[‼️𝘽𝙐𝘿𝘼𝙔𝘼𝙆𝘼𝙉 𝙁𝙊𝙇𝙇𝙊𝙒 𝙎𝙀𝘽𝙀𝙇𝙐𝙈 𝙈𝙀𝙈𝘽𝘼𝘾𝘼‼️]
"Woi, kalau mau bunuh diri jangan di jembatan ini! Lo mau nambah populasi setan lagi?" -Reygan Arvinsya Mahendra-
"SHIT! Itu cowok bikin gue gak mood bunuh diri aja!" -Vanisya Anind...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
♪ ♬ ヾ(´︶'♡)ノ ♬ ♪
📍Bandung, 08:00 AM
Usai mendapat telfon dari putranya, Pramesti masih diam di tempat duduknya. Bukannya tenang tetapi semakin gelisah. Hatinya berkata ada yang tidak beres, namun dia tidak tau apa yang membuat hatinya tidak tenang. Kini tatapan wanita dewasa itu kosong kedepan, fikirannya berkelana kemana mana. Antara suaminya, kedua putranya dan... Nindi.
Sebenarnya ada apa sama mereka semua yang jauh disana?
"Asti, sarapannya sudah siap nih!" dari arah dapur sosok dokter psikolog berteriak layaknya di rumah sendiri.
"ASTI!!"
"PRAMESTI!!"
"Ishh.. kemana sih dia?" gerutunya. Susan berjalan dengan sedikit kesal. Pemilik rumah itu menghilang begitu saja.
Ketika tepat didepan ruang makan, dia menemukan sahabatnya yang setia melamun dengan sebuah sapu digenggamannya.
Iya, hari ini Susan memutuskan untuk berkunjung ke rumah Pramesti, sahabatnya. Dikarenakan jadwal prakteknya libur dan suaminya sedang bertugas diluar kota. Daripada di rumah sendirian dan membosankan, akhirnya Susan memutuskan bangun pagi untuk pergi menemui Pramesti. Namun sepertinya keberuntungan sedang berpihak padanya. Kedua putra Pramesti dan Nindi berlibur ke Jakarta, jadi ada gunanya dia datang menemani Pramesti yang kesepian.
"Katanya tadi mau bersih bersih, tapi kenapa malah melamun gitu?" tanya Susan pada dirinya sendiri.
Daripada penasaran Susan beranjak mendekati Pramesti. "Asti.."
Tetap tidak ada respon, itu artinya Pramesti memang sedang melamun.
"Asti!" gertaknya.
Pramesti terkejut dan langsung menyadari kehadiran Susan disampingnya.
"Kamu ngagetin tau!"
"Ya lagian dari tadi dipanggilin bukannya nyahut malah bengong disini. Ada apa sih?" bisa Susan baca raut Pramesti yang sedang banyak fikiran.