BAB 16: Rindu yang Tertahan

1.4K 90 0
                                    

Leona tak menyangka West memiliki kisah yang menyedihkan seperti itu. Bayangkan, sang Ayah meninggal ketika beradu argumen dengan dirinya. Kemudian Ibunya meninggal ketika usaha yang dikelola West harus gulung tikar, setelah ditipu oleh seseorang. Ditambah lagi dengan kisah cinta yang tak kalah menyesakkan.

"Kau masih belum menjawab pertanyaanku tadi, West." Leona bersuara ketika mereka melangkah menuju mobil.

"Pertanyaan yang mana?" Pria itu menoleh sekilas sebelum membuka pintu mobil.

"Wanita yang kau cintai." Leona benar-benar penasaran dengan perempuan itu. Apakah yang terjadi tadi malam memberi kesan berarti pada dirinya?

West membuka pintu mobil, tanpa menjawab pertanyaan wanita itu. "Masuk dulu."

Leona menarik napas panjang sebelum duduk di kursi penumpang.

"Kau harus menceritakannya, West," desak Leona saat pria itu duduk di kursi kemudi.

West berdecak sambil tertawa. "Tidak bisakah kau bersabar sedikit, Nona Parker?"

Kepala dengan rambut dikuncir itu menggeleng tegas. "Kalau kau ingin serius denganku, biarkan aku tahu lebih banyak tentangmu dulu."

Kedua alis tebal yang berada di atas manik biru itu bergerak naik. West menyalakan mesin terlebih dahulu sebelum mobil Land Rover miliknya meninggalkan area pemakaman.

"Kau tidak ingin mampir ke Outville?"

Leona menatap protes dengan mendengkus. "Apa kau memiliki hobi mengalihkan pertanyaan?"

Tawa singkat keluar dari sela bibir tipis itu. "Bisa dikatakan begitu."

Leona menghentikan tangan West yang ingin menyentuh tuas gigi mobil. "Jangan buat aku penasaran, West."

"Pelan-pelan, Leona. Seiring berjalannya waktu, kau pasti akan tahu semuanya." West meraih tangan Leona, lantas menggenggamnya erat. "Sekarang kita ke Outville dulu. Aku tahu kau pasti rindu dengan keluargamu."

Kepala wanita itu tertunduk seketika. Entah kenapa ia merasa West jauh lebih mengenalnya daripada dirinya sendiri. Pria ini tahu apa yang diinginkan Leona sekarang.

"Aku malu jika harus bertemu mereka."

"Kau tidak harus bertatap muka dengan mereka, Leona. Masih bisa melihat dari jauh, bukan?" saran West dengan pandangan tidak lepas dari wajah yang masih menarik tanpa polesan make-up.

Tangannya bergerak naik ke belakang kepala Leona. Selang dua detik kemudian, dia melabuhkan sebuah kecupan di kening berukuran ideal itu.

"West?" Lagi-lagi Leona melayangkan protes.

"Sorry. Terkadang aku jadi kehilangan kendali, setelah apa yang kita lalui tadi malam," goda West tersenyum usil.

Wanita itu memutar bola mata seraya menahan senyum. "Kau gila!"

"Mungkin." West menginjak gas sehingga mobil mulai bergerak meninggalkan area pemakaman. "Kau sudah membuatku gila dengan kekhilafanmu itu."

Leona melipat tangan di depan dada dan melihat West dengan sudut mata. "Sudah berapa wanita yang kau rayu?"

West menoleh sekilas, lalu menghitung dengan jari. Kepalanya menggeleng cepat. "Baru kau yang kurayu."

Mata abu-abu besar itu melebar seketika. "What??"

"Jangan terkejut seperti itu, Leona."

Tangan Leona naik menutup bibir yang sedikit menganga. Entah berapa kali ia melakukannya hari ini.

"Jangan bilang kalau kau ...." Dia tidak tega melanjutkan kalimatnya.

"Apa kau tidak menyadarinya tadi malam? Atau mungkin karena aku membuatmu melayang, sehingga tidak tahu kalau itu yang pertama bagiku?"

Membalas Perselingkuhan Suamiku [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang