3. Pemaksaan

13 4 0
                                    

Sinar mentari akhirnya digantikan oleh cahaya rembulan. Saat membuka matanya, yang pertama kali Eve lihat adalah kelambu tempat tidur di ruang penyekapannya. Ia beranjak duduk, dan nyaris terkejut saat melihat seorang wanita duduk di samping tempat tidur. 

Melihat si Nona Kecil terkejut, wanita itu pun memperkenalkan diri, "Selamat malam Nona, nama saya Rosa. Saya yang akan melayani Anda mulai saat ini."

"Melayani?" Eve tampak kebingungan. Begitu melihat handuk di pangkuan Rosa, Eve pun mengerti. Ia berkata dengan jengkel, "Aku bisa mandi sendiri."

"Tapi, Tuan Tristan telah meminta saya untuk membantu Anda. Saya hanya melaksanakan tugas saya, Nona."

Eve menghela napas gusar, "Terserahlah."

"Sekarang, ayo mandi dulu Nona. Tuan Tristan sudah menunggu Anda untuk makan bersama di bawah."

"Makan bersama?!"
"Ya Nona."
Eve memalingkan pandangannya, "Aku tidak mau makan bersamanya!"

"Baik Nona, akan coba saya sampaikan kepada Tuan Tristan." Rosa bangkit dari kursinya dan pergi keluar. Hampir sekitar 10 menit wanita itu pergi. "Tuan Tristan mempersilahkan Anda untuk makan di kamar." Begitu lapornya saat kembali.

"Baguslah." Komentar Eve. "Makanan apa yang kalian siapkan untukku?"

"Mohon maaf Nona, tapi saya tidak tahu. Makanan akan diantar hanya jika Nona sudah siap untuk makan."

"Maksudmu, kalau aku sudah selesai mandi?" Tanya Eve dengan sarkas, tapi Rosa masih menyahutinya dengan tenang, "Benar, Nona."

Eve mendengus. Ia memasuki kamar mandi, dan nyaris menjerit kaget saat melihat Rosa mengikutinya. "Sudah kubilang, aku bisa mandi sendiri!!"

"Maaf, saya hanya一"
"Pokoknya tunggu di luar!!"

Eve masuk ke dalam bathtub, dan menyentakkan tirai mandi dengan keras. Sambil menggerutu, ia melepas bajunya.

"Nona perlu bantuan?" suara Rosa kembali terdengar.

"Tidak perlu!" Eve melempar bajunya keluar, dan mulai menyalakan shower. Di balik tirai, Rosa memungut baju Eve, lalu berdiri mematung di samping situ.

"Ah... Aku lupa handuknya..." gumam Eve saat menyadari tak ada handuk di situ. Mendengar hal itu, Rosa menyahut, "Nona memerlukan handuk? Perlu saya bantu ambilkan?"

"Baiklah..." Nada suara Eve menurun, sudah tidak seketus tadi.
Tak berapa lama, tangan Rosa muncul dari balik tirai, "Ini handuknya"
"Terima kasih."

Saat keluar dari bathtub, Eve melihat Rosa sudah menyiapkan baju ganti untuknya. "Apa tidak...terlalu mewah?" Eve memberikan penekanan pada kata 'mewah' saat melihat baju ganti untuknya. Sebuah evening dress berwarna merah tua. Selain terlalu mewah, akan terkesan terlalu tua jika ia memakainya.

"Nona ingin menggantinya dengan yang lebih simpel?" tanya Rosa.

Tentu saja Eve mengangguk. Pastilah Tristan yang menyiapkan baju semewah itu untuknya. Tapi, memangnya ia mau menuruti kemauan pria itu? Tidak akan!

"Di mana ruang gantinya? Biar aku pilih sendiri."
"Baik, ke arah sini, Nona."

Rosa mengantar Eve ke sebuah walk-in closet yang terhubung dengan kamarnya. Walk-in closet-nya tidak seluas walk-in-closet di rumahnya, tapi koleksi bajunya cukup menarik hati. Ia menunjuk sebuah gaun tidur berwarna putih, dan berkata, "Aku memilih ini saja."

"Baik Nona." Rosa mengambil baju tersebut, dan memberikannya kepada Eve.
"Terima kasih. Dan, biarkan aku pakai baju sendiri. Oke?"

Tanpa membantah, Rosa pun membiarkan Eve memakai bajunya sendiri. Ternyata, si Nona Muda tidak semanja yang ia sangka. Ya, si Nona Muda hanya sedikit galak.

The BrideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang