09. I'm Ready With You

2.4K 146 6
                                    

High School Roseria gempar dengan rumor berkencannya Gara dan Kaira. Bagaimana tidak? Lelaki yang digandrungi para gadis itu, selama dua tahun bersekolah tidak pernah terlibat dalam kasus percintaan manapun. Namun, dia hari ini datang ke pelukan Kaira setelah tawuran dengan preman di belakang sekolah.

Seolah-olah mereka lebih dari sekedar 'teman masa kecil', dan itu membuat para penggosip gencar membicarakannya.

"Lo, sih, ngapain coba ke kelas gue?" tanya Kaira agak kesal. Dia sekarang berada di UKS, mengobati luka memar di wajah Gara.

"Pelan-pelan, Ra. Sakit ...." Gara meringis ketika Kaira menekan lebam di sekitar matanya. Suara laki-laki itu yang merengek membuat Kaira berhenti dan menatap mata kelam di hadapannya sejenak. Dengusan geli keluar dari bibirnya.

"Lagian, ngapain sih, tawuran terus? Gak capek? Bentar lagi lulus lho. Gue gak mau hidup sama cowok yang gak bisa jaga dirinya sendiri. Gak sayang sama dirinya sendiri."

"Iya, Kaira."

"Jangan iya-iya aja, tapi dilakuin terus!" Kai menekan jarinya yang sedang membersihkan darah di sekitar bibir Gara. Benar-benar kesal jika laki-laki itu hanya menganggap perkataannya angin lalu.

"Ssh ...." Gara meringis, bibirnya perih. Matanya menatap Kaira dengan pandangan memelas. Dia menahan lengan Kaira hingga tangan gadis itu menggantung di depan wajahnya. "Iya, Sayang. Obatinnya pake hati, oke?"

Kaira menghela napas keras sambil menahan sebuah senyuman. Dia menarik tangannya dari genggaman Gara lalu berbalik untuk mengambil plester dengan pipi merona seperti tomat. "Oke!"

Gara tersenyum kecil melihat gadis itu salah tingkah. Saat Kaira kembali lagi ke hadapannya sambil menempelkan plester di pinggir bibir dan dahinya, Gara melingkarkan tangannya memeluk pinggang gadis itu.

Posisinya yang duduk di atas ranjang dengan Kaira yang berdiri memudahkannya mendekap perempuan itu. Gara menunduk, meletakkan kepala di bahu Kaira, dan menenggelamkan wajahnya di ceruk leher perempuan itu. Nyaman. Gara memejamkan mata.

"Bentar aja, Ra. Biarin gini," kata Gara pelan saat Kaira hendak menjauhkan tubuhnya.

Kaira menahan napas. Jantungnya berdetak dua kali lipat lebih cepat. Perasaan berdebar itu datang lagi. Kaira membasahi bibirnya kemudian terdiam. Membiarkan suasana UKS hening.

"Gue gak bakal nuntut apapun. Tapi selama lo bisa bikin gue aman di sisi lo, gue siap kasih tau orang tua kita, Ga," kata Kaira membuyar kebisuan.

Gara dengan cepat mengangkat kepalanya. Namun, Kaira lebih gesit membuang pandangan. Membuat Gara tidak bisa menangkap ekspresinya dengan jelas.

"Lo ... yakin 'kan, Ra?"

"Hm." Kaira mengangguk. Dia berpaling menatap Gara dengan sorot penuh harapan. "Jadi jangan pernah buat gue ngerasa pilihan gue salah, Ga."

"Lo gak akan pernah salah, Ra."

Kaira mundur sedikit, memberikan ruang di antara dirinya dan Gara. Kepala perempuan itu menunduk, tangannya mengusap perutnya sendiri yang masih datar. Hal itu membuat Gara membeku karena sulit harus bereaksi seperti apa.

"Perut gue ... bentar lagi pasti makin besar. Gue gak mau yang lain tau."

"Maaf," kata Gara pelan.

Kaira tersenyum kecil. "Bukan salah lo kok. Salah gue."

"Gak akan terjadi kalau gue gak goyah malam itu."

"Tapi gue yang mulai. Jadi lo gak perlu minta maaf, Ga." Kaira menatapnya sendu. Gara mengepalkan tangan, dia tahu Kaira hanya tidak ingin memperumit keadaan, tapi Gara tetap merasa bersalah karena kejadian itu adalah ulahnya pula.

Young Mommy & Good DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang