[‼️𝘽𝙐𝘿𝘼𝙔𝘼𝙆𝘼𝙉 𝙁𝙊𝙇𝙇𝙊𝙒 𝙎𝙀𝘽𝙀𝙇𝙐𝙈 𝙈𝙀𝙈𝘽𝘼𝘾𝘼‼️]
"Woi, kalau mau bunuh diri jangan di jembatan ini! Lo mau nambah populasi setan lagi?" -Reygan Arvinsya Mahendra-
"SHIT! Itu cowok bikin gue gak mood bunuh diri aja!" -Vanisya Anind...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
♪ ♬ ヾ('︶'♡)ノ ♬ ♪
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
♪ ♬ ヾ(´︶'♡)ノ ♬ ♪
"Lo lusa jadi lomba kan, bang?" tanya Reygan pada saudara kembarnya. Revan berdeham sebagai jawaban.
Nindi yang awalnya terlalu fokus pada ponsel miliknya kini mendongak dan mengernyit tidak paham. Pertanyaan Reygan kepada Revan cukup menyita perhatiannya. Apakah dia melewatkan satu fakta tentang anggota keluarga Mahendra?
"Lomba? Emang Revan mau lomba apa?"
"Abang gue ikut ekskul renang dan dia kepilih tahun ini buat mewakili sekolahan kita nanti," sahut Reygan.
"Kok lo berdua gak pernah cerita?"
"Sebenarnya udah lama mau cerita ke lo tapi gue suka lupa dan baru ingat sekarang. Itu pun kalau bukan Rasya yang ingat mungkin gue juga lupa kalau dia mau lomba lusa." jelas Reygan tanpa rasa bersalah.
Contoh adik laknat ya begini nih!
"Berarti lo jago renang dong, Van?"
"Biasa aja." jawabnya singkat.
"Biasa aja dari mana? Orang lo aja bisa sampai kepilih tahun ini, bang," kini Reygan beralih menatap Nindi, "Lo tau gak kalau Revan itu mau jadi penerus papa, dia suka banget sama renang. Kata orang renang itu bisa bikin tinggi dan itu salah satu syaratnya." jelas Reygan.
"Kenapa lo gak coba pendaftaran tahun ini aja? Kebetulan kemarin loh seleksinya,"
Revan melirik Nindi sejenak dari kaca kemudi, kebetulan dia yang kali ini menyetir. "Tau dari mana?"
"Ah? I–itu apa ya ma–maksud gue gini kalau misal lo lolos seleksi tahun ini kan enak nanti selulus sekolah tinggal masuk pelatihan gitu." ujar Nindi sedikit gugup.