Malam hari menjelang sidang kedua
Leona sedang duduk di dalam mobil mendengar pengarahan yang diberikan West kepadanya. Malam ini adalah misi terakhir yang harus dijalankan menjelang persidangan. Target yang ditetapkan harus tercapai sebelum sidang kedua.
"Karena ini misi terakhir kita, pastikan kau tidak melakukan kesalahan seperti sebelumnya," terang West ketika mereka berempat berembuk di dalam mobil van, tak jauh dari kediaman Mark.
Leona mengangguk paham. Berhasil atau tidaknya dari rentetan penipuan yang telah dilakoni West beberapa tahun belakangan ini, ada pada misi terakhir.
"Pastikan kau memasukkan obat ini ke dalam minumannya, Leona," ujar Cassie menyerahkan satu butir pil kepada wanita itu.
"Apa ini?" tanya Leona dengan kening berkerut.
"Itu pil yang bisa membuatnya melayang ke langit ketujuh," jelas wanita berambut pirang itu.
"Maksudmu sejenis narkotika?"
Cassie mengangguk membenarkan. "Yang ada di plastik ini, kau bisa selipkan di sela sofa. Jangan pernah meletakkannya di sembarang tempat."
Tilikan mata Leona menatap narkotika golongan A yang ada di tangan Cassie.
"Jangan sentuh dengan jarimu, Leona. Kau harus mengenakan sarung tangan ketika ingin meletakkannya di sana," henti wanita itu ketika Leona berusaha mengambilnya.
Dia meletakkan barang haram itu di bagian belakang tas yang dikenakan Leona. Bisa bahaya jika wanita itu menyentuh plastik tersebut, karena akan ada sidik jari nantinya.
"Kau harus menggunakan ini, Sayang," imbuh West menyerahkan sarung tangan yang sering digunakan tenaga medis.
"Apa kalian berencana membuat Mark seolah-olah pengguna narkotika?" Mata berwarna violet itu melebar.
West, Shaun dan Cassie mengangguk serentak. Mereka harus menjebloskan Mark ke penjara terlebih dahulu, sebelum menjeratnya dengan beberapa skandal yang selama ini ditutupi. Dengan begitu Leona bisa memulihkan nama baiknya di depan majelis hakim dan mendapatkan harta kekayaan yang telah diambil oleh Mark.
"Ini surat yang harus ditandatangani Mark, setelah berada di bawah pengaruh obat itu." Kali ini Shaun yang memberi pengarahan seraya menyerahkan satu lembar kertas HVS dan satu lembar cek kepada wanita itu.
Leona membaca kertas itu sebentar. Ternyata isi yang tertera di sana adalah pengalihan hak milik rumah yang telah ia beli dengan hasil keringat sendiri.
"Thank you. Aku sangat berhutang budi kepada kalian semua," ucap Leona tersenyum haru.
"Hei, Sayang. Justru kami yang berhutang budi kepadamu. Kau berhasil mendapatkan lima juta dolar. Sebentar lagi, kita juga akan mendapatkan aset perusahaan FTM," tanggap West menggeleng pelan.
"Apa kau siap Leona?" Cassie memandang wajah gugup Leona.
"Aku hanya sedikit ... nervous." Leona memejamkan mata seraya menarik napas panjang. Dia menganggukkan kepala tanpa ragu.
"Ayo kita turun sekarang Shaun," ajaknya kepada Shaun.
Sebelum benar-benar turun dari mobil Van, ia memberi kecupan singkat di bibir West terlebih dahulu.
"Akan kupastikan, kita berhasil malam ini, seperti sebelumnya," janji Leona mantap.
Wanita itu segera turun dari mobil berjenis Van, kemudian bergegas ke mobil jenis sedan yang akan dikendarai Shaun. Pria itu telah menunggu di sana, bersiap mengantarkan Leona menuju rumah yang sebentar lagi resmi pindah hak milik ke tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Membalas Perselingkuhan Suamiku [TAMAT]
RomanceFollow dulu akun penulis sebelum membaca yuk! ^^ *** Leona harus menelan pil pahit setelah melihat perselingkuhan suaminya, Mark, dengan perempuan muda. Perubahan bentuk tubuh dan tidak kunjung mendapatkan anak menjadi penyebab lelaki itu berpaling...