Leona membuang napas lesu ketika berdiri di depan cermin. Gaun yang akan dikenakan ke pesta dansa nanti malam tidak cukup untuk tubuhnya yang masih berisi. Dia tampak frustasi karena tidak ada satupun gaun yang bisa dikenakan.
"Sebaiknya aku tidak datang ke pesta nanti malam, Lou," desahnya kehilangan semangat.
Louisa menggeleng tegas. "Tidak bisa. Kau harus datang, Le! Cloe keponakanmu, bagaimana bisa kau tidak hadir?"
Wanita bertubuh gemuk itu merentangkan kedua tangan. Netra abu-abunya melirik sekilas ke diri sendiri. "Kau tidak lihat ini?"
"Aku sudah sarankan kau untuk membeli satu gaun waktu kita ke mall, tapi kau tidak mau." Louisa berdecak pelan.
"Untuk apa membeli pakaian yang akan dikenakan satu kali, Lou? Kau lupa kalau aku harus menurunkan berat badan lagi sampai menyentuh angka ideal!?"
Tentu saja alasan sebenarnya bukan begitu. Dia bisa saja membeli satu, kemudian mengecilkannya setelah tubuh besar itu kembali ramping. Leona tidak memiliki uang untuk membeli gaun bermerk, seperti yang dibeli kedua kakak-kakaknya.
Bibir berisi Louisa mengerucut. Dia mematut lama Leona yang melepaskan lagi gaun kesepuluh yang dicobanya.
"Kau tidak mungkin mengenakan gaun Mommy, karena tubuhnya lebih gemuk darimu," desis wanita berambut hitam itu. "Sebentar aku coba cari gaun lain di lemarinya. Barangkali ada yang cukup untukmu."
Tanpa menunggu jawaban, Louisa segera bergegas menuju kamar ibunya yang berada di lantai bawah. Waktu kurang dari enam jam lagi untuk mempersiapkan keperluan pesta.
Leona masih berdiri di depan cermin setelah mengenakan lagi pakaiannya. Dia mengamati pantulan diri di cermin. Tubuhnya memang mengalami penurunan berat badan yang cukup banyak, tapi tetap saja lengan dan pinggulnya masih besar. Bagian perut juga masih belum rata. Berarti masih banyak yang harus dilakukan.
"Bagaimana, Le?" Lily tiba-tiba datang membawa pakaian dalam yang memiliki fungsi ganda sebagai korset.
Leona menggeleng lesu. "Tidak ada yang bisa kukenakan," lirihnya mengerling sepuluh gaun yang ada di atas kasur.
Wanita berambut pirang itu menyerahkan pakaian dalam yang dikenakan kepada Leona. "Cobalah ini."
Mata abu-abu milik Leona terpaku melihat benda yang diberikan Lily. Dia mencoba menerka apakah bra yang memiliki fungsi sebagai korset itu bisa berguna? Setelahnya kepala Leona menggeleng pelan.
"Useless, Lil," desisnya pasrah.
Wajah Lily selaras dengan perasaan adiknya sekarang. Sejak tadi dia sudah berusaha mencari gaun yang bisa dikenakan Leona, tapi sia-sia.
"Kita ke kota sekarang, Le. Masih ada waktu untuk membeli gaun untukmu." Lily menarik tangan adiknya ke posisi berdiri.
Leona menggeleng. "Aku tidak ingin mengenakan pakaian hanya untuk dikenakan sekali, Lil. Buang-buang uang."
Begitulah Leona dulu. Dia sangat pintar dalam mengelola uang. Wanita itu juga bukan tipe istri yang suka menghambur-hamburkan uang suami. Oleh karena itulah, ia bisa membantu Mark merintis usaha sendiri hingga sukses seperti ini. Keberhasilan yang diperoleh pria itu, tidak lepas dari andil besar Leona.
"Sudahlah. Aku tidak pergi ke pesta dansa."
"Kalau begitu aku juga tidak ikut." Terdengar suara bariton dari arah pintu.
Kedua wanita itu menoleh serentak ke sumber suara.
"West," gumam Leona dengan kening berkerut, "sejak kapan kau ada di sana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Membalas Perselingkuhan Suamiku [TAMAT]
DragosteFollow dulu akun penulis sebelum membaca yuk! ^^ *** Leona harus menelan pil pahit setelah melihat perselingkuhan suaminya, Mark, dengan perempuan muda. Perubahan bentuk tubuh dan tidak kunjung mendapatkan anak menjadi penyebab lelaki itu berpaling...