4. Pemaksaan (2)

10 3 0
                                    

Beberapa hari berlalu dengan tenang. Baik Danielle dan Eve tidak ada yang diperbolehkan keluar kamar, maka di kamarlah mereka menghabiskan waktu. Tristan menyiapkan berbagai buku dan mainan di kamar tersebut agar Danielle dan Eve tidak bosan. Sesekali Rosa datang untuk membantu mereka membersihkan diri dan merapikan kamar.

Rutinitas harian berjalan dengan membosankan, hingga pada suatu sore Tristan mendatangi kamar tersebut dengan membawa beberapa setel gaun pernikahan. Beberapa pembantu mengikutinya. Saat itu, Danielle sedang duduk di atas karpet, menemani Eve yang sedang menggambar.

"Mau apa datang ke sini?" tanyanya tanpa menoleh ke arah Tristan.

"Aku sudah menetapkan hari pernikahan kita. Karena itu, sekarang, pilihlah gaun mana pun yang kau sukai." jawab Tristan.

Danielle menghela napas. Ia bangkit berdiri, tapi Eve langsung menarik ujung roknya, "Mama?"

"Ya Sayang? Kenapa?"
"Temani aku menggambar!"
"Tunggu sebentar ya, Mama mau memilih gaunnya dulu."

"Mama!" kali ini, nada suara Eve meninggi.

"Tunggu sebentar ya?" pinta Danielle. Eve melepaskan ujung rok Danielle. Ia lanjut menggambar sembari menggerutu.

Danielle pun mulai memilih-milih gaun. Ia berencana untuk kabur saat pria itu lengah. Tapi, rencananya pasti tidak akan berjalan dengan mudah, makanya ia harus mengumpulkan bantuan terlebih dahulu. Karena itu, untuk sekarang, lebih baik mengikuti dulu permainan yang diinginkan oleh Tristan.

"Kau sudah setuju untuk menikah denganku?" tanya Tristan. Tidak mungkin Danielle akan berubah pikiran secepat itu. "Tentu saja tidak. Tidak ada yang akan mau untuk menikahi seorang pembunuh sepertimu." jawab Danielle. "Oh ya, tanggal berapa kita akan menikah?"

"Tanggal 17, sekitar 3 hari lagi."

Danielle tersenyum mengejek. "3 hari lagi? Kau yakin? Coba lihat wajahmu dulu. Penuh luka memar. Siapa coba yang menginginkan pengantin pria berwajah buruk rupa sepertimu untuk hari pernikahannya."

Gantian Tristan yang menghela napas. "Akan kuundurkan. 5 hari lagi."

"Aku pilih yang ini." ucap Danielle. Ia memilih sebuah empire waist berhiaskan bordiran bunga berwarna emas. Ia pun pergi ke walk-in closet, dan mencoba memakai gaun tersebut. Tristan menatapnya tak berkedip saat ia keluar dari walk-in closet dengan mengenakan gaun tersebut.

"Bagaimana menurutmu?" tanyanya pada Tristan.

"Kau... terlihat sangat cantik." Tristan memalingkan wajahnya yang memerah karena malu. Danielle tersenyum puas.

Beberapa waktu berlalu hingga akhirnya Tristan bisa mengendalikan raut wajah serta hatinya. "Gaunnya pas dengan ukuranmu?"

"Hm... Bagian dadanya terasa sesak."

"Baiklah. Besok penjahitnya akan ke sini untuk mengukurnya kembali." ucap Tristan. "Kalau begitu, aku kembali dulu."

"Ya."

"Oh ya, untuk makan malam hari ini, kalian akan ikut makan denganku di lantai bawah. Bibi Mitchel akan mengantar kalian ke bawah nanti."

"Baiklah. Aku mengerti."

Tristan dan para pembantunya keluar. Begitu pintu ditutup, Eve langsung menyentakkan pensil yang dipakainya.

"Ada apa, Sayang?" Danielle menghampiri putri kecilnya yang tampak cemberut.

Begitu perhatian sang ibu terfokuskan padanya, Eve pun langsung menumpahkan kekesalannya, "Mama! Mama serius mau menikahi pria itu?!"

"Sayang, tenang dulu ya." Danielle hendak mengelus kepala Eve, tapi Eve langsung menepis tangan ibunya. "Pokoknya, aku nggak mau!"

The BrideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang