2. Hari Pertama Penculikan

15 6 2
                                    

"Masuk!" Pria itu mendorong Eve masuk ke suatu ruangan yang terlihat seperti kamar. Danielle meronta-ronta saat melihat anaknya tersandung, tapi pria itu menyeretnya pergi. Pintu ruangan itu ditutup, lalu dikunci dari luar.

"Mhhfp! Mhh!" Danielle berusaha bicara, tapi tentu saja tidak bisa karena mulutnya disumpal kain.

"Kamu minta anakmu dilepaskan? Tidak akan."

Mereka berhenti, dan pria itu membuka sebuah pintu kamar. Danielle didorong masuk, dan sebelum sempat bereaksi, pintu kembali ditutup. Sama seperti kamar tempat Eve, pintu itu juga dikunci. Samar-samar Danielle bisa mendengar pria itu berbicara, "Kalian berjaga di depan sini, awasi dia. Jangan sampai dia kabur!"

'Artinya hanya pintu itu yang dikunci?' pikir Danielle. Ia tau, penjahat seperti itu pastilah tidak bodoh, tapi tidak ada salahnya untuk mencoba mencari jalan keluar lain dari kamar itu.

Kamar itu cukup luas, ranjang berukuran queen diletakkan di tengah ruangan dengan kelambu dan 2 nakas di kanan kirinya. Danielle mencoba melihat ke bawah tempat tidur, tapi tak ada apa pun di lantai. Dinding ruangan itu full ditempeli wallpaper, dan tidak ada jalan rahasia di dinding.

Gorden kamar tersebut dibuka, tapi pintu balkonnya dikunci rapat. Kamar mandi terletak di sisi kiri pintu masuk, terhubung dengan walk-in closet, dan hanya ada ventilasi kecil di kamar mandi tersebut. Kesimpulannya, memang tidak ada jalan keluar rahasia di kamar tersebut. Kelelahan, Danielle memutuskan untuk duduk bersandar di samping tempat tidur, dan tak lama kemudian ia jatuh tertidur.

***

"Bangun!" Danielle bisa merasakan sesuatu mengguncang tubuhnya. Ia tersadar, dan melihat pria yang menculiknya itu berdiri di hadapannya. Penculik itu mengambil kain yang menyumpal mulutnya, dan Danielle berteriak, "Mau apa kau?!"

"Heh, baru saja aku melepas kain ini, kau sudah berteriak padaku." Pria itu menyeringai. Ia menarik tangan Danielle, dan membalikkan tubuhnya. Kali ini, pria itu melepaskan tali yang mengikat tangan Danielle. "Pasti tidak nyaman kan, tidur dengan diikat tali seperti ini?"

Danielle mendengus, "Aku sudah pernah mengalami hal itu di masa laluku."

"Benarkah? Siapa yang melakukan padamu?"

Danielle memalingkan wajahnya, dan tidak menjawab pertanyaan tersebut. Baginya, tanggal 6 September, saat ulang tahunnya yang ke-19 adalah memori yang harus dikubur dalam-dalam, dan baru saja tanpa sengaja ia mengungkitnya, bahkan di hadapan pria yang bahkan tidak ia kenal!

"Hm~ Kau tidak mau menjawab pertanyaan tersebut?"
Lagi-lagi Danielle tidak menjawab pria itu.
"Kau tidak penasaran, siapa aku ini?"
"Yah, pembunuh dari suamiku?" Balas Danielle.

Pria itu tertawa kecil, tapi tiba-tiba melayangkan tamparan ke pipi Danielle. "Justru Williamlah yang dulu membunuhku!"

"Will... yang membunuhmu?"
"Rupanya ia tidak menceritakan masa lalunya yang gelap ya? Hahaha..."
"Memangnya... apa yang terjadi di antara kalian berdua?"

Pria itu tersenyum, tentu saja bukan senyuman senang, melainkan senyuman keji. "Salam kenal, namaku Tristan Finn. Mantan ... teman baik William, barangkali? Kau bisa menyebutku seperti itu."

"Kami satu sekolah di sebuah sekolah militer. Dulu saat kami pergi dalam perjalanan pariwisata, bus yang kami tumpangi terjatuh ke jurang, dan kau tau Nona? Suamimu yang tercinta itu tidak mau menolongku."

"Apa yang terjadi... dengan teman-teman kalian yang lain?

"Tentu saja, mati." Tristan mengambil jeda sejenak. "Bus itu meledak tak lama setelah terjatuh ke jurang. Saat ledakan terjadi, hanya aku dan William yang selamat. Well... Aku terluka cukup parah dan yaaa... suamimu meninggalkanku sendiri. Aku pikir aku tak akan selamat, tapi kebetulan ada seseorang melintas dan menyelamatkanku dari kematian."

The BrideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang