan. Teman-temannya banyak, beda sama sekarang. Mungkin karena nggak sekaya dulu."

CASSANOVATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang