12. Marry Me, Kaira

2.1K 158 17
                                    

SELAMAT MALAM🧚‍♀️
YANG LUPA ALUR, BISA BACA ULANG YA

FOLLOW DULU COBA: LeeYetta

☁️ HAPPY READING ☁️


Rita meraih map tersebut dengan tangan gemetar. Dia tidak salah dengar, 'kan? Putrinya, putri satu-satunya yang berharga, tidak mungkin mengecewakannya bukan?

Wanita itu membuka map dan meraih lembaran surat keterangan dokter. Jantungnya berdegup kencang tatkala melihat tanda-tanda positif dan keluhan ibu hamil pada umumnya tertulis disana.

Di lembar bagian atas, tertulis nama Kaira Aphrodite, yang langsung membuat Rita menjatuhkan kertas di tangannya dan berdiri. "NO! KALIAN BERCANDA, 'KAN?!" bentaknya tidak percaya.

Rika meraih tangan Mama Kaira itu, mencoba menenangkannya. "Jeng, kami nggak mungkin mempermainkan hal seperti ini."

"Kami akan bertanggung jawab, Rita." Deff menimpali.

"Nggak mungkin." Rita menggeleng, masih tidak mempercayai apa yang ia lihat. "... Kaira nggak mungkin mengecewakan saya."

"Kita sama-sama kecewa, Jeng. Saya juga sakit melihat anak saya yang saya besarkan dengan kasih sayang bisa merusak anak gadis orang lain. Terlebih gadis itu Kaira--teman dari kecil yang selalu bersama Gara."

Mata Rita berkaca-kaca. Tangan wanita itu yang berada digenggaman Rika mengepal. Sorotnya penuh emosi yang tertahankan. "Kaira mungkin dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang nggak utuh. Dia kehilangan sosok ayah. Tapi saya tahu Kaira nggak bodoh. Dia nggak mungkin melakukannya, 'kan, Rik?"

Wanita itu mendongak, menatap Rika. Sekarang, Rika merasa mereka bukan hanya sekadar teman arisan, bukan pula ibu-ibu sosialita, dan rekan kerja. Rika merasa mereka adalah teman lama yang sedang berada di keadaan yang sama. Rita akhirnya memanggilnya sebagaimana teman SMA yang lama berpisah.

Rika tersenyum lemah, menepuk punggung tangan Rita pelan. "Kita terima kenyataan ya, Ta? Lebih cepat lebih baik. Gara dan Kaira nggak mungkin bisa menyembunyikan ini lebih lama."

Rita terdiam. Dia terlihat seperti memikirkan sesuatu di dalam kepalanya. Lama suasana hening di antara mereka. Sampai akhirnya Rita menarik tangannya yang berada dalam genggaman Rika. Berdiri dengan raut tanpa ekspresi. "Beri saya waktu untuk berpikir."

Rika tahu, mungkin Rita benar-benar kecewa. Lagipula, siapa yang tidak kecewa bila mendapati dirinya gagal mendidik anak? Rika pun sama kecewanya. Namun, ia telah berpikir jernih. Sebagai orang tua dari laki-laki yang harus bertanggung jawab, Rika tahu dia dan Deff harus mengambil langkah lebih cepat. Mereka harus bertanggung jawab, bukannya berlarut-larut menyangkal kenyataan.

Meski di lubuk hati yang paling dalam, Rika dan Deff sama luar biasa kecewanya.

"Ekhem."

Ketiga orang dewasa itu praktis menoleh ke sumber suara. Gara muncul dari ambang pintu yang baru saja terbuka. Dia mengenakan celana jeans dan jaket denim yang pulang sekolah tadi ia ganti. Rika berdiri. Hendak menghampiri Gara sebelum Rita mendahuluinya dan menampar Gara dengan raut marah.

Emosi yang sebelumnya tertahan tiba-tiba menemukan pelampiasannya.

Plak.

Tanpa suara. Rita sekali lagi menampar wajah Gara hingga kepala cowok itu menoleh ke samping.

Gara menyentuh sudut bibirnya menggunakan lidah, asin, tetapi tidak perih. Gara memberanikan diri menatap Mama Kaira yang tengah memandangnya dengan sorot penuh kekecewaan. Tanpa suara, Gara bisa merasakan mata wanita di hadapannya berbicara.

Young Mommy & Good DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang