11. Commitment

2.4K 161 15
                                    

Yang belum follow Yetta sini follow dulu😁😁 LeeYetta

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yang belum follow Yetta sini follow dulu😁😁 LeeYetta

Kalau folls Yetta genap 100 hari ini, Yetta kasih triple up!😻😂

Happy Reading.

💭💭💭

Gara menunggu dengan cemas di depan ruangan ICU. Kakinya tak berhenti mondar mandir. Khawatir. Pemuda itu berjalan kiri kanan dengan kedua tangan di genggam. Berdoa pada Tuhan semoga Kaira baik-baik saja.

Setelah mendapat telepon tadi, Gara langsung on the way ke rumah sakit. Diperjalanan, dia menelepon Mamanya agar ke rumah sakit dan sampai saat ini beliau belum juga sampai.

Gara bahkan tidak berpikir akan menelepon Mama Kaira karena takut wanita itu sedang sibuk dan keadaan Kaira membuatnya khawatir.

Gara mengacak rambutnya hingga berantakan. Lelaki itu terduduk di kursi tunggu sambil menghela nafas.

Maudy bersama Bu Pi—Pelatih Balet yang membawa Kaira ke rumah sakit, telah kembali ke studio karena latihan yang tidak bisa ditunda meski Kaira sakit. Karena Grand Prix semakin dekat, Gara memakluminya. Kaira pernah bercerita padanya bahwa dia akan menjadi perwakilan teater balet mereka. Dan lelaki itu menyesal karena merusak mimpi sahabatnya.

"Gara!"

Gara mendongak mendengar panggilan itu. Mamanya berjalan cepat dari arah lobi. Lelaki itu berdiri sambil merentangkan tangan, yang langsung disambut Mamanya dengan raut khawatir.

"Kamu gak apa-apa? Kai kenapa? Dia di dalam?" tanya Rika—Mama Gara beruntun.

Gara menenggelamkan wajahnya di bahu wanita itu. Rika mengelus rambut anaknya cemas. Dia membawa tubuhnya dan Gara untuk duduk di kursi tunggu, mengelus punggung Gara yang terlihat begitu tegang.

"Kaira kenapa, Gara?" tanya Rika lagi.

"Kaira ...," gumam Gara mengambang. Dia teringat kondisi Kaira saat diturunkan dari ambulance. Kaki gadis itu berdarah—tidak, lebih tepatnya kandungannya. Perempuan itu pasti kesakitan.

"Mam, Gara harus bertanggung jawab." Gara menarik kepalanya dari bahu wanita itu, menatap Mamanya dengan pandangan teguh.

Rika mengernyitkan dahi. "Tanggung jawab? Emang kamu ngehamilin anak orang?"

Gara meneguk ludah. Kenapa beliau ini enteng sekali mengatakannya?

"Ma, Kaira——"

"Dengan keluarga pasien atas nama Kaira?"

Kalimat Gara terputus begitu seorang Dokter keluar dari ruang ICU dengan stetoskop di lehernya. Cowok itu segera bangkit, diikuti Rika yang mengernyitkan dahi antara bingung dan cemas.

Young Mommy & Good DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang