Sendiri (2) [plus biodata]

19 2 0
                                    

20XX

Dian Mayunda, remaja berumur 15 tahun dengan bentuk fisik setengah rubah. Sebenarnya hanya telinga nya saja yang berbentuk telinga rubah, sisa nya masih tubuh manusia.

Tinggi nya 175 cm, dengan surai rambut coklat susu. Rambutnya nya panjang sebahu tapi agak sedikit berantakan. Dia anak pendiam dan pemurung. Setiap harinya ia menghabiskan waktu di kamar dengan segala buku yang ia baca.

Dia tidak pernah memperlihatkan wajahnya sejak umur 7 tahun, wajahnya terhalangi oleh kain putih dan poni yang panjang .

TOK

TOK

TOK

"Nona, waktunya makan malam." Ucap seorang pelayan sambil mengetuk pintu kamar Dian.

Dian tidak menanggapi, tapi ia beranjak dari kursi belajarnya. Pelayan itu pergi tanpa menunggu Dian keluar dari kamar.

Cklek

Fasilitas di rumah ini tidak secanggih rumah jaman sekarang, ya walaupun memang ada beberapa barang elektronik model baru disini.

Ia berjalan menuruni tangga, omong-omong kamarnya ada di lantai lima. Lantai lima itu sangat sepi dan terasingkan, bahkan gelap.

Dian menuju meja makan dan duduk di satu-satu nya kursi disana. Ia terdiam ketika semua pelayan pergi menjauh setelah menyelesaikan pekerjaannya.

"Ayo makan." Gumam Dian membersihkan tangannya dengan tisu basah lalu mengambil sendok dan pisau makan.

Makan dalam diam, hanya suara garpu dan pisau yang berdentuman. Tidak ada suara lagi disana, pelayan pergi entah kemana. Tidak ada yang mengajaknya bicara ataupun sekedar menemaninya makan.

Dian menyelesaikan makan malam nya lalu mencuci piring dan gelas bekas ia makan tadi.

"Tidak ada gunanya aku hidup, bahkan keluarga ku tidak pernah menemuiku."

Dian punya satu kebiasaan, ia akan diam-diam keluar dari mansion menuju hutan. Ya.. mansion itu di kelilingi hutan yang sangat lebat dan rimbun, dan ia akan mulai melakukan kebiasaannya sekarang.

Pertama-tama. Dian akan memasuki kamar tak lupa untuk mengunci pintu. Setelah itu ia mengambil tas selempang yang isinya sebuah buku dan pulpen, botol minum, senter, dan yang terakhir adalah belati.

"Siap." Dian membuka jendela kamar lalu meloncat jauh menuju hutan. Ya setidaknya dia mempunyai kemampuan yang berguna untuk dirinya sendiri.

Menelusuri hutan yang gelap dengan perlahan, suara-suara hewan menggelegar. Hanya senter lah yang menjadi teman nya saat ini.

30 menit Dian berjalan, hingga ia sampai di Goa yang tidak terlalu besar. Ia memasuki Goa tersebut.

GREP

"Akh." Dian terpekik kesakitan sekaligus terkejut karena ada seseorang yang mencengkram bahunya erat.

"Sekarang saya tau tempat nona bersembunyi, benar-benar menjengkelkan." Ternyata dia adalah penjaga di mansion nya.

Dian panik ketika tubuhnya diseret paksa, itu menyakitkan!. Tubuhnya lemah, dia hanya bisa pasrah karena tubuhnya diseret hingga sampai di mansion.

"Seharusnya nona tidak membuat kami repot."

Penjaga itu melempar tubuh Dian kedalam sebuah ruangan tanpa ventilasi sama sekali. Ruangan putih yang hanya berisi satu kasur, AC, dan lubang udara yang tidak lebih besar dari seukuran telapak tangan. Itu juga di tutupi jeruji.

"Tolong jangan kurung aku lagi." Lirih Dian memegang erat pergelangan kaki penjaga.

"Anda harus di hukum disini hingga pagi." Ucap penjaga melepas paksa pegangan Dian pada kaki nya lalu mengunci pintu yang terbuat dari besi tebal itu.

Tubuhnya bergetar hebat, dia benci dengan tempat ini. Kamar yang sangat dingin hingga ia bisa melihat angin dingin nya. Seperti ruang hukuman para pidana jika ia sebutkan.

"Dingin, aku gak mau disini."

Bersambung..

Biodata..

Nama: Dian Mayunda
Umur: 15 tahun
Jenis kelamin: perempuan
Tinggi: 175 cm
Status: remaja
Kekuatan: uknown
Spesies: setengah rubah
Kelas awaken: (uknown)
Informasi lain: di asingkan oleh keluarganya sendiri disebuah mansion tengah hutan hingga saat ini, belajar secara home schooling.

■27 juni 2022■

Awal Mula Dirinya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang