Sepeninggalan Anindya, ruang makan tersebut suasana tidak jauh berubah, masih canggung dan sedikit mencekam.
"Aku tau yang dilakukan Anindya dulu salah, tapi dia sudah mendapatkan hukuman yang pantas. Apakah dia masih tidak berhak untuk mengikuti peringatan kematian permaisuri terdahulu??" tanya pangeran Adiwangsa.
Trangg
"lancang sekali kau!" ujar putra mahkota "kau pikir hukuman yang dia dapatkan sudah cukup untuk ibu ku?" geram putra mahkota
"Kakkk! Ayolah! Aku tau Anin salah! dan sama sekali tidak membenarkan perbutannya dahulu! Tapi, dia adik kita! Bunda menyuruh kita menjaganya dengan penuh cinta! bukan seperti ini!"
"HAHAHAA Bodoh! kau tertipu dengan wajah cantiknya sekarang? sekali pembunuh tetap pembunuh!" setelah selasai mengucapkan kalimat yang menyakitkan itu Arjuna pergi meninggalkan ruang makan.
"CUKUP!" Ujar Raja menengahi
"yang dikatakan Arjuna tidak sepenuhnya salah!"
"Tapi ayah-"
"Hentikan! dan segera kembali ke kediaman mu! pikirkan perkataan mu! Semua kembali ke kediamannya masing-masing! Sekarang!" putus Raja.
Dan Raja segera meninggalkan ruang makan dan kawal oleh para pengawal dan prajurit.
Tanpa mereka sadari ada seseorang tersenyum senang melihat pertengkarang ini.
****
Keesokan paginya para dayang dan pengawal memasuki kediaman Anindya sebelum Anindya bangun.
Tok Tok Tok
"Putri??"
Tak ada jawaban dari dalam.
"Putri??"
"heungg? hoahhh"
"sepertinya putri baru bangun tidur" kata salah satu dayang dan di setujui oleh dayang lainnya.
Masih dengan wajah bangun tidur, Anindya keluar dari kamarnya dengan mengucek mata nya.
'siapa yang pagi-pagi buta bertamu? seperti tidak tau sopan santun saja! Bahkan matahari belum menunjukan sinarnya sedikitpun' kesal Anindya
"Siapa??" sambil membuka pintu kamarnya yang terbuat dari kayu.
"Maaf menggangu tidur anda putri, tapi raja memerintahkan kami untuk merias putri, karena seluruh anggota kerajaan harus menghadiri pertemuan penting ini"
"pertemuan apa?"
"maaf kami tidak tau putri"
"izinkan kami membantu persiapan anda" lanjut dayang tersebut.
Dan tanpa permisi para dayang masuk ke kamar nya dan segera menyiapan pakaian, perhiasan, rias wajah, dan semua yang Anindya butuhkan untuk menghadiri pertemuan ini.
"Apa yang kalian lakukan??" kesal Anindya
"maaf putri tapi ini perintah raja" tanpa menghiraukan Anindya para dayang segera menggandeng kedua tangan nya dan membawanya ketempat pemandian.
"jaga wilayah ini! Putri akan melakukan ritual" ujar salah satu dayang.
"lepaskan!" berontak Anindya
"maaf putri, tapi ini perintah raja"
Para dayang dengan segera berbagi tugas, ada yang mengawasi di sekitar tempat pemandian takut bila ada seseorang yang berani mengintip putri mereka, maka habislah nyawa mereka. Ada pula yang menyiapkan rempah-rempah untuk Anindya mandi, dan yang paling membuat Anindya jengkel iyalah para dayang yang tanpa permisi membuka pakainya hingga tidak ada sehelai benang pun di tubuh Anindya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DECISION [ON GOING]
Historical Fiction[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] Paradina Dhara Anindya, mungkin bagi orang yang mengenalnya dari luar akan sangat ingin menjadi seorang Dhara, Dhara yang pintar, Dhara yang Cantik, apapun itu tentang dirinya. Namun, mereka tidak tau kehidupan Dhara se...